Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaidah Ke-10 [Allah Menolong Orang Yang MenolongNya]

Senin, 06 September 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-10


{ æóáóíóäúÕõÑóäøó Çááøóåõ ãóäú íóäúÕõÑõåõ Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ }


“ Dan Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (Agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa.”
{ Al-Hajj: 40}

Ini adalah kaidah yang mulia di antara kaidah-kaidah al-Qur`an yang agung, kekuasaan ilahi memancarkan sinar darinya, untuk membantu tentara-tentara keimanan dalam setiap waktu dan tempat.
Sesungguhnya "pertolongan" adalah kata yang diinginkan oleh jiwa. Semua umat berusaha untuk mendapatkannya, dan semua negara selalu mencarinya. Ia adalah tujuan yang menjadi tujuan umat-umat dengan berbagai perantara yang berbeda-beda untuk merealisasikannya. Walaupun dalam beberapa hal sama, akan tetapi terdapat makna yang mulia, yang mana al-Qur`an mengarahkan pengikutnya kepadanya, untuk menancapkan salah satu sebab yang paling besar yang tidak boleh hilang dari pikiran orang-orang Mukmin pada saat berperang melawan musuh-musuh mereka, atau bisa jadi mereka ingin cepat-cepat meraih hasil kemenangan, dan melupakan sebab meraihnya.
Kaidah ini datang untuk mengatakan kepada para pembaca al-Qur`an, bahwa hakikat kemenangan adalah dengan melaksanakan perintahNya, menjauhi laranganNya, menolong para RasulNya dan para pengikutnya, menolong agamaNya dan berjihad melawan musuh-musuhNya, dan memaksa mereka sehingga kalimatNya menjadi yang paling tinggi, dan kalimat musuh-musuhNya menjadi yang paling rendah.
Kaidah ini datang di dalam dua ayat yang mulia, yang menampakkan sebab-sebab kemenangan. Allah ta’ala berfirman,


æóáóíóäúÕõÑóäøó Çááøóåõ ãóäú íóäúÕõÑõåõ Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ (40) ÇáøóÐöíäó Åöäú ãóßøóäøóÇåõãú Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÃóÞóÇãõæÇ ÇáÕøóáóÇÉó æóÂÊóæõÇ ÇáÒøóßóÇÉó æóÃóãóÑõæÇ ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóäóåóæúÇ Úóäö ÇáúãõäúßóÑö æóáöáøóåö ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáúÃõãõæÑö (41)


"Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (Agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah segala urusan kembali." (Al-Hajj: 40-41).
Dalam dua ayat yang mulia ini, Allah menjanjikan pertolongan bagi orang yang menolong (Agama)Nya dengan sebuah janji yang dikuatkan dengan beberapa penguat lafzhiyyah maupun ma'nawiy-yah:
Penguat lafzhiyyah, adalah kata sumpah yang diasumsikan (muqaddar); karena asumsinya adalah: æóÇááøåö áóíóäúÕõÑóäøó Çááøåõ ãóäú íóäúÕõÑõåõ "Demi Allah, sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (aga-ma)Nya." Demikian juga lam dan nun dalam kata æóáóíóäúÕõÑóäøó Çááøóåõ "Allah pasti akan menolong mereka", dua-duanya bermakna penguat (taukid).
Sedangkan penguat ma'nawiyyah, dalam FirmanNya, Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ "Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa". Maka Dia q Mahakuat dan tidak lemah, Mahaperkasa dan tidak bisa dihinakan, dan semua kekuatan dan keperkasaan yang menentangnya akan menjadi kelemahan dan kehinaan.
Dalam FirmanNya, æóáöáøóåö ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáúÃõãõæÑö "Dan kepada Allah-lah segala urusan kembali," terdapat peneguhan bagi orang Mukmin ketika dia menganggap pertolongan masih jauh dalam pandangannya disebabkan jauhnya sebab-sebabnya yang ada padanya, karena kesudahan segala urusan hanya ada di Tangan Allah, Dia bisa merubah apa pun yang Dia kehendaki berdasarkan konsekuensi dari hikmahNya.
Pertanyaannya adalah: Bagaimana caranya menolong Allah itu? Apakah Allah perlu ditolong, padahal Dia-lah Yang Mahakaya, Mahakuat, dan Mahaperkasa?
Jawabannya: (Cara) menolongNya adalah dengan menolong AgamaNya, menolong NabiNya shollallohu ‘alaihi wasallam ketika beliau hidup, dan menolong sunnah-sunnahnya setelah wafatnya beliau. Lanjutan ayat sesudahnya menyingkap hakikat pertolongan yang dicintai dan diinginkan oleh Allah, bahkan ia merupakan pertolongan yang sudah dijamin dengan terus berkuasa di muka bumi. Allah berfirman,


ÇáøóÐöíäó Åöäú ãóßøóäøóÇåõãú Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÃóÞóÇãõæÇ ÇáÕøóáóÇÉó æóÂÊóæõÇ ÇáÒøóßóÇÉó æóÃóãóÑõæÇ ÈöÇáúãóÚúÑõæÝö æóäóåóæúÇ Úóäö ÇáúãõäúßóÑö æóáöáøóåö ÚóÇÞöÈóÉõ ÇáúÃõãõæÑö


"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah segala urusan kembali." (Al-Hajj: 41).
Oleh karena itu, tidaklah Agama Allah ini ditolong dengan sesuatu yang lebih besar daripada menampakkan syiar-syiar yang agung berikut ini:

1. Shalat: yang merupakan hubungan antara para hamba dengan Rabb mereka, dan dengan (melakukan)nya, mereka mem-peroleh kekuatan lahir dan batin serta ketenangan jiwa.

2. Menunaikan zakat: yang berarti mereka menunaikan hak harta, memenangkan diri atas kekikiran jiwa, membersihkan diri dari ketamakan, mengalahkan bisikan setan, menutupi celah dalam jamaah, memperhatikan orang-orang yang lemah dan memiliki kebutuhan, serta membuat ia menjadi bagaikan tubuh yang hidup.

3. Menyuruh berbuat kebaikan dan melarang kemungkaran: karena ini mengandung perbaikan bagi orang lain, karena manusia itu bisa jadi tidak tahu atau lalai, maka mereka ini harus disuruh dan diingatkan agar berbuat baik, dan bisa jadi mereka adalah pe-laku maksiat atau pembangkang, maka mereka ini harus dilarang berbuat kemungkaran.

Maka kapan pun Allah mengetahui dari salah satu umat atau negara bahwa mereka akan menegakkan keempat pokok ini yang termasuk di antara pokok-pokok peneguhan kedudukan, niscaya Allah akan memberi taufik dan pertolonganNya kepada mereka, walaupun umat-umat saling bermusuhan demi mendapatkannya. Dan dalam sirah Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam, Khulafa` Rasyidin, dan orang-orang yang mengikuti sirah mereka terdapat syahid yang paling jujur dan jelas.
Adapun apabila Allah mengetahui dari keadaan mereka bahwa apabila mereka kembali lagi ke muka bumi dan diteguhkan kedudukan mereka di sana, mereka tidak menegakkan shalat, tidak menunaikan zakat, tidak membela yang ma'ruf, dan tidak memburukkan yang mungkar, maka Allah ta’ala akan menyerahkan (urusan) mereka kepada diri mereka sendiri, membuat musuh mereka menguasai mereka, atau menjadikan mereka terpecah-pecah dan sebagian mereka merasakan siksa (keburukan) sebagian yang lain; dan dalam sejarah terdapat pelajaran yang jelas mengenai ini!
Sesungguhnya orang yang membaca al-Qur`an al-Karim dengan perenungan yang paling sedikit sekalipun, akan menemukan di dalamnya pembahasan yang jelas dan terang benderang tentang sebab-sebab kemenangan dan sebab-sebab kekalahan dalam tempat yang terpisah-pisah, yang menceritakan kejadian yang dialami oleh tentara yang paling mulia yang pernah dikenal oleh dunia, di mana panglimanya adalah Muhammad Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam, dan tentara-nya adalah para sahabat yang mulia ridhwanullah ajma’iin.
Para sahabat Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bertanya-tanya usai Perang Uhud tentang sebab kekalahan (mereka), maka datanglah jawaban dari langit,


Þõáú åõæó ãöäú ÚöäúÏö ÃóäúÝõÓößõãú


"Katakanlah, 'Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri'." (Ali Imran: 165).
Dalam perang Hunain, sebagian dari orang-orang yang masuk Islam ketika Fathu (Makkah) merasa bangga dikarenakan jumlah mereka yang banyak, maka tentara (kaum Muslimin) hampir saja kalah. Teguran yang datang mengandung peringatan akan anugerah Allah terhadap mereka dalam banyak tempat,


áóÞóÏú äóÕóÑóßõãõ Çááøóåõ Ýöí ãóæóÇØöäó ßóËöíÑóÉò æóíóæúãó Íõäóíúäò ÅöÐú ÃóÚúÌóÈóÊúßõãú ßóËúÑóÊõßõãú ÊõÛúäö Úóäúßõãú ÔóíúÆðÇ æóÖóÇÞóÊú Úóáóíúßõãõ ÇáúÃóÑúÖõ ÈöãóÇ ÑóÍõÈóÊú Ëõãøó æóáøóíúÊõãú ãõÏúÈöÑöíäó


"Sungguh Allah telah menolong kamu (wahai kaum Mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai." (At-Taubah: 25).
Ketika al-Qur`an membicarakan tentang perang Badar dalam Surat al-Anfal, terdapat penegasan tentang sebab kemenangan yang terpenting dan sebab kekalahan yang paling berbahaya,


æóÃóØöíÚõæÇ Çááøóåó æóÑóÓõæáóåõ æóáóÇ ÊóäóÇÒóÚõæÇ ÝóÊóÝúÔóáõæÇ æóÊóÐúåóÈó ÑöíÍõßõãú æóÇÕúÈöÑõæÇ Åöäøó Çááøóåó ãóÚó ÇáÕøóÇÈöÑöíäó (46) æóáóÇ ÊóßõæäõæÇ ßóÇáøóÐöíäó ÎóÑóÌõæÇ ãöäú ÏöíóÇÑöåöãú ÈóØóÑðÇ æóÑöÆóÇÁó ÇáäøóÇÓö æóíóÕõÏøõæäó Úóäú ÓóÈöíáö Çááøóåö æóÇááøóåõ ÈöãóÇ íóÚúãóáõæäó ãõÍöíØñ (47)


"Dan taatlah kepada Allah dan RasulNya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya` kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerja-kan." (Al-Anfal: 46-47).
Dan kita juga menemukan penegasan tentang sebab kemenangan yang lain, yang tak lain adalah iman, ketika Allah berfirman,


æóßóÇäó ÍóÞøðÇ ÚóáóíúäóÇ äóÕúÑõ ÇáúãõÄúãöäöíäó


"Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman." (Ar-Rum: 47).
Pertanyaannya adalah: Manakah kemenangan bagi kaum Muslimin saat ini? Di banyak negara, kaum Muslimin tertindas dan kalah, mereka hidup dalam keadaan lemah dan tak berdaya!
Manakah kejadian kemenangan yang selalu berulang seperti ketika hari al-Furqan pada saat Perang Badar al-Kubra, Perang Ahzab, Perang Yarmuk, Nahawand, atau pada saat kalah-nya Tartar ketika mereka menyerang negeri-negeri Islam pada awal abad ke-8?!
Saya ingin mengutip empat jawaban dari ulama-ulama Islam, baik ulama klasik maupun kontemporer, dari berbagai penjuru, dari barat dan timur, agar kita bisa melihat bagaimana para ulama tersebut memandang penyakit ini dan obatnya:
Al-Qurthubi 5 (wafat 671 H) berkata, menjawab pertanyaan klasik ini dalam bingkai kaidah æóáóíóäúÕõÑóäøó Çááøóåõ ãóäú íóäúÕõÑõåõ "Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya",
"Seperti inilah yang harus kita lakukan! (Yakni, menolong Agama Allah.) Akan tetapi amal-amal yang buruk dan niat yang rusak menghalangi hal itu, sehingga jumlah kita yang banyak tidak ada gunanya di hadapan musuh yang sedikit sekalipun, sebagaimana kita saksikan bukan hanya sekali! Dan hal itu disebabkan apa yang dilakukan oleh tangan-tangan kita sendiri. Dalam Shahih al-Bukhari: Abu ad-Darda` berkata,


ÅöäøóãóÇ ÊõÞóÇÊöáõæúäó ÈöÃóÚúãóÇáößõãú.


"Sesungguhnya kalian memerangi (musuh kalian) dengan amal shalih kalian."
Dan di dalamnya terdapat hadits musnad dalam al-bukhori bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,


åóáú ÊõÑúÒóÞõæúäó æóÊõäúÕóÑõæúäó ÅöáøóÇ ÈöÖõÚóÝóÇÆößõãú.


"Tidaklah kalian diberi rizki dan diberi kemenangan melainkan karena orang-orang lemah di antara kalian." (Shahih al-Bukhari, no. 2896, dan dalam riwayat an-Nasa`i,


ÅöäøóãóÇ äóÕóÑó Çááøåõ åÐöåö ÇáúÃõãøóÉó ÈöÖóÚóÝóÊöåöãúº ÈöÏóÚóæóÇÊöåöãú¡ æóÕóáóÇÊöåöãú¡ æóÅöÎúáóÇÕöåöãú.


"Sesungguhnya Allah menolong umat ini disebabkan orang-orang yang lemah di antara mereka; karena doa, shalat, dan keikhlasan mereka."
Ibnu Baththal berkata, "Penjelasan hadits ini: bahwa orang-orang yang lemah itu lebih ikhlas dalam berdoa, dan lebih khusyu' dalam ibadah; karena kosongnya hati mereka dari kecintaan kepada perhiasan dunia." Fath al-Bari, karya Ibnu Hajar, 6/89.)

Maka (sekarang) amal-amal telah rusak, orang-orang lemah diabaikan, kesabaran sedikit, sikap tawakkal/bertumpu (kepada Allah) lemah, dan takwa sudah tidak ada lagi. Allah ta’ala berfirman


ÇÕúÈöÑõæÇ æóÕóÇÈöÑõæÇ æóÑóÇÈöØõæÇ æóÇÊøóÞõæÇ Çááøóåó áóÚóáøóßõãú ÊõÝúáöÍõæäó


"Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah ber-siap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah." (Ali Imran: 200).
Allah ta’ala juga berfirman,


æóÚóáóì Çááøóåö ÝóÊóæóßøóáõæÇ Åöäú ßõäúÊõãú ãõÄúãöäöíäó


"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal." (Al-Ma’idah: 23).
Allah ta’ala juga berfirman,


ÅöÐóÇ áóÞöíÊõãú ÝöÆóÉð ÝóÇËúÈõÊõæÇ æóÇÐúßõÑõæÇ Çááøóåó ßóËöíÑðÇ áóÚóáøóßõãú ÊõÝúáöÍõæäó


"Apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung." (Al-Anfal: 45).
Inilah sebab-sebab dan syarat-syarat kemenangan, tapi kita tidak memilikinya dan semua itu tidak ada pada kita! Maka inna lillahi wa inna ilaihi raji'un atas apa yang menimpa dan terjadi pada diri kita ini! Bahkan tidak ada yang tersisa dari Islam selain sebutannya saja, dan tidak (ada yang tersisa) dari agama ini selain tulisannya saja! (Semua ini) disebabkan mendominasinya kerusakan, banyaknya kemaksiatan, dan sedikitnya petunjuk, sehingga musuh dapat menguasai (wilayah) timur dan barat, daratan dan lautan, dan (sehingga) fitnah terjadi merata, dan cobaan pun semakin besar! Dan tidak ada yang dapat mencegah selain Dia Yang Maha Penyayang. (Tafsir al-Qurthubi, 3/255.)
Imam Ibnu Taimiyah rahimahullah (wafat 728 H) berkata, menggambarkan penyakit tersebut dan menjelaskan penawarnya,
"Apabila terdapat kelemahan dalam diri kaum Muslimin, dan musuh telah unggul atas mereka, maka hal itu disebabkan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kaum Muslimin sendiri, bisa jadi karena kelalaian mereka dalam menunaikan kewajiban lahir mau-pun batin, dan bisa juga karena perbuatan melampaui batas mereka dengan melanggar hukum-hukum had yang lahir maupun batin. Allah ta’ala berfirman,


Åöäøó ÇáøóÐöíäó ÊóæóáøóæúÇ ãöäúßõãú íóæúãó ÇáúÊóÞóì ÇáúÌóãúÚóÇäö ÅöäøóãóÇ ÇÓúÊóÒóáøóåõãõ ÇáÔøóíúØóÇäõ ÈöÈóÚúÖö ãóÇ ßóÓóÈõæÇ æóáóÞóÏú ÚóÝóÇ Çááøóåõ Úóäúåõãú Åöäøó Çááøóåó ÛóÝõæÑñ Íóáöíãñ


"Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemunya dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau)." (Ali Imran: 155).
Allah ta’ala juga berfirman,


ÃóæóáóãøóÇ ÃóÕóÇÈóÊúßõãú ãõÕöíÈóÉñ ÞóÏú ÃóÕóÈúÊõãú ãöËúáóíúåóÇ ÞõáúÊõãú Ãóäøóì åóÐóÇ Þõáú åõæó ãöäú ÚöäúÏö ÃóäúÝõÓößõãú Åöäøó Çááøóåó Úóáóì ßõáøö ÔóíúÁò ÞóÏöíÑñ


"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata, 'Darimana datangnya (kekalahan) ini?' Katakanlah, 'Itu dari (ke-salahan) dirimu sendiri'." (Ali Imran: 165).
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah (wafat 1354 H) mempunyai jawaban atas pertanyaan ini yang bagus untuk dicantumkan (di sini), dan beliau adalah seorang ulama yang hidup di masa kelemahan dan kehinaan yang sangat parah yang pernah dialami oleh umat Islam. Beliau berkata,
"Akan tetapi, di beberapa abad terakhir ini kita melihat orang-orang yang mengklaim bahwa mereka beriman (ternyata) tidak mendapat kemenangan, maka sudah dapat dipastikan bahwa mereka tidak jujur dalam klaim keimanan mereka itu, atau mereka itu adalah orang-orang zhalim dan bukan yang terzhalimi, mereka membela karena hawa nafsu mereka bukan karena Allah, dan mereka tidak mengikuti sunnah-sunnahNya dalam (meraih) sebab-sebab kemenangan, karena Allah tidak akan menyalahi janjiNya dan tidak akan membatalkan sunnahNya, dan Allah hanya akan menolong orang Mukmin yang jujur, yaitu orang yang berniat menolong (agama) Allah dan meninggikan kalimatNya, dan senantiasa berbuat yang haq dan adil ketika berperang, bukan orang yang zhalim dan melampaui batas terhadap orang yang haq dan adil dari makhlukNya. (Itu semua) ditunjukkan oleh ayat yang pertama kali turun (yang menjelaskan) tentang syariat perang, yaitu FirmanNya c dalam Surat al-Hajj,


ÃõÐöäó áöáøóÐöíäó íõÞóÇÊóáõæäó ÈöÃóäøóåõãú ÙõáöãõæÇ


"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya," (Al-Hajj: 39),
sampai FirmanNya,


æóáóíóäúÕõÑóäøó Çááøóåõ ãóäú íóäúÕõÑõåõ Åöäøó Çááøóåó áóÞóæöíøñ ÚóÒöíÒñ


"Sungguh Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa." (Al-Hajj: 40).
Adapun para rasul dan orang-orang yang bersama mereka yang diberi kemenangan oleh Allah, maka mereka semua adalah orang-orang yang dizhalimi, mereka senantiasa berpegang teguh kepada kebenaran dan keadilan, dan menolong (agama) Allah. Dan Allah telah mensyaratkan hal itu dalam pertolonganNya terhadap semua orang-orang Mukmin. Allah c berfirman dalam Surat al-Qital,


íóÇÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Åöäú ÊóäúÕõÑõæÇ Çááøóåó íóäúÕõÑúßõãú æóíõËóÈøöÊú ÃóÞúÏóÇãóßõãú


"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukan-mu." (Muhammad: 7).
Iman adalah salah satu sebab hakiki di antara sebab-sebab kemenangan maknawi. Ia akan menjadi keunggulan di antara pihak-pihak yang memiliki sebab-sebab yang lain yang sama, maka kemenangan dengannya bukanlah sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan." (Tafsir al-Manar, 7/317.)
Al-Allamah Abdurrahman as-Sa'di 5 (wafat 1376 H), memiliki penjelasan yang bagus tentang penyakit ini dan penawarnya, yang mengandung pembahasan yang penting tentang sikap optimis. Beliau berkata,
"Iman yang lemah, hati-hati yang tercerai-berai, pemerintahan yang amburadul, permusuhan dan kebencian yang menjauhkan hubungan kaum Muslimin, musuh-musuh yang nampak maupun yang tersembunyi yang senantiasa berusaha menghabisi agama ini, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, ilhad dan materialisme, telah menyapu bersih orang-orang tua dan para pemuda dengan pengaruh buruknya dan gelombangnya yang menghantam dengan bertubi-tubi, ajakan-ajakan kepada akhlak yang rusak, dan menghabisi sisa nafas terakhirnya!
Kemudian perhatian manusia terhadap perhiasan-perhiasan dunia, di mana ia (dunia) merupakan ujung ilmu mereka dan keinginan terbesar mereka, karenanyalah mereka ridha dan marah, propaganda kotor agar tidak mementingkan akhirat, perhatian penuh untuk memakmurkan dunia dan menghancurkan agama, menghina dan mengolok-olok agama dan sesuatu yang terkait dengannya, membanggakan diri dan congkak, sombong dengan hal-hal modern yang berdiri di atas sikap pengingkaran, yang mana efek, keburukan, dan kejelekan-kejelekannya telah disaksikan oleh para hamba...
Akan tetapi walaupun demikian, orang Mukmin itu tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah, tidak putus harapan dari kebaikan Allah, pandangannya tidak hanya tertuju pada sebab-sebab yang zahir saja, akan tetapi dia selalu teringat dalam hatinya kepada Penyebab dari segala sebab, Yang Maha Dermawan lagi Maha Memberi, dan jalan keluar selalu ada di depan kedua mata-nya, dan janjiNya yang tidak akan diingkariNya: bahwasanya Allah akan menjadikan kemudahan setelah (datangnya) kesulitan, dan bahwa jalan keluar itu selalu ada bersama kesusahan, dan bahwa jalan keluar yang dahsyat itu selalu ada bersama kesusahan yang dahsyat dan terjadinya hal-hal yang mengerikan." (Bahjah Qulub al-Abrar, hal. 230.)
Kita memohon kepada Allah ta’ala agar Dia memuliakan Aga-maNya dan menjadikan kita termasuk di antara para penolongnya, serta agar Dia memberi kemenangan kepada wali-waliNya dan menghinakan musuh-musuhNya.

Sumber: 50 Prinsip Pokok Ajaran Al-Qur'an
Ditulis oleh: Dr Umar bin Abdullah Al-Muqbil
Diposting Oleh: Ricky Adhita

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=358