Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaidah Ke-8 [Seseorang Tidak Memikul Dosa Orang Lain]

Kamis, 02 September 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-8


{ æóáóÇ ÊóÒöÑõ æóÇÒöÑóÉñ æöÒúÑó ÃõÎúÑóì}


“Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain..”
{Az-Zumar : 7 }
Ini adalah kaidah al-Qur`an yang agung, yang membangun salah satu prinsip yang paling mulia, yaitu prinsip keadilan. Ia adalah kaidah yang sudah sekian lamanya dijadikan bukti penguat oleh para ulama dan orang-orang bijak, disebabkan pengaruhnya yang besar dalam masalah keadilan dan obyektivitas. Ialah yang ditunjukkan oleh Firman Allah ta’ala,,


æóáóÇ ÊóÒöÑõ æóÇÒöÑóÉñ æöÒúÑó ÃõÎúÑóì


"Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain." (Az-Zumar: 7). Ini telah dinyatakan sebagai kaidah oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam tafsir beliau, hal. 57.

Makna kaidah ini secara ringkas:

Bahwasanya orang-orang yang sudah mukallaf akan dibalas disebabkan perbuatan mereka, jika (perbuatan mereka) baik, maka (balasannya adalah) baik, dan jika (perbuatan mereka) buruk, maka (balasannya adalah) buruk juga, dan bahwasanya seseorang tidak akan menanggung kesalahan orang lain, selama dia bukan menjadi penyebabnya. Ini merupakan salah satu (bukti) sempurnanya keadilan dan hikmah Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi.
Mungkin hikmah dari digunakannya kata ÇóáúæöÒúÑõ untuk menyebut dosa adalah karena ÇóáúæöÒúÑõ adalah ÇóáúÍóãúáõ, yang berarti: apa yang dipikul manusia di punggungnya, maka (Allah) mengungkapkan dosa dengan kata ÇóáúæöÒúÑõ, karena dibayangkan sebagai sesuatu yang berat bagi diri orang Mukmin. (Lihat at-Tahrir wa at-Tanwir, 5/293)
Kaidah al-Qur`an ini –dengan redaksi ini– diulang di dalam Kitabullah sebanyak lima kali, dan ini –tanpa diragukan lagi- memiliki arti dan makna.
Dan makna yang ditunjukkan kaidah ini bukanlah termasuk di antara kekhususan umat Nabi Muhammad shollallohu alaihi wasallam saja, tetapi ia berlaku umum dalam semua Syariat. Renungkanlah Firman Allah ta’ala,


ÃóÝóÑóÃóíúÊó ÇáøóÐöí Êóæóáøóì (33) æóÃóÚúØóì ÞóáöíáðÇ æóÃóßúÏóì (34) ÃóÚöäúÏóåõ Úöáúãõ ÇáúÛóíúÈö Ýóåõæó íóÑóì (35) Ãóãú áóãú íõäóÈøóÃú ÈöãóÇ Ýöí ÕõÍõÝö ãõæÓóì (36) æóÅöÈúÑóÇåöíãó ÇáøóÐöí æóÝøóì (37) ÃóáøóÇ ÊóÒöÑõ æóÇÒöÑóÉñ æöÒúÑó ÃõÎúÑóì (38) æóÃóäú áóíúÓó áöáúÅöäúÓóÇäö ÅöáøóÇ ãóÇ ÓóÚóì (39)
æóÃóäøó ÓóÚúíóåõ ÓóæúÝó íõÑóì (40) Ëõãøó íõÌúÒóÇåõ ÇáúÌóÒóÇÁó ÇáúÃóæúÝóì (41)


"Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari al-Qur`an) serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi? Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)? Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna." (An-Najm: 33-41).
Makna yang ditegaskan oleh kaidah ini tidaklah bertentangan dengan Firman Allah ta’ala,


æóáóíóÍúãöáõäøó ÃóËúÞóÇáóåõãú æóÃóËúÞóÇáðÇ ãóÚó ÃóËúÞóÇáöåöãú


"Dan sungguh mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri." (Al-Ankabut: 13)

Hal itu karena nash-nash ini menunjukkan bahwa manusia akan menanggung dosa yang telah dia lakukan, dan dosa orang-orang yang telah disesatkannya, baik dengan perkataannya maupun perbuatannya, sebagaimana orang-orang yang mengajak kepada petunjuk dibalas oleh Allah atas amal mereka dan amal orang-orang mengikuti petunjuk mereka dan mengambil manfaat dari ilmu mereka.
Oleh karena itu, ketika sekelompok pemimpin kekufuran berusaha dengan sungguh-sungguh agar sebagian manusia tetap berada dalam kekufuran yang mereka lakukan, atau membujuk orang yang telah Mukmin agar dia berpindah dari keimanan menuju kekufuran, mereka (para pemimpin kekufuran) akan menipu mereka (orang-orang Mukmin) dengan (mengatakan) kebalikan dari kaidah ini, maka mereka berkata –sebagaimana dikisahkan oleh Allah–,


æóÞóÇáó ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ áöáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ÇÊøóÈöÚõæÇ ÓóÈöíáóäóÇ æóáúäóÍúãöáú ÎóØóÇíóÇßõãú æóãóÇ åõãú ÈöÍóÇãöáöíäó ãöäú ÎóØóÇíóÇåõãú ãöäú ÔóíúÁò Åöäøóåõãú áóßóÇÐöÈõæäó (12) æóáóíóÍúãöáõäøó ÃóËúÞóÇáóåõãú æóÃóËúÞóÇáðÇ ãóÚó ÃóËúÞóÇáöåöãú æóáóíõÓúÃóáõäøó íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö ÚóãøóÇ ßóÇäõæÇ íóÝúÊóÑõæäó (13)


"Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman, 'Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosa-mu', dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. Dan sungguh mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sungguh mereka akan ditanya pada Hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan." (Al-Ankabut: 12-13).
Kemudian Jika kita ingin mencari contoh-contoh pengaplikasian kaidah ini dalam Kitab Allah, maka di antara contoh yang paling populer dan paling nyata adalah: aplikasi Nabi Yusuf alaihissalam, yaitu ketika beliau melakukan tipu daya untuk mengambil saudara laki-lakinya, Benyamin, dengan meletakkan piala tempat minum di kantong saudaranya itu, maka saudara-saudaranya yang lain berkata,


ÞóÇáõæÇ íóÇÃóíøõåóÇ ÇáúÚóÒöíÒõ Åöäøó áóåõ ÃóÈðÇ ÔóíúÎðÇ ßóÈöíÑðÇ ÝóÎõÐú ÃóÍóÏóäóÇ ãóßóÇäóåõ ÅöäøóÇ äóÑóÇßó ãöäó ÇáúãõÍúÓöäöíäó


"Wahai Al-Aziz, sesungguhnya ia mempunyai ayah yang sudah lanjut usianya, lantaran itu ambillah salah seorang di antara kami sebagai gantinya, sesungguhnya kami melihat kamu termasuk orang-orang yang berbuat baik." (Yusuf: 78),
maka Yusuf menjawab mereka dengan berkata,


ÞóÇáó ãóÚóÇÐó Çááøóåö Ãóäú äóÃúÎõÐó ÅöáøóÇ ãóäú æóÌóÏúäóÇ ãóÊóÇÚóäóÇ ÚöäúÏóåõ ÅöäøóÇ ÅöÐðÇ áóÙóÇáöãõæäó


"Aku mohon perlindungan kepada Allah dari menahan seorang, kecuali orang yang kami ketemukan harta benda kami padanya, jika kami berbuat demikian, maka kami benar-benar orang-orang yang zhalim." (Yusuf: 79).
Dalam hal ini nabi yusuf alaihissalam tidak mau mengambil orang lain untuk menebus kesalahan benyamin karena hal itu adalah suatu kezhaliman.
Dalam realita, sebagian orang ada yang menempuh petunjuk Nabi Yusuf alaihissalam, maka Anda lihat dia tidak menghukum selain orang yang bersalah atau menyebabkan (orang lain) berbuat salah, dan dia tidak mencela orang yang tidak ada hubungannya dengan kesalahan tersebut, karena hubungan kerabat, teman, atau sahabat, selama tidak terbukti hal sebaliknya.
Sebaliknya, dalam realita manusia, ada orang yang menghukum orang-orang yang baik dan tidak berdosa disebabkan dosa orang-orang yang berbuat salah.
(Saya ceritakan) kepada Anda sebuah gambaran yang banyak terjadi dalam realita (kehidupan di) rumah kita:
Seorang laki-laki pulang kerja dalam keadaan lelah, lalu dia masuk ke dalam rumah dan mendapatkan sesuatu yang tidak ia sukai dari sebagian anak-anaknya –mungkin karena mereka menghancurkan barang mahal atau memecahkan kaca–, atau dia melihat sesuatu yang tidak dia sukai dari istrinya, seperti telat menyiapkan makanan, (makanan) yang keasinan atau kurang asin, atau hal lain yang bisa membuat sebagian orang marah, ini jika kita menganggap bahwa keadaan seperti ini termasuk di antara hal-hal yang bisa membuat orang marah, atau terdapat kesalahan yang perlu diingatkan atau dicela, maka apa dosa anak-anaknya yang lain yang tidak ikut memecahkan barang mahal tersebut misalnya?! Dan apa dosa anak-anak, dia menumpahkan kemarahannya kepada mereka apabila istri tidak berbuat maksimal dalam urusan makanan?! Dan apa dosa istri –misalnya– ketika yang bersalah adalah anak-anak? Hal seperti ini juga terjadi dalam hubungan guru laki-laki maupun perempuan dengan murid-muridnya, atau atasan di (tempat) kerjanya, yakni mereka tidak boleh memindahkan masalah-masalah mereka (di rumah tangga) ke tempat kerja mereka, sehingga siswa-siswi atau pegawai yang berada di bawah kekuasaan mereka menjadi korban bagi masalah-masalah yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali!
Di sini seorang Mukmin mendapatkan beberapa perkara, di antara yang paling penting adalah: mengingat kaidah al-Qur`an yang agung ini, æóáóÇ ÊóÒöÑõ æóÇÒöÑóÉñ æöÒúÑó ÃõÎúÑóì "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain," karena ini adalah lebih baik dan lebih bagus akibatnya, dan lebih dekat kepada keadilan dan keselarasan yang mana langit dan bumi berdiri tegak di atasnya.

Terdapat pemahaman yang salah terhadap kaidah al-Qur`an ini

yaitu sebagian orang mengira bahwa kaidah ini bertentangan dengan apa yang ia lihat berupa beberapa siksaan Tuhan yang menimpa suatu masyarakat atau negeri tertentu, ketika kemungkaran, perbuatan keji, dan kemaksiatan telah tersebar luas. Sebab salahnya pemahaman ini adalah bahwasanya apabila manusia telah melakukan kemungkaran secara terang-terangan, dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya, maka ini adalah sebuah dosa besar bagi semua orang yang mampu mengingkarinya tapi tidak melakukan (pengingkaran tersebut), baik pengingkaran itu dengan tangan, lisan, atau hati –dan ini adalah iman yang paling lemah–, dan tidak ada udzur bagi seorang pun untuk tidak melakukan pengingkaran dengan hatinya; maka apabila ketiga macam pengingkaran ini sudah tidak ada di masyarakat –na'udzubillah– padahal mereka mampu melakukannya, maka mereka semua berhak mendapatkan siksa, walaupun di antara mereka ada orang-orang shalih.
Mari kita renungkan bersama Firman Allah ta’ala,


æóÇÊøóÞõæÇ ÝöÊúäóÉð áóÇ ÊõÕöíÈóäøó ÇáøóÐöíäó ÙóáóãõæÇ ãöäúßõãú ÎóÇÕøóÉð æóÇÚúáóãõæÇ Ãóäøó Çááøóåó ÔóÏöíÏõ ÇáúÚöÞóÇÈö


"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaanNya." (Al-Anfal: 25).
Al-Allamah as-Sa'di berkata ketika menafsirkan ayat ini,

ãöäúßõãú ÎóÇÕøóÉð æóÇÊøóÞõæÇ ÝöÊúäóÉð áóÇ ÊõÕöíÈóäøó ÇáøóÐöíäó ÙóáóãõæÇ


"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu," bahkan ia akan menimpa pelaku kezhaliman tersebut dan juga yang lainnya, dan itu apabila kezhaliman muncul dan tidak ada yang merubahnya, maka siksaannya akan menimpa pelaku (kezhaliman tersebut) dan juga yang lainnya. Cara menghindari siksaan ini adalah dengan melarang orang melakukan kemungkaran, memberantas orang-orang yang suka berbuat jahat dan merusak, dan tidak membiarkan mereka melakukan kemaksiatan dan kezhaliman sebisa mungkin.” (Tafsir as-Sa'di, hal. 318.)
Makna ayat yang mulia ini diperjelas oleh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad hasan, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dari 'Adi bin Umairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda,


Åöäøó Çááøåó áóÇ íõÚóÐøöÈõ ÇáúÚóÇãøóÉó ÈöÚóãóáö ÇáúÎóÇÕøóÉö¡ ÍóÊøóì íóÑóæõÇ ÇáúãõäúßóÑó Èóíúäó ÙóåúÑóÇäóíúåöãú¡ æóåõãú ÞóÇÏöÑõæúäó Úóáóì Ãóäú íõäúßöÑõæúåõ¡ ÝóÅöÐóÇ ÝóÚóáõæúÇ Ðáößó ÚóÐøóÈó Çááøåõ ÇáúÎóÇÕøóÉó æóÇáúÚóÇãøóÉó.


"Sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan menyiksa masyarakat luas karena perbuatan sebagian orang, sehingga mereka melihat kemungkaran di tengah-tengah mereka (dan tidak mengingkarinya sama sekali), padahal mereka mampu mengingkarinya; maka jika mereka berbuat seperti itu, Allah akan menyiksa pelaku kezhaliman dan masyarakat umum." (Fath al-Bari, 13/4.)
Dalam Shahih Muslim dari Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah shollallohu alaihi wasallam, dia berkata kepada beliau,


íóÇ ÑóÓõæúáó Çááøåö¡ Ãóäõåúáößõ æóÝöíúäóÇ ÇáÕøóÇáöÍõæúäó¿ ÞóÇáó: äóÚóãú¡ ÅöÐóÇ ßóËõÑó ÇáúÎóÈóËõ.


"Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa padahal di antara kita masih ada orang-orang shalih?" Beliau menjawab, "Ya, apabila keburukan banyak terjadi." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3346; dan Muslim, no. 2880.)
Hadits-hadits yang semakna dengan ini jumlahnya banyak, yang tidak mungkin disebutkan di sini, karena maksud saya hanyalah berusaha menghilangkan kesalahpahaman ini yang mungkin terdapat pada sebagian orang dalam memahami kaidah al-Qur`an ini. Wallahu a'lam.

Sumber: 50 Prinsip Pokok Ajaran Al-Qur'an
Ditulis oleh: Dr. Umar bin Abdullah Al-Muqbil
Diposting Oleh: Ricky Adhitia

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=356