Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-30 [Siapa Yang Bertawakkal, Allah Mencukupinya]

Kamis, 04 Nopember 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-30


{ æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ }


" Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
{ Ath-Thalaq: 3 }

Ini adalah sebuah kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an dan kaidah (prinsip pokok) keimanan, yang akarnya melintang dalam hati-hati orang-orang yang mentauhidkan Allah, pada zaman yang lalu dan sekarang, sampai Allah mewariskan bumi dan apa yang ada di atasnya.
Makna kaidah ini sangat jelas dan nyata. Ia menunjukkan bahwa barangsiapa yang bertawakal kepada Tuhannya dan Pelindungnya dalam urusan Agama dan dunianya, dengan bersandar kepada Allah dalam meraih apa-apa yang bermanfaat baginya dan menolak apa-apa yang memudaratkannya, dan melakukan sebab-sebab yang diperintahkan, dengan kepercayaan yang sempurna akan mudah dan ringannya hal itu, Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ "niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya," yakni, Allah akan mencukupkan baginya perkara yang dia tawakalkan kepadaNya.(Lihat Tafsir as-Sa'di, hal. 869.)

Sesungguhnya kaidah al-Qur`an ini, æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya," terdapat dalam konteks pembicaraan tentang ayat-ayat talak dalam Surat ath-Thalaq, yang menjelaskan sejumlah kabar gembira yang ditunggu-tunggu dari penerapan Syariat Allah dalam perkara talak. Allah ta’ala berfirman,


ÝóÅöÐóÇ ÈóáóÛúäó ÃóÌóáóåõäøó ÝóÃóãúÓößõæåõäøó ÈöãóÚúÑõæÝò Ãóæú ÝóÇÑöÞõæåõäøó ÈöãóÚúÑõæÝò æóÃóÔúåöÏõæÇ Ðóæóíú ÚóÏúáò ãöäúßõãú æóÃóÞöíãõæÇ ÇáÔøóåóÇÏóÉó áöáåö Ðóáößõãú íõæÚóÙõ Èöåö ãóäú ßóÇäó íõÄúãöäõ ÈöÇááåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂÎöÑö æóãóäú íóÊøóÞö Çááåó íóÌúÚóáú áóåõ ãóÎúÑóÌðÇ (2) æóíóÑúÒõÞúåõ ãöäú ÍóíúËõ áóÇ íóÍúÊóÓöÈõ æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ Åöäøó Çááåó ÈóÇáöÛõ ÃóãúÑöåö ÞóÏú ÌóÚóáó Çááåõ áößõáøö ÔóíúÁò ÞóÏúÑðÇ (3)


"Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq: 2-3).

Adapun kesesuaian datangnya makna ini setelah penyebutan hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah talak ini, maka mungkin rahasianya –wallahu a'lam- adalah bahwa ia mengandung peringatan dan penenangan (hati)!
Peringatan: karena ia ditujukan bagi masing-masing dari suami-istri yang mana nafsunya terkadang mendorongnya untuk melampaui batas-batas Allah ta’ala dalam perkara perceraian, baik itu dalam hal yang berkaitan dengan 'iddah, nafkah, atau hal lainnya, khususnya karena kondisi jiwa pada saat terjadi perceraian terkadang menjadi keras, tidak teratur dalam perbuatan-perbuatannya secara umum, dan terkadang ia bertindak dengan emosi yang memenuhi dirinya pada saat marah, tanpa mengosongkan dirinya (dari sifat marahnya terlebih dahulu) dan tanpa sikap obyektif!
Dan penenangan (hati): karena ia ditujukan bagi orang yang benar bersama Allah dalam merealisasikan Syariat Tuhannya dalam perkara perceraian, dan bahwasanya apabila dia dikenai tipu daya ataupun membuat tipu daya, maka sesungguhnya Allah selalu bersamanya, menolongnya, menjaga haknya, dan mencegah tipu daya orang yang ingin melakukan tipu daya (terhadap dirinya), dan Allah lebih mengetahui maksudnya.
Walaupun kaidah ini terdapat dalam konteks ayat-ayat talak -sebagaimana telah dijelaskan- tetapi maknanya lebih umum dan komprehensif daripada hanya terbatas pada tema ini saja. Lebih dari itu, ayat-ayat al-Qur`an al-Karim penuh dengan pembahasan tentang tawakal, keutamaannya, sanjungan terhadap pelakunya, dan pengaruhnya terhadap kehidupan seorang hamba.

Sebelum saya mengisyaratkan secara global kepada hal itu, ada baiknya (saya) mengingatkan bahwa nash-nash ini menunjukkan bahwa melakukan sebab-sebab adalah termasuk di antara kesempurnaan tawakal, dan ini nyata dan jelas. Akan tetapi perlu diingatkan, karena sebagian manusia terkadang mengira -secara salah- bahwa tawakal itu adalah tidak melakukan sebab-sebab apa pun! Ini adalah kesalahan yang nyata; barangsiapa yang merenungkan kisah Nabi Musa ’alaihissalam pada saat beliau menghadapi laut, kisah Maryam ’alaihassalam tatkala dia melahirkan, dan (kisah-kisah) para wali dan orang-orang shalih lainnya, niscaya dia menemukan bahwasanya mereka semua diperintahkan melakukan sebab yang paling rendah sekalipun, Nabi Musa ’alaihissalam diperintahkan untuk memukul batu, dan Maryam diperintahkan untuk menggoyang-goyangkan pangkal pohon (kurma). Dan alangkah bagusnya apa yang dikatakan (berikut ini):
"Menyandarkan diri kepada sebab-sebab secara total merupakan syirik yang menafikan tauhid, dan mengingkari posisinya sebagai sebab secara total merupakan serangan terhadap syariat dan hikmah, dan berpaling darinya –padahal dia tahu bahwa ia merupakan sebab– merupakan kekurangan dalam akal, dan memposisikannya sesuai dengan posisinya dan pembelaan sebagiannya dengan sebagian yang lain, dan penguasaan sebagiannya atas sebagian yang lain, adalah hakikat tulen penghambaan diri, pengetahuan, dan penetapan tauhid, syariat, takdir, dan hikmah." (Madarij as-Salikin, 1/244, dengan perubahan redaksi.)

Sesungguhnya tawakal kepada Allah itu diperintahkan dalam semua urusan kehidupan. Di samping itu juga terdapat tempat-tempat yang banyak yang di dalamnya terdapat anjuran dan perintah untuk bertawakal, baik untuk Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallamkhususnya dan kaum Mukminin umumnya! Dan risalah-risalah al-Qur`an mengatakan,

(1). Apabila kalian menginginkan kemenangan dan jalan keluar, maka bertawakallah kalian kepadaNya,


Åöäú íóäúÕõÑúßõãõ Çááåõ ÝóáóÇ ÛóÇáöÈó áóßõãú æóÅöäú íóÎúÐõáúßõãú Ýóãóäú ÐóÇ ÇáøóÐöí íóäúÕõÑõßõãú ãöäú ÈóÚúÏöåö æóÚóáóì Çááåö ÝóáúíóÊóæóßøóáö ÇáúãõÄúãöäõæäó (160)


"Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang Mukmin bertawakal." (Ali Imran: 160).

(2). Apabila kamu berpaling dari musuh-musuhmu, maka jadikanlah tawakal sebagai temanmu,


ÝóÃóÚúÑöÖú Úóäúåõãú æóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö æóßóÝóì ÈöÇááøóåö æóßöíáðÇ (81)


"Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung." (An-Nisa`: 81).

(3). Apabila (semua) makhluk berpaling darimu, maka bertawakallah kepada Tuhanmu,


ÝóÅöäú ÊóæóáøóæúÇ ÝóÞõáú ÍóÓúÈöíó Çááåõ áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó Úóáóíúåö ÊóæóßøóáúÊõ æóåõæó ÑóÈøõ ÇáúÚóÑúÔö ÇáúÚóÙöíãö (129)


"Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, 'Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Hanya kepadaNya aku bertawakal'." (At-Taubah: 129).

(4). Apabila kamu menginginkan perdamaian dan perbaikan di antara suatu kaum, maka janganlah menjadikan perantara kepada hal itu kecuali dengan tawakal,


æóÅöäú ÌóäóÍõæÇ áöáÓøóáúãö ÝóÇÌúäóÍú áóåóÇ æóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö


"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah." (Al-Anfal: 61).

(5). Apabila kafilah-kafilah Qadha` (ketentuan Allah) telah sampai kepadamu, maka sambutlah ia dengan tawakal,


Þõáú áóäú íõÕöíÈóäóÇ ÅöáøóÇ ãóÇ ßóÊóÈó Çááåõ áóäóÇ åõæó ãóæúáóÇäóÇ æóÚóáóì Çááåö ÝóáúíóÊóæóßøóáö ÇáúãõÄúãöäõæäó (51)


"Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dia-lah Pelindung kami,' dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal." (At-Taubah: 51).

(6). Apabila musuh-musuh telah memasang perangkap-perangkap makar (mereka), maka masuklah kamu ke dalam benteng tawakal,


æóÇÊúáõ Úóáóíúåöãú äóÈóÃó äõæÍò ÅöÐú ÞóÇáó áöÞóæúãöåö íóÇ Þóæúãö Åöäú ßóÇäó ßóÈõÑó Úóáóíúßõãú ãóÞóÇãöí æóÊóÐúßöíÑöí ÈöÂíóÇÊö Çááåö ÝóÚóáóì Çááåö ÊóæóßøóáúÊõ ÝóÃóÌúãöÚõæÇ ÃóãúÑóßõãú æóÔõÑóßóÇÁóßõãú Ëõãøó áóÇ íóßõäú ÃóãúÑõßõãú Úóáóíúßõãú ÛõãøóÉð Ëõãøó ÇÞúÖõæÇ Åöáóíøó æóáóÇ ÊõäúÙöÑõæäö (71)


"Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada kaumnya, 'Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal'." (Yunus: 71).

(7). Apabila kamu mengetahui bahwasanya tempat kembali semua orang adalah kepada Allah, dan (mengetahui bahwa) takdir semua makhluk ada di Tangan Allah, maka rebahkanlah dirimu di atas permadani tawakal,


ÝóÇÚúÈõÏúåõ æóÊóæóßøóáú Úóáóíúåö


"Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepadaNya." (Hud: 123).

(8). Apabila kamu mengetahui bahwasanya Allah adalah Tuhan satu-satunya yang haq, maka janganlah kamu bertawakal kecuali hanya kepadaNya,


Þõáú åõæó ÑóÈøöí áóÇ Åöáóåó ÅöáøóÇ åõæó Úóáóíúåö ÊóæóßøóáúÊõ æóÅöáóíúåö ãóÊóÇÈö (30)


"Katakanlah, 'Dia-lah Tuhanku, tidak ada tuhan kecuali Dia; hanya kepadaNya aku bertawakal dan hanya kepadaNya aku bertaubat." (Ar-Ra'd: 30).

(9). Apabila hidayah itu datang dari Allah, maka sambutlah ia dengan sikap syukur dan tawakal,


æóãóÇ áóäóÇ ÃóáøóÇ äóÊóæóßøóáó Úóáóì Çááåö æóÞóÏú åóÏóÇäóÇ ÓõÈõáóäóÇ æóáóäóÕúÈöÑóäøó Úóáóì ãóÇ ÂÐóíúÊõãõæäóÇ æóÚóáóì Çááåö ÝóáúíóÊóæóßøóáö ÇáúãõÊóæóßøöáõæäó (12)


"Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri." (Ibrahim: 12).

(10). Apabila kamu takut terhadap kekuatan musuh-musuh Allah dan setan yang senantiasa mengingkari janjinya, maka janganlah kamu bersandar kecuali kepada pintu Allah,


Åöäøóåõ áóíúÓó áóåõ ÓõáúØóÇäñ Úóáóì ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ æóÚóáóì ÑóÈøöåöãú íóÊóæóßøóáõæäó (99)

"Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan mereka bertawakal kepada Tuhannya." (An-Nahl: 99).

(11). Apabila kamu ingin agar Allah menjadi Pelindungmu dalam setiap kondisi, maka berpeganglah kepada tawakal dalam setiap kondisi,


æóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö æóßóÝóì ÈöÇááåö æóßöíáðÇ


"Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung." (An-Nisa`: 81).

(12). Apabila kamu ingin agar Firdaus yang paling tinggi menjadi tempat tinggalmu, maka tinggallah di tempat tawakal,


ÇáøóÐöíäó ÕóÈóÑõæÇ æóÚóáóì ÑóÈøöåöãú íóÊóæóßøóáõæäó (42)


"(Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal." (An-Nahl: 42).

(13). Apabila kamu ingin meraih cinta Allah, maka tinggallah terlebih dahulu di tempat tawakal,


ÝóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Åöäøó Çááåó íõÍöÈøõ ÇáúãõÊóæóßøöáöíäó


"Maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadaNya." (Ali Imran: 159).

(14). Apabila kamu ingin agar Allah menjadi (cukup) bagimu, dan (ingin agar) kamu ikhlas kepada Allah, maka hendaklah kamu bertawakal,


æóãóäú íóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Ýóåõæó ÍóÓúÈõåõ


"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (Ath-Thalaq: 3).


ÝóÊóæóßøóáú Úóáóì Çááåö Åöäøóßó Úóáóì ÇáúÍóÞøö ÇáúãõÈöíäö (79)


"Sebab itu bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata." (An-Naml: 79).(Semua yang telah disebutkan dari poin 1-14 adalah perkataan imam pakar bahasa yang juga seorang pakar tafsir, al-Fairuz Abadi 5 dalam bukunya, Basha`ir Dzawi at-Tamyiz, 2/313-315, dengan sedikit diringkas.)

Dan sebelum kita menutup pembahasan kita tentang kaidah al-Qur`an ini, saya ingin mengingatkan kepada apa yang disebutkan oleh al-Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah, bahwasanya banyak di antara orang-orang yang bertawakal yang terpedaya dalam tawakalnya!
Dan penjelasan hal itu -sebagaimana yang beliau katakan-, "Bahwa kamu melihat sebagian manusia mengarahkan tawakalnya kepada kebutuhan parsial yang padanya dia mengerahkan segala kekuatan tawakalnya, padahal dia bisa memperolehnya dengan sesuatu yang paling mudah, dan sebaliknya dia lupa atau lalai terhadap pengerahan kekuatan hatinya untuk bertawakal dalam menambah keimanan dan ilmu, membela Agama, dan memberikan pengaruh baik pada dunia. Maka ini adalah tawakalnya orang lemah yang berpengharapan rendah, sebagaimana sebagian mereka mengarahkan harapan, tawakal, dan doanya pada suatu rasa sakit yang bisa diobati dengan sesuatu yang paling rendah, atau rasa lapar yang bisa dihilangkan dengan setengah adonan roti, atau setengah dirham, dan dia tidak mengarahkannya untuk membela Agama, menundukkan para ahli bid'ah, juga usaha menambah keimanan, dan kemaslahatan kaum Muslimin."(Lihat Madarij as-Salikin, 2/225, dengan perubahan redaksi.)

Dan di sini terdapat peringatan penting yang dapat diambil dari perkataan beliau rahimahullah: yaitu bahwa salah seorang dari kita -pada saat giat dan kuatnya imannya- terkadang terjadi padanya sifat lupa dan lalai terhadap tawakal kepada Allah, berdasarkan atas apa yang terdapat dalam hati berupa kekuatan dan kegiatan. Dan ini adalah sebuah kesalahan yang perlu diwaspadai dan berhati-hati darinya. Barangsiapa yang merenungkan doa-doa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, niscaya dia mendapatkan beliau senantiasa merasa membutuhkan Allah, menundukkan diri kepada Tuhannya agar Dia tidak menyerahkan (hidupnya) kepada dirinya sendiri walaupun hanya sekejap mata. Dan beliau mendidik umat beliau di atas makna ini dalam apa-apa yang terkadang disangka oleh manusia bahwa itu sederhana atau mudah, yaitu mereka mengucapkan, "La haula wala quwwata illa billah" ketika mendengar muadzin mengucapkan Hayya Ala ash-Shalah dan Hayya Ala al-Falah!

Para ulama telah sepakat bahwasanya taufik itu adalah milik Allah, bahwa Allah tidak menyerahkan hamba kepada dirinya sendiri, dan bahwasanya kekalahan yang paling parah adalah Allah membiarkan antara hamba dengan dirinya sendiri!
Ya Allah, sesungguhnya kami berlepas diri dari setiap daya dan kekuatan kecuali dari daya dan kekuatanMu, dan kami berlindung kepadaMu dari kondisi diserahkannya urusan kami kepada diri-diri kami sendiri walaupun hanya sekejap.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=379