Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-24 [Siapa Berjihad Di Jalan Kami, Pasti Kami Tunjuki]

Kamis, 21 Oktober 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-24


{ æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ æóÅöäøó Çááåó áóãóÚó ÇáúãõÍúÓöäöíäó}


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami..”
{ Yusuf: 90}

Kaidah ini terdapat pada akhir Surat al-Ankabut, yang mana surat ini dimulai dengan Firman Allah ta’ala,


Çáã (1) ÃóÍóÓöÈó ÇáäøóÇÓõ Ãóäú íõÊúÑóßõæÇ Ãóäú íóÞõæáõæÇ ÂãóäøóÇ æóåõãú áóÇ íõÝúÊóäõæäó (2) æóáóÞóÏú ÝóÊóäøóÇ ÇáøóÐöíäó ãöäú ÞóÈúáöåöãú ÝóáóíóÚúáóãóäøó Çááåõ ÇáøóÐöíäó ÕóÏóÞõæÇ æóáóíóÚúáóãóäøó ÇáúßóÇÐöÈöíäó (3)


"Alif lam mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-Ankabut: 1-3).

Seakan-akan ditutupnya Surat al-Ankabut dengan kaidah (prinsip pokok) al-Qur`an ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami," merupakan jawaban dari pertanyaan yang terkadang diajukan oleh orang Mukmin –dan dia membaca awal Surat al-Ankabut, yang menetapkan hakikat syar'iyyah dan sunnah ilahiyyah– di jalan dakwah menyeru kepada (Agama) Allah ta’ala, dan pertanyaan itu adalah: apa jalan keluar dari fitnah-fitnah yang dikabarkan kepada kita oleh awal Surat al-Ankabut?! Maka jawabannya datang di akhir surat, pada kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an yang muhkam (bermakna jelas) ini,


æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (Al-Ankabut: 69).

Maka (kita) harus berjihad dengan maknanya yang luas, dan (kita) harus ikhlas, pada kondisi seperti itulah hidayah datang, dan keberhasilan akan terwujud dengan izin Allah.
Sebuah keharusan bagi orang yang ingin menempuh suatu jalan, agar tergambar dalam benaknya kesulitan-kesulitan jalan tersebut, agar dia berada di atas kejelasan dalam urusannya. Seperti itu jugalah jalan dakwah kepada (agama) Allah. Jalan dakwah ini tidak dan tidak akan pernah dibentangkan (dan dipenuhi) dengan bunga-bunga mawar dan para pelancong, tetapi ia adalah jalan di mana Adam merasa lelah padanya, Nuh meratap karenanya, al-Khalil Ibrahim dilempar ke dalam api, Isma'il dibaringkan untuk disembelih, Yusuf dijual dengan harga yang rendah, dan tinggal di penjara beberapa tahun lamanya." (Al-Fawa`id, hal. 42.)

Karena iman bukanlah hanya sekedar sebuah kalimat yang diucapkan, sesungguhnya ia merupakan sebuah hakikat yang memiliki banyak tugas, sebuah amanah yang memiliki banyak beban, suatu jihad yang membutuhkan kesabaran, dan suatu kesungguhan yang membutuhkan sikap menanggung sesuatu, maka tidaklah cukup manusia berkata, "Kami telah beriman," dan mereka tidak akan dibiarkan (begitu saja) karena klaim ini, sehingga mereka dilanda oleh cobaan lalu mereka teguh di atasnya dan keluarlah darinya unsur-unsur yang jernih yang ada pada diri mereka dan keikhlasan hati mereka, sebagaimana api menguji emas untuk memisahkannya dengan unsur-unsur murahan yang menempel dengannya, dan inilah asal katanya menurut bahasa, dan ia memiliki makna yang ditunjukkannya, naungan, dan cakupannya, dan demikian juga apa yang dilakukan oleh cobaan dengan hati."

Wahai Anda yang melelahkan diri dengan dakwah, memposisikan dirimu dalam posisi para rasul, da'i, dan pemberi petunjuk, terimalah semua cobaan yang menimpamu dengan hati yang teguh, maka janganlah kesulitan-kesulitan (yang menimpamu itu) mengguncangkanmu, karena cobaan-cobaan itu adalah pendidik para pemimpin, pendidik akhlak, dan pembentuk jiwa.
Sesungguhnya seseorang yang tidak pernah tertimpa musibah, dan tidak pernah merasakan cobaan-cobaan, tidak akan pernah menjadi seseorang yang melakukan perbaikan dan seseorang yang menyeru makhluk kepada kebenaran; sehingga dirinya terbiasa menahan hal-hal yang tidak disukai, dan curahkanlah segala kekuatan dan harta yang Anda mampu (untuk Anda curahkan), niscaya Allah akan menunjuki Anda ke jalan yang benar, dan Allah memperbaiki beberapa kelompok bahkan beberapa umat dengan perantaraan Anda,


æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ æóÅöäøó Çááåó áóãóÚó ÇáúãõÍúÓöäöíäó (69)

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat kebaikan." (Al-Ankabut: 69). (Perkataan ini adalah (perkataan) al-Manfaluthi, yang dinukil dari Maqalat Li Kibar Kuttab al-Arabiyyah, DR. Muhammad al-Hamd, 1/213.)

Apabila telah jelas hubungan kaidah (prinsip pokok) al-Qur`an yang disebutkan di akhir Surat al-Ankabut ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami", dengan awal surat tersebut, maka sesungguhnya makna-makna yang ditunjukkan oleh kaidah (prinsip pokok) ini dalam bidang dakwah sangat besar dan luas, dan ia menunjukkan dengan jelas bahwa barangsiapa yang menginginkan hidayah dan taufik –dan dia ber-jalan di atas jalan dakwah– maka hendaklah dia merealisasikan dua pokok yang besar yang ditunjukkan oleh kaidah ini:

(1). Adapun pokok pertama, adalah mencurahkan kemampuan dan kesungguhan untuk mencapai tujuan yang direncanakan oleh manusia dalam jalannya menuju Allah ta’ala.

(2). Dan pokok yang kedua adalah: ikhlas kepada Allah, berdasarkan Firman Allah ta’ala,


æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ


"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami." (Al-Ankabut: 69).

Maka jihad mereka bukanlah untuk membela diri mereka sendiri, bukan pula (untuk membela) kelompok dengan mengorbankan (kelompok) yang lain, dan bukan pula untuk mendapatkan kesenangan dunia, atau untuk mendapatkan kursi atau kedudukan, tetapi ia adalah jihad untuk Allah ta’ala.
Diingatkannya pokok yang satu ini –yakni ikhlas- padahal ia merupakan syarat dalam setiap amal, rahasianya –wallahu a'lam– adalah karena di antara para da'i terdapat seseorang yang melakukan dakwah, atau amal yang bermanfaat lainnya, (yang semua itu) didorong oleh keinginannya untuk mendapatkan popularitas yang telah dicapai oleh da'i fulan, atau didorong oleh (keinginannya) untuk mendapatkan kekayaan yang telah dicapai oleh pembicara fulan... maka datanglah peringatan terhadap pokok yang mendasar ini dalam setiap amal shalih.

Terdapat rahasia lain –wallahu a'lam– dalam peringatan ter-hadap pokok ini, yaitu bahwa manusia boleh jadi pada mulanya dia ikhlas, lalu tidak berapa lama padamlah suhu keikhlasan dalam dirinya setiap kali nampak di depan para pendebatnya sesuatu dari bagian-bagian jiwa, mementingkan diri sendiri, atau memperhatikan kedudukan, dan kecintaan terhadap ketinggian dan kebang-gaan, atau kemenangan.
Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari hilangnya ikhlas berjumlah banyak, apabila ia telah parah, ia akan memberantas keimanan, dan apabila sedikit, ia akan meninggalkan kecacatan yang beraneka ragam, yang bisa menjadi celah masuknya setan padanya. Oleh karena itu, tidaklah aneh jika datang penegasan terhadap pokok yang sejati ini pada kedudukan yang agung ini, kedudukan jihad dan bersungguh-sungguh.
Dan jika telah tsabit bahwa surat ini merupakan surat makkiyah, berdasarkan pendapat yang benar di antara pendapat-pendapat para ahli tafsir, yang mana saat itu belum wajib syiar jihad dalam maknanya yang khusus, yakni memerangi orang-orang musyrik untuk meninggikan kalimat Allah, maka terdapat makna yang besar yang diisyaratkan oleh kaidah ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami," yaitu bahwa di antara bentuk-bentuk jihad yang paling agung adalah, bersabar terhadap cobaan-cobaan dengan kedua jenisnya: cobaan kesenangan dan cobaan kesulitan, yang mana sebagiannya telah diisyaratkan oleh Surat al-Ankabut.

Dan kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an yang muhkam (bermakna jelas) ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami", menunjukkan kepada sesuatu yang lain, sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah,
"Yaitu bahwa manusia yang paling sempurna petunjuknya adalah yang paling banyak jihadnya di antara mereka, dan jihad yang paling wajib adalah jihad melawan diri, jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan, dan jihad melawan dunia. Maka barangsiapa yang berjihad melawan keempat macam ini di jalan Allah, niscaya Allah akan memberinya petunjuk kepada jalan-jalan keridhaanNya yang akan mengantarkannya ke surgaNya. Dan barangsiapa yang meninggalkan jihad, niscaya dia tidak mendapatkan petunjuk sesuai dengan kadar yang tidak dilaksanakannya dari jihad...."
Sampai beliau rahimahullah berkata,
"Tidak ada seseorang pun yang dapat berjihad melawan musuhnya secara nyata kecuali orang yang berjihad melawan musuh-musuh ini secara batin. Maka barangsiapa yang menang melawannya, niscaya dia akan menang melawan musuhnya, dan barangsiapa yang kalah, niscaya dia akan dikalahkan oleh musuhnya."( Al-Fawa`id, hal. 59.)

Dalam perkataan-perkataan orang-orang besar dari kalangan pendahulu umat ini (as-Salaf), dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, terdapat apa-apa yang memperluas makna yang ditunjukkan oleh kaidah ini:
Berikut ini adalah al-Junaid rahimahullah, beliau berkata, dalam komentar beliau terhadap kaidah al-Qur`an ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami", "Yakni, orang-orang yang berjihad melawan hawa nafsu mereka untuk (mencari keridhaan) Kami dengan taubat, niscaya benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan keikhlasan."
Para ulama memiliki bagian dari kaidah ini. Ahmad bin Abi al-Hawari berkata, Abbas bin Ahmad menceritakan kepadaku tentang Firman Allah ta’ala, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami", "Yakni, orang-orang yang beramal dengan apa yang mereka ketahui, niscaya Kami tunjukkan kepada mereka apa-apa yang tidak mereka ketahui."
Yang disebutkan oleh ulama yang mulia ini adalah makna yang diriwayatkan di dalam atsar, "Barangsiapa yang mengetahui apa yang dia amalkan, niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan saksikanlah hal ini dalam kitab Allah,


æóÇáøóÐöíäó ÇåúÊóÏóæúÇ ÒóÇÏóåõãú åõÏðì æóÂÊóÇåõãú ÊóÞúæóÇåõãú (17)


"Dan orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya." (Muhammad: 17).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah berkata, "Kita tidak mengetahui (tidak berilmu tentang) apa yang kita amalkan, dan kita tidak mengamalkan amal yang kita ketahui, kalaulah kita mengamalkan apa yang kita ketahui, niscaya Allah akan membukakan atas hati-hati kita penutup yang mendatangkan hidayah yang tidak bisa kita raih dengan harapan-harapan kita." (Dar`u Ta'arudh al-'Aql wa an-Naql, 4/358.)

Dalam realitas kaum Mukminin terdapat kondisi-kondisi yang membutuhkan kesadaran untuk menghadirkan kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an ini, æóÇáøóÐöíäó ÌóÇåóÏõæÇ ÝöíäóÇ áóäóåúÏöíóäøóåõãú ÓõÈõáóäóÇ "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami",

1. Barangsiapa yang mempunyai kedua orangtua yang berusia lanjut dan sakit-sakitan, maka dia perlu untuk diingatkan dengan kaidah ini.
2. Barangsiapa yang menempuh jalan dalam menuntut ilmu, dan sebagian keadaan terasa panjang dan membuatnya bosan, maka dia perlu untuk merenungkan makna-makna kaidah ini.
3. Dan barangsiapa yang meluangkan sebagian waktunya untuk mendidik anak-anak dan remaja, atau untuk mengajarkan kitab Allah kepada anak-anak kaum Muslimin, baik laki-laki maupun perempuan, dan dia telah dijangkiti oleh rasa jenuh, maka dia memiliki keperluan yang mendesak untuk mentadabburi kaidah ini.

Kesimpulannya: setiap orang yang menetapkan dirinya untuk melakukan amal shalih, baik dia kurang atau berlebihan, maka hendaknya dia sering mentadabburi kaidah ini, karena sesungguhnya ia merupakan balsem yang manjur di jalan orang-orang yang berjalan menuju Tuhannya. Dan hampir saja orang Mukmin lupa terhadap semua kelelahan dan kepayahan yang dihadapinya, tatkala dia menginjakkan kakinya di atas tingkatan di antara tingkatan-tingkatan surga. Semoga Allah menjadikan saya dan Anda semua, serta kedua orang tua kita dan anak-anak kita, termasuk para penghuni surga, dan termasuk orang yang mengajak (manusia) untuk memasukinya.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=372