Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
Adab-Adab Berpuasa
Senin, 29 Juni 15

Åöäø ÇáúÍóãúÏó öááåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåõ æóäóÚõæúÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóÓóíøÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáø áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáåó ÅöáÇø Çááåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäø ãõÍóãøÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐóíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó ÍóÞø ÊõÞóÇÊöåö æóáÇó ÊóãõæúÊõäø ÅöáÇø æóÃóäúÊõãú ãõÓúáöãõæúäó

íóÇÃóíøåóÇ ÇáäóÇÓõ ÇÊøÞõæúÇ ÑóÈøßõãõ ÇáøÐöí ÎóáóÞóßõãú ãöäú äóÝúÓò æóÇÍöÏóÉò æóÎóáóÞó ãöäúåóÇ ÒóæúÌóåóÇ æóÈóËø ãöäúåõãóÇ ÑöÌóÇáÇð ßóËöíúÑðÇ æóäöÓóÇÁð æóÇÊøÞõæÇ Çááåó ÇáóÐöí ÊóÓóÇÁóáõæúäó Èöåö æóÇúáÃóÑúÍóÇã ó Åöäø Çááåó ßóÇäó Úóáóíúßõãú ÑóÞöíúÈðÇ

íóÇÃóíøåóÇ ÇáøÐöíúäó ÂãóäõæúÇ ÇÊøÞõæÇ Çááåó æóÞõæúáõæúÇ ÞóæúáÇð ÓóÏöíúÏðÇ íõÕúáöÍú áóßõãú ÃóÚúãóÇáóßõãú æóíóÛúÝöÑúáóßõãú ÐõäõæúÈóßõãú æóãóäú íõØöÚö Çááåó æóÑóÓõæúáóåõ ÝóÞóÏú ÝóÇÒó ÝóæúÒðÇ ÚóÙöíúãðÇ¡ ÃóãøÇ ÈóÚúÏõ ...

ÝóÃöäø ÃóÕúÏóÞó ÇáúÍóÏöíúËö ßöÊóÇÈõ Çááåö¡ æóÎóíúÑó ÇáúåóÏúìö åóÏúìõ ãõÍóãøÏò Õóáøì Çááå Úóáóíúåö æóÓóáøãó¡ æóÔóÑø ÇúáÃõãõæúÑö ãõÍúÏóËóÇÊõåóÇ¡ æóßõáø ãõÍúÏóËóÉò ÈöÏúÚóÉñ æóßõáø ÈöÏúÚóÉò ÖóáÇóáóÉð¡ æóßõáø ÖóáÇóáóÉö Ýöí ÇáäøÇÑö.

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mempertemukan kita dengan bulan yang mulia ini. Bulan yang penuh keberkahan, bulan yang banyak dinantikan oleh hambaNya yang beriman. Bulan yang memiliki banyak keistimewaan, seperti malam lailatul qadar yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Sesungguhnya puasa itu memiliki banyak adab sebagai penyempurnanya. Adab-adab tersebut terbagi dua: adab-adab yang wajib yang harus diperhatikan dan dijaga oleh orang yang berpuasa, dan adab-adab sunnah yang selayaknya dikerjakan.

Di antara adab yang wajib adalah orang yang berpuasa juga harus melaksanakan berbagai ibadah lain yang telah Allah wajibkan, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan. Salah satu contoh yang paling penting adalah Shalat wajib, yang merupakan rukun Islam yang paling mendasar setelah dua kalimat syahadat. Ia wajib diperhatikan dengan menjaga rukun, kewajiban, syarat dan waktu pelaksanaannya di masjid secara berjama’ah. Ini merupakan bagian dari ketakwaan yang juga menjadi alasan diwajibkannya puasa atas ummat ini. Menyia-nyiakan shalat akan meniadakan ketakwaan dan menyebabkan terjadinya hukuman.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Ada orang yang berpuasa tetapi meremehkan shalat berjama’ah, padahal hal itu merupakan kewajibannya. Apabila Allah telah memerintahkan pelaksanaan shalat berjama’ah dalam kondisi peperangan dan ketakutan, maka pada saat tentram tentu lebih ditekankan.

Disebutkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata:

Ãóäø ÑóÌõáÇð ÃóÚúãóì ÞóÇáó: íóÇ ÑóÓõæúá Çááå áóíúÓó áóöí ÞóÇÆöÏñ íóÞõæúÏõäöí Åöáóì ÇáúãóÓúÌöÏö¡ ÝóÑóÎøÕó áóåõ¡ ÝóáóãøÇ æóáøì ÏóÚóÇåõ æóÞóÇáó åóáú ÊóÓúãóÚõ ÇáäøÏóÇÁó ÈöÇáÕøáÇöÉö¿ ÞóÇáó äóÚóãú¡ ÞóÇáó ÝóÃóÌöÈú

“Ada pria buta yang mengadu kepada Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, ya Rasulullah, aku tidak mempunyai penuntun yang membimbingku ke masjid,’ Beliau lalu memberinya keringanan untuk tidak hadir shalat berjama’ah, Namun, tatkala dia hendak pergi, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya kembali, lalu bertanya, apakah engkau mendengar panggilan shalat? Dia menjawab, Ya, Beliau bersabda: “Maka penuhilah panggilan tersebut.” (HR. Muslim)

Lihatlah, betapa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan terhadap pria tersebut, padahal dia orang buta yang tidak mempunyai penuntun. Orang yang meninggalkan shalat berjama’ah telah menyia-nyiakan suatu kewajiban sekaligus menghalangi dirinya sendiri dari kebaikan yang banyak, berupa berlipat gandanya kebaikan. Dia juga tidak mendapatkan keuntungan sosial yang didapat dari berkumpulnya kaum muslimin ketika pelaksanaan shalat berjama’ah seperti tentramnya rasa persatuan, cinta, nilai pendidikan, bantuan kepada pihak yang membutuhkan, dan lain sebagainya.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Ada juga orang yang benar-benar melampaui batas di dalam masalah shalat, sampai-sampai dia shalat di luar waktu yang ditentukan disebabkan tidurnya. Sebagian ulama berkata: “Barangsiapa yang mengakhirkan shalat di luar waktunya tanpa adanya udzur syar’i, maka shalatnya tersebut tidak diterima meskipun ia melakukannya sebanyak seratus kali. Sholat yang dilakukan di luar waktu yang ditentukan itu tidak sesuai dengan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, shalatnya tertolak dan tidak diterima.

Adab-adab berikutnya yaitu harus menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya, dia tidak boleh berdusta. Dan yang dimaksud dengan dusta adalah memberikan kabar yang tidak sesuai dengan realita. Perbuatan dusta yang paling besar adalah dusta atas nama Allah dan RasulNya, seperti menisbatkan halal dan haramnya suatu perkara kepada Allah atau Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tanpa ilmu.

Firman Allah,

æóáóÇ ÊóÞõæáõæÇ áöãóÇ ÊóÕöÝõ ÃóáúÓöäóÊõßõãõ ÇáúßóÐöÈó åóÐóÇ ÍóáóÇáñ æóåóÐóÇ ÍóÑóÇãñ áöÊóÝúÊóÑõæÇ Úóáóì Çááøóåö ÇáúßóÐöÈó Åöäøó ÇáøóÐöíäó íóÝúÊóÑõæäó Úóáóì Çááøóåö ÇáúßóÐöÈó áóÇ íõÝúáöÍõæäó (116) ãóÊóÇÚñ Þóáöíáñ æóáóåõãú ÚóÐóÇÈñ Ãóáöíãñ (117) [ÇáäÍá : 116 ¡ 117]


“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘ini halal dan ini haram,’ untuk mengada-adakan kebohongan kepada Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung. (Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka adzab yang pedih.”(QS. An-Nahl: 116-117)

Beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ãóäú ßóÐøÈó Úóáóíø ãõÊóÚóãøÏðÇ ÝóáúíóÊóÈóæøÃú ãóÞúÚóÏóåõ ãöäó ÇáäøÇÑö.

“Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di Neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Orang yang berpuasa juga wajib menjauhi ghibah, yaitu menyebutkan sesuatu yang tidak disukai dari saudaranya tanpa sepengetahuannya, baik itu memang benar ataupun tidak, dan baik itu berkaitan dengan bentuk fisiknya dalam rangka untuk menyebarkan aib atau menghinanya, ataupun berkaitan dengan tingkah lakunya. Larangan terhadap ghibah juga disebutkan di dalam Al-Qur’an. Sampai-sampai Allah menyerupakan perbuatan ghibah dengan gambaran yang paling buruk, yaitu seperti seorang yang memakan daging saudaranya yang telah menjadi bangkai.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam juga mengabarkan bahwa ketika beliau naik ke langit (pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj), beliau melalui sekelompok orang yang mempunyai kuku-kuku dari tembaga, mereka mencakari wajah dan dada mereka dengan kuku tersebut. Beliau bertanya:

ãóäú åóÄõáÇóÁö íóÇ ÌöÈúÑöíúáõ¿ ÞóÇáó : åóÄõáÇóÁö ÇáøÐöíúäó íóÃúßõáõæúäó áóõÍõæúãöó ÇáäøÇÓö æó íóÞóÚõæúäó Ýöí ÃóÚúÑóÇÖöåöãú

“Siapakah mereka itu wahai Jibril? Jibril menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (berbuat ghibah) dan menodai kehormatan mereka.” (HR. Abu Dawud).

Orang yang berpuasa juga wajib menjauhi namimah, yaitu menukil perkataan seseorang tentang orang lain untuk merusak hubungan baik di antara keduanya. Perbuatan ini masuk ke dalam kategori dosa besar.

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang sering melakukan namimah tidak akan masuk Surga.”(Muttafaq ‘alaihi).

Di dalam shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim ada riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Suatu ketika Nabi berjalan melewati dua kuburan lalu bersabda, “Kedua penghuni kuburan ini sedang diadzab, dan mereka berdua diadzab dengan sebab dua perkara: yang pertama menerima adzab dengan sebab tidak bersuci setelah buang air kecil, dan yang kedua dengan sebab melakukan namimah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ingatlah, barangsiapa menceritakan perkataan jelek mengenai orang lain kepadamu, maka ia juga akan menceritakan perkataanmu kepada orang lain, maka berhati-hatilah.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Pelaku puasa juga wajib menjauhi tipu daya dalam seluruh mu’amalah, baik itu di dalam jual beli, sewa-menyewa, kerajinan tangan, pegadaian, ataupun selainnya. Perbuatan ini termasuk dosa besar, Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam telah berlepas diri dari pelakunya. Beliau bersabda,

ãóäú ÛóÔøäóÇ ÝóáóíúÓó ãöäøÇ

“Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk dari golongan kami.” Dan dalam lafazh yang lain: “Barangsiapa yang menipu maka ia tidak termasuk dari golonganku.” (HR. Muslim).

Tipu daya itu akan menghilangkan amanah dan kepercayaan manusia. Dan setiap penghasilan yang didapat dari tipu daya adalah penghasilan yang haram dan kotor, tidak akan menambah pemiliknya kecuali hanya semakin jauh dari Allah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita termasuk orang-orang menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita lakukan diterima Allah Subhanahu wa Ta’ala.

ÃóÞõæúáõ Þóæúáöí åóÐóÇ ÃóÓúÊóÛúÝöÑõ Çááå áöí æóáóßõãú æóáöÓóÇÆöÑö ÇáúãõÓúáöãöíúäó æóÇáúãõÓúáöãóÇÊö ÝóÇÓúÊóÛúÝöÑõæúåõ Åöäøåõ åõæó ÇúáÛóÝõæúÑõ ÇáÑøÍöíúãõ


[KHUTBAH KEDUA]

Åöäøó ÇáúÍóãúÏó áöáøóåö äóÍúãóÏõåõ æóäóÓúÊóÚöíúäõåõ æóäóÓúÊóÛúÝöÑõåú æóäóÚõæÐõ ÈöÇááåö ãöäú ÔõÑõæúÑö ÃóäúÝõÓöäóÇ æóãöäú ÓóíøöÆóÇÊö ÃóÚúãóÇáöäóÇ¡ ãóäú íóåúÏöåö Çááåõ ÝóáÇó ãõÖöáøó áóåõ æóãóäú íõÖúáöáú ÝóáÇó åóÇÏöíó áóåõ. ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÍúÏóåõ áÇó ÔóÑöíúßó áóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÚóÈúÏõåõ æóÑóÓõæúáõåõ Õóáøóì Çááåõ Úóáóì äóÈöíøöäóÇ ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáöåö æóÃóÕúÍóÇÈöåö æóÓóáøóãó ÊóÓúáöíúãðÇ ßóËöíúÑðÇ.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Berikutnya, pelaku puasa juga wajib untuk menjauhi segala bentuk dan jenis alat musik yang menjerumuskan seseorang dalam kelalaian dan itu semua adalah haram. Dosa dan keharamannya akan bertambah jika diiringi nyanyian pembangkit hawa nafsu yang dilagukan dengan suara yang indah.

Firman Allah,

æóãöäó ÇáäøóÇÓö ãóäú íóÔúÊóÑöí áóåúæó ÇáúÍóÏöíËö áöíõÖöáøó Úóäú ÓóÈöíáö Çááøóåö ÈöÛóíúÑö Úöáúãò æóíóÊøóÎöÐóåóÇ åõÒõæðÇ ÃõæáóÆößó áóåõãú ÚóÐóÇÈñ ãõåöíäñ [áÞãÇä : 6]


“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.” (QS. Luqman: 6)

Telah shahih dari Ibnu Mas’ud, ketika beliau ditanya tentang ayat ini, beliau menjawab: “Demi Allah, tidak ada yang berhak diibadahi melainkan hanya Dia, hal itu adalah nyanyian.”

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam telah memberi peringatan untuk berhati-hati dari alat-alat musik dan beliau menyertakan penyebutannya bersama zina. Beliau bersabda,

áóíóßõæúäóäø ãöäú ÃõãøÊöí ÃóÞúæóÇãñ íóóÓúÊóÍöáøæúäó ÇáúÍöÑó æóÇúáÍóÑöíúÑó æóÇáúÎóãúÑó æóÇáúãóÚóÇÒöÝó

“Akan datang beberapa golongan dari ummatku yang menghalalkan zina, sutera, khamer dan alat-alat musik.” (HR. Al Bukhari)

Kata al-Hir artinya adalah kemaluan, maksudnya adalah zina. Dan makna menghalalkannya adalah melakukannya tanpa peduli, seperti layaknya orang yang menghalalkan. Hal ini terjadi di zaman kita ini, ada sebagian orang yang memainkan alat musik atau mendengarkannya seolah-olah itu adalah perkara yang halal. Banyak kaum muslimin yang lebih senang mendengarkan musik dibandingkan mendengarkan al-Quran, hadits dan perkataan ahli ilmu, yang mengandung penjelasan hukum-hukum syari’at sekaligus berbagai hikmahnya.

Sidang shalat Jum’at rahimakumullah,

Jabir radhiallahu ‘anhu berkata, “Jika engkau berpuasa, maka hendaklah pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu juga berpuasa dari dusta serta perkara-perkara yang diharamkan. Janganlah menyakiti tetangga, dan hendaklah engkau menghiasi diri dengan kewibawaan dan ketenangan. Jangan sampai hari puasamu sama dengan hari ketika engkau tidak berpuasa.


Çááåõãøó Õóáøö Úóáóì ãõÍóãøóÏò æóÚóáóì Âáö ãõÍóãøóÏò ßóãóÇ ÕóáøóíúÊó Úóáóì ÅöÈúÑóÇåöíúãó æóÚóáóì Âáö ÅöÈúÑóÇåöíúãó¡ Åöäøóßó ÍóãöíúÏñ ãóÌöíúÏñ

Çóááøåõãø ÇÛúÝöÑú áöáúãõÓúáöãöíúäó æóÇúáãõÓúáöãóÇÊö æóÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÄúãöäðÇÊö ÇóáÃóÍúíóÇÁö ãöäúåõãú æóÇáÃóãúæóÇÊö Åöäøßó ÓóãöíúÚñ ãõÌöíúÈõ ÇáÏøÚóæóÇÊö

ÑóÈøäóóÇ áÇóÊðÄóÎöÐúäóÇ Åöäú äóÓöíúäóÇ Ãóæú ÃóÎúØóÃúäóÇ ÑóÈøäóÇ æóáÇó ÊóÍúãöáú ÚóáóíúäóÇ ÅöÕúÑðÇ ßóãóÇ ÍóãóáúÊóåõ Úóáìó ÇáøÐöíúäó ãöäú ÞóÈúáöäóÇ

ÑóÈøäóÇ æóáÇó ÊõÍóãøáúäóÇ ãóÇáÇó ØóÇÞóÉó áóäóÇ Èöåö æóÇÚúÝõ ÚóäøÇ æóÇÛúÝöÑú áóäóÇ æóÇÑúÍóãúäóÇ ÃóäúÊó ãóæúáóäóÇ ÝóÇäúÕõÑúäóÇ Úóáìó ÇáúÞóæúãö ÇáúßóÇÝöÑöíúäó.

ÑóÈøäóÇ ÂÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æó Ýöí ÇúáÃóÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøÇÑö. æóÇáúÍóãúÏõ ááå ÑóÈø ÇáúÚóÇáóãöíúäó.

Oleh : Abu Ukasyah

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkhutbah&id=340