Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaidah Ke-16 [Tidak Sama Yang Baik Dengan Yang Buruk]

Kamis, 30 September 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-16


{ Þõáú áóÇ íóÓúÊóæöí ÇáúÎóÈöíËõ æóÇáØøóíøöÈõ }


“Katakanlah, tidak sama yang buruk dengan yang baik.”
{ Al-Maidah: 100}

Ini adalah kaidah al-Qur`an yang agung, yang diperlukan oleh manusia, dalam rangka membedakan antara perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, perilaku-perilaku, dan omongan-omongan.
ÇáúÎóÈöíËõ "yang buruk" adalah sesuatu yang dibenci karena kejelekan dan kehinaannya, baik itu berupa sesuatu yang hissi (materil) maupun maknawi (nilai). Jadi, keburukan itu mencakup setiap perkataan yang batil dan jelek dalam masalah akidah, kebohongan dalam ucapan, dan perbuatan yang jelek. Maka setiap keburukan itu tidak disukai dan diridhai oleh Allah, bahkan ia akan membawa ke Neraka Jahanam, sebagaimana Allah ta’ala berfirman,


áöíóãöíÒó Çááøóåõ ÇáúÎóÈöíËó ãöäó ÇáØøóíøöÈö æóíóÌúÚóáó ÇáúÎóÈöíËó ÈóÚúÖóåõ Úóáóì ÈóÚúÖò ÝóíóÑúßõãóåõ ÌóãöíÚðÇ ÝóíóÌúÚóáóåõ Ýöí Ìóåóäøóãó ÃõæáóÆößó åõãõ ÇáúÎóÇÓöÑõæäó


"Agar Allah memisahkan (golongan) yang buruk itu dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkanNya, dan dimasukkanNya ke dalam Neraka Jahanam."(Al-Anfal: 37).

Jika makna ÇáúÎóÈöíËõ "yang buruk" di sini telah jelas, maka ÇáØøóíøöÈõ "yang baik" adalah kebalikannya, maka masuk padanya sesuatu yang wajib, mustahab, dan mubah, dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan, serta akidah yang benar. Maka masuk ke dalam kaidah ini segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah ‘azza wa jalla dari hal-hal yang wajib, mustahab, dan mubah.
Maka tidaklah sama antara iman dan kufur, ketaatan dan kemaksiatan, penghuni surga dan penghuni neraka, perbuatan yang buruk dan perbuatan yang baik, serta harta yang haram dengan harta yang halal.(Lihat Mufradat al-Qur`an, karya ar-Raghib al-Ashbahani, hal. 272, serta tafsir Ibnu Juzaiy dan as-Sa'di tentang ayat ini.)

Kaidah al-Qur`an ini adalah awal ayat yang mulia,


Þõáú áóÇ íóÓúÊóæöí ÇáúÎóÈöíËõ æóÇáØøóíøöÈõ æóáóæú ÃóÚúÌóÈóßó ßóËúÑóÉõ ÇáúÎóÈöíËö ÝóÇÊøóÞõæÇ Çááåó íóÇÃõæáöí ÇáúÃóáúÈóÇÈö áóÚóáøóßõãú ÊõÝúáöÍõæäó


"Katakanlah, 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu', maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan," (Al-Ma`idah: 100),

dan ia dibawakan dalam konteks pembicaraan tentang macam-macam makanan, minuman, binatang buruan, dan perincian haram dan halal padanya.

Tidak diragukan bahwa tujuan ayat ini bukan hanya memberitahu bahwa yang buruk tidak sama dengan yang baik, karena hal itu merupakan perkara yang tertanam dalam fitrah, akan tetapi tujuannya adalah mendorong dan memotivasi agar mengikuti setiap yang baik dari perkataan, perbuatan, keyakinan, dan profesi, serta menjauhkan (manusia) dari setiap yang buruk dari perkataan, perbuatan, keyakinan, dan profesi.
Dan ketika dalam sebagian jiwa (manusia) terdapat kecenderungan kepada sebagian perkataan, perbuatan, atau profesi yang buruk, serta banyak manusia yang mendahulukan (kenikmatan) yang cepat daripada yang tertunda, dan (mendahulukan) yang fana daripada yang kekal, maka datanglah peringatan dari sesuatu yang buruk dengan gaya bahasa yang menakjubkan yang memutuskan jalan orang yang terkadang berhujjah dengan "banyaknya orang yang melakukan" yang memang buruk ini, maka Allah subhaanahu wa ta’ala berfirman (setelah kaidah ini),

æóáóæú ÃóÚúÌóÈóßó ßóËúÑóÉõ ÇáúÎóÈöíËö


"Meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu." (Al-Ma`idah: 100).

Hal itu karena dalam sebagian dari sesuatu yang buruk terdapat suatu kelezatan materi atau maknawi, seperti memperoleh harta yang banyak tapi dari jalan yang haram, atau mendapatkan kelezatan fisik melalui perzinaan, khamar, atau kelezatan-kelezatan haram lainnya, maka ini terkadang menggoda dan membuat manusia kagum. Tetapi bersama banyak ukurannya, lezat bagi pelakunya, dan dekat perasaannya, ia merupakan sebab tidak didapatkannya kebahagiaan yang kekal, abadi, dan langgeng, yang diisyaratkan oleh FirmanNya,


æóÇáúÈóÇÞöíóÇÊõ ÇáÕøóÇáöÍóÇÊõ ÎóíúÑñ ÚöäúÏó ÑóÈøößó ËóæóÇÈðÇ æóÎóíúÑñ ÃóãóáðÇ


"Tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu." (Al-Kahfi: 46).

Jika masalahnya seperti itu, maka ÇáúÎóÈöíËõ "yang buruk" walaupun jumlahnya yang banyak membuatmu kagum, tidak mungkin sama dengan ÇáØøóíøöÈõ "yang baik" yang mana yang paling agung darinya adalah: mengenal, mencintai, dan menaati Allah. Maka itulah –demi Allah– kehidupan yang baik yang dijanjikan oleh Allah ‘azza wa jalla bagi orang yang istiqamah dalam urusannya, yaitu hidupnya dalam keadaan baik, (baik) di dunia, alam barzakh, dan akhirat. Allah berfirman,


ãóäú Úóãöáó ÕóÇáöÍðÇ ãöäú ÐóßóÑò Ãóæú ÃõäúËóì æóåõæó ãõÄúãöäñ ÝóáóäõÍúíöíóäøóåõ ÍóíóÇÉð ØóíøöÈóÉð æóáóäóÌúÒöíóäøóåõãú ÃóÌúÑóåõãú ÈöÃóÍúÓóäö ãóÇ ßóÇäõæÇ íóÚúãóáõæäó (97)


"Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (An-Nahl: 97).

Mereka adalah orang-orang yang baik perkataan, perbuatan, dan kehidupannya, sehingga menjadi baiklah kematian dan (proses) kembalinya mereka kepada Allah, sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


ÇáøóÐöíäó ÊóÊóæóÝøóÇåõãõ ÇáúãóáóÇÆößóÉõ ØóíøöÈöíäó


"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat." (An-Nahl: 32).

Kita memohon kepada Allah Yang Mahadermawan dan Maha Pemberi karunia sebagian karuniaNya yang luas dan agung.
Karena besarnya kedudukan kaidah ini dan makna yang ditunjukkannya, maka seseorang yang merenungkan al-Qur`an akan merasa takjub dari banyaknya penekanan untuk mengamalkan makna yang ditunjukkan kaidah ini, di antara hal itu adalah:

(1). Penekanan akan pentingnya memperhatikan usaha mencari rizki yang baik, dan Allah tidak mengecualikan seorang pun dari hamba-hambaNya yang beriman dalam memotivasi perkara ini, ditambah lagi dengan ayat-ayat umum yang memerintahkan melakukan usaha yang baik, seperti FirmanNya ‘azza wa jalla,


íóÇÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ßõáõæÇ ãöãøóÇ Ýöí ÇáúÃóÑúÖö ÍóáóÇáðÇ ØóíøöÈðÇ æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚõæÇ ÎõØõæóÇÊö ÇáÔøóíúØóÇäö Åöäøóåõ áóßõãú ÚóÏõæøñ ãõÈöíäñ (168)


"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (Al-Baqarah: 168).

Hanya saja Allah ta’ala mengkhususkan para rasul ‘alaihimushsholaatu wassalaam –yang merupakan orang-orang yang paling baik secara fisik dan maknawi– dengan pesan yang khusus dalam masalah yang sama, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,


íóÇÃóíøõåóÇ ÇáÑøõÓõáõ ßõáõæÇ ãöäó ÇáØøóíøöÈóÇÊö æóÇÚúãóáõæÇ ÕóÇáöÍðÇ Åöäøöí ÈöãóÇ ÊóÚúãóáõæäó Úóáöíãñ


"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al-Mu`minun: 51).

Semua ini menguatkan pentingnya memperhatikan masalah yang agung ini, yang tak lain adalah usaha yang baik, dan para as-Salaf kita yang shalih benar-benar sangat memperhatikan masalah ini, bahkan bisa jadi salah seorang di antara mereka melakukan safar ratusan mil dan berada jauh dari tanah airnya, semua itu hanya karena untuk mencari sesuap nasi yang baik dan halal, sehingga Sufyan ats-Tsauri berkata,

Åöäøó ØóáóÈó ÇáúÍóáóÇáö åõæó Úóãóáõ ÇáúÃóÈúØóÇáö.


"Sesungguhnya mencari (rizki) yang halal adalah pekerjaan para pahlawan."

Ada beberapa sebab perhatian para as-Salaf kita terhadap usaha yang baik, sebab yang terpenting adalah:
a. Bahwasanya Allah itu baik dan tidak akan menerima selain yang baik, sebagaimana sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam.
b. Bahwa usaha ini termasuk di antara yang menumbuhkan jasad.

Oleh karena itu, di antara yang sering kali diwasiatkan adalah banyak sedekah ketika banyak harta atau ketika syubhat mendominasi (harta); sebagaimana Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan hal itu kepada orang yang bergerak di bidang perdagangan, beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda –dalam riwayat Ahlu as-Sunan– dari hadits Qais bin Abu Gharazah, dia berkata,


ÎóÑóÌó ÚóáóíúäóÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö –æóäóÍúäõ äõÓóãøóì ÇáÓøóãóÇÓöÑóÉó- ÝóÞóÇáó: íóÇ ãóÚúÔóÑó ÇáÊøõÌøóÇÑö¡ Åöäøó ÇáÔøóíúØóÇäó æóÇáúÅöËúãó íóÍúÖõÑóÇäö ÇáúÈóíúÚóº ÝóÔóæøöÈõæúÇ ÈóíúÚóßõãú ÈöÇáÕøóÏóÞóÉö.


"Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami –dan kami ini dinamakan para makelar– lalu beliau bersabda, 'Wahai sekalian para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa hadir dalam jual beli, maka campurkanlah (bersihkanlah) jual beli kalian ini dengan sedekah'." At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih."

Apabila keadaan usaha yang baik adalah seperti ini, maka bagi orang yang ingin menasihati dirinya, hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam merealisasikannya, dan berhati-hati terhadap segala sesuatu yang dapat mengotorinya, khususnya karena di zaman ini telah tersebar di kalangan orang-orang berbagai macam usaha yang haram, di samping (usaha-usaha) yang bercampur (antara yang halal dan haram) dan yang syubhat, seperti perusahaan-perusahaan yang ada di pasar saham domestik dan internasional.

(2). Di antara petunjuk yang terdapat dalam kaidah al-Qur`an yang agung ini adalah: bahwa tidak benar –dan selamanya tidak benar– kalau kita menjadikan jumlah yang banyak sebagai patokan baiknya, sahnya, dan terbebasnya suatu perkara dari hal-hal yang diharamkan secara syar'i. Ini bisa diterapkan kepada perkataan, perbuatan, dan keyakinan, tetapi kita harus menghukumi segala sesuatu melalui tata caranya, karakteristiknya, dan sejauh mana kesesuaiannya dengan syariat yang menyucikan.
Renungkanlah, misalnya, sedikitnya jumlah pengikut para rasul dan banyaknya jumlah musuh-musuh mereka,


æóÅöäú ÊõØöÚú ÃóßúËóÑó ãóäú Ýöí ÇáúÃóÑúÖö íõÖöáøõæßó Úóäú ÓóÈöíáö Çááåö Åöäú íóÊøóÈöÚõæäó ÅöáøóÇ ÇáÙøóäøó æóÅöäú åõãú ÅöáøóÇ íóÎúÑõÕõæäó (116)


"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah." (Al-An'am: 116).

Ini adalah di antara hal yang menguatkan pentingnya bagi para da'i memperhatikan metode dan selamatnya (metode itu), dan hal itu tidak boleh berpatokan kepada banyaknya pengikut! Ini adalah masalah yang tidak akan dipahami kecuali oleh orang yang diberi taufik oleh Allah ta’ala, dan tidak ada yang sabar terhadapnya kecuali orang yang ditolong dan diluruskan oleh Allah, karena dalam jumlah yang banyak terdapat fitnah, dan dalam jumlah yang sedikit terdapat ujian.
(Saya sebutkan) untuk Anda contoh ketiga yang akan membuat makna kaidah ini menjadi jelas bagi Anda, yaitu silahkan Anda renungkan bagaimana banyaknya perkataan dan keyakinan yang batil sedangkan keyakinan yang haq hanyalah satu saja. Allah ta’ala berfirman,


æóÃóäøó åóÐóÇ ÕöÑóÇØöí ãõÓúÊóÞöíãðÇ ÝóÇÊøóÈöÚõæåõ æóáóÇ ÊóÊøóÈöÚõæÇ ÇáÓøõÈõáó ÝóÊóÝóÑøóÞó Èößõãú Úóäú ÓóÈöíáöåö Ðóáößõãú æóÕøóÇßõãú Èöåö áóÚóáøóßõãú ÊóÊøóÞõæäó (153)


"Dan bahwa (yang Aku perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya." (Al-An'am: 153).

Demi Allah, tidaklah terdapat kelezatan dalam sesuatu yang buruk melainkan dalam sesuatu yang baik terdapat (kelezatan) semisalnya bahkan lebih baik darinya, ditambah rasa aman dari akibat yang buruk di dunia dan akhirat. Dan orang yang berakal ketika dia terbebas dari hawa nafsunya, dan hatinya penuh dengan ketakwaan dan rasa diawasi oleh Allah ta’ala, maka dia hanya akan memilih yang baik, bahkan jiwanya akan menolak sesuatu yang buruk, walaupun hal itu dengan mengorbankan kelezatan-kelezatan, dan datangnya kelelahan-kelelahan, sehingga urusannya akan berakhir dalam kemenangan di dunia dan akhirat, seraya menghibur dirinya dengan FirmanNya subhanahu wa ta’ala,


Þõáú ãóÊóÇÚõ ÇáÏøõäúíóÇ Þóáöíáñ æóÇáúÂÎöÑóÉõ ÎóíúÑñ áöãóäö ÇÊøóÞóì æóáóÇ ÊõÙúáóãõæäó ÝóÊöíáðÇ (77)


"Katakanlah, 'Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun'." (An-Nisa`: 77).

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang baik perkataan dan perbuatannya, sehingga baik juga tempat kembali dan tempat pulang kami (di akhirat).

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=364