Artikel : Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits
öApakah ada warisan bagi seorang istri yang belum digauli oleh suami
Selasa, 21 September 21

Pertanyaan:
Saudara perempuan saya berusia 14 tahun telah melangsungkan akad nikah dengan sepupunya. Namun Allah telah menetapkan kepastian pada sepupu itu, ia kini telah meninggal dunia. Saya mohon jawaban, apakah si wanita itu harus melaksanakan iddah dengan sempurna atau separuhnya atau tidak perlu, dan apakah ia berhak mendapat bagian warisan, sementara ia sama sekali belum bercampur dan belum pernah diberi apa-apa, tidak perhiasan dan tidak pula lainnya. Kami mohon jawaban, semoga Allah memberi anda balasan kebaikan.

Jawaban:
Jika seorang laki-laki meninggal sebelum menggauli istrinya, maka si istri wajib iddah dan berhak mendapat bagian warisan, berdasarkan Firman Allah ‘azza wa jalla,


æóÇáøóÐöíäó íõÊóæóÝøóæúäó ãöäúßõãú æóíóÐóÑõæäó ÃóÒúæóÇÌðÇ íóÊóÑóÈøóÕúäó ÈöÃóäúÝõÓöåöäøó ÃóÑúÈóÚóÉó ÃóÔúåõÑò æóÚóÔúÑðÇ ÝóÅöÐóÇ ÈóáóÛúäó ÃóÌóáóåõäøó ÝóáóÇ ÌõäóÇÍó Úóáóíúßõãú ÝöíãóÇ ÝóÚóáúäó Ýöí ÃóäúÝõÓöåöäøó ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóÇááåõ ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæäó ÎóÈöíÑñ


"Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari." (Al-Baqarah: 234).

Allah ta’ala tidak membedakan antara yang sudah bercampur dan yang belum, Allah menetapkan secara umum dalam ayat tadi sehingga mencakup semuanya (yang sudah digauli dan yang belum).

Diriwayatkan dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam secara shahih dari berbagai jalan, bahwa beliau bersabda,


áóÇ ÊõÍöÏøõ ÇãúÑóÃóÉñ Úóáóì ãóíøöÊò ÝóæúÞó ËóáÇóËóÉö ÃóíøóÇãò ÅöáøóÇ Úóáóì ÒóæúÌò ÝóÅöäøóåóÇ ÊõÍöÏøõ Úóáóíúåö ÃóÑúÈóÚóÉó ÃóÔúåõÑò æóÚóÔúÑðÇ.


"Tidak boleh berduka cita seorang wanita atas seorang mayat lebih dari tiga hari, kecuali terhadap suaminya. Dalam hal ini ia berduka cita terhadapnya selama empat bulan sepuluh hari."

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan antara yang sudah dicampuri dan yang belum.

Allah ‘azza wa jalla berfirman,


æóáóßõãú äöÕúÝõ ãóÇ ÊóÑóßó ÃóÒúæóÇÌõßõãú Åöäú áóãú íóßõäú áóåõäøó æóáóÏñ ÝóÅöäú ßóÇäó áóåõäøó æóáóÏñ Ýóáóßõãõ ÇáÑøõÈõÚõ ãöãøóÇ ÊóÑóßúäó ãöäú ÈóÚúÏö æóÕöíøóÉò íõæÕöíäó ÈöåóÇ Ãóæú Ïóíúäò æóáóåõäøó ÇáÑøõÈõÚõ ãöãøóÇ ÊóÑóßúÊõãú Åöäú áóãú íóßõäú áóßõãú æóáóÏñ ÝóÅöäú ßóÇäó áóßõãú æóáóÏñ Ýóáóåõäøó ÇáËøõãõäõ ãöãøóÇ ÊóÑóßúÊõãú ãöäú ÈóÚúÏö æóÕöíøóÉò ÊõæÕõæäó ÈöåóÇ Ãóæú Ïóíúäò æóÅöäú ßóÇäó ÑóÌõáñ íõæÑóËõ ßóáóÇáóÉð Ãóæö ÇãúÑóÃóÉñ æóáóåõ ÃóÎñ Ãóæú ÃõÎúÊñ Ýóáößõáøö æóÇÍöÏò ãöäúåõãóÇ ÇáÓøõÏõÓõ ÝóÅöäú ßóÇäõæÇ ÃóßúËóÑó ãöäú Ðóáößó Ýóåõãú ÔõÑóßóÇÁõ Ýöí ÇáËøõáõËö ãöäú ÈóÚúÏö æóÕöíøóÉò íõæÕóì ÈöåóÇ Ãóæú Ïóíúäò ÛóíúÑó ãõÖóÇÑøò æóÕöíøóÉð ãöäó Çááåö æóÇááåõ Úóáöíãñ Íóáöíãñ


"Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya." (An-Nisa`: 12).

Allah ‘azza wa jalla tidak membedakan antara yang sudah bercampur dan yang belum. Ini menunjukkan bahwa semua istri berhak mewarisi suaminya, baik itu sudah bercampur maupun belum, selama tidak ada halangan syar'i yang menghalanginya, yaitu; perbudakan, pembunuhan dan perbedaan agama.

Allohu a’lam bish-showaab

Sumber: Kitab ad-Da’wah, Syaikh Ibnu Baz, juz 1, hal. 160.
Diposting oleh: Ricky Adhitia

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatkonsultasi&id=4160