Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-32 [Allah Tidak Akan Menyalahi Janji]

Kamis, 11 Nopember 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-32


{ æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ }


" Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya.”
{ Al-Hajj: 47}

Ini adalah kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an dalam masalah keimanan, yang berkaitan erat dengan realita yang dirasakan oleh umat hari ini, di mana umat merasakan perubahan-perubahan yang serba cepat, yang disangka oleh sebagian orang bahwa ia telah keluar dari sunnah (ketetapan) Allah ta’ala!! Padahal perkaranya tidaklah demikian.
Kaidah yang mulia ini terdapat dalam konteks ancaman terhadap orang-orang kafir yang menyikapi dakwah Islam dengan pendustaan dan penentangan, ejekan dan cemoohan. Allah ta’ala berfirman,


æóÅöäú íõßóÐøöÈõæßó ÝóÞóÏú ßóÐøóÈóÊú ÞóÈúáóåõãú Þóæúãõ äõæÍò æóÚóÇÏñ æóËóãõæÏõ (42) æóÞóæúãõ ÅöÈúÑóÇåöíãó æóÞóæúãõ áõæØò (43)


"Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sungguh telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, 'Ad dan Tsamud, dan kaum Ibrahim dan kaum Luth...." sampai Firman Allah ta’ala,


æóíóÓúÊóÚúÌöáõæäóßó ÈöÇáúÚóÐóÇÈö æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ æóÅöäøó íóæúãðÇ ÚöäúÏó ÑóÈøößó ßóÃóáúÝö ÓóäóÉò ãöãøóÇ ÊóÚõÏøõæäó (47) æóßóÃóíøöäú ãöäú ÞóÑúíóÉò ÃóãúáóíúÊõ áóåóÇ æóåöíó ÙóÇáöãóÉñ Ëõãøó ÃóÎóÐúÊõåóÇ æóÅöáóíøó ÇáúãóÕöíÑõ (48)


"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. Dan berapa banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azabKu) kepadanya, yang penduduknya berbuat zhalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepadaKulah kembalinya (segala sesuatu)." (Al-Hajj: 42-48).

Di sini Firman Allah ta’ala,


æóíóÓúÊóÚúÌöáõæäóßó ÈöÇáúÚóÐóÇÈö æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ


"Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya", (Al-Hajj: 47),
Diathafkan (diiringkan) kepada Firman Allah ta’ala,


æóÅöäú íõßóÐøöÈõæßó


"Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu...." (Al-Hajj: 42).

Maknanya, bahwa orang-orang kafir itu berkata, "Kalau Muhammad itu benar dalam ancamannya, niscaya ancamannya itu disegerakan bagi kita."
Mereka meminta penyegeraan turunnya azab sebagai bentuk ejekan, sebagaimana Allah menceritakan tentang mereka dalam FirmanNya,


æóÅöÐú ÞóÇáõæÇ Çááøóåõãøó Åöäú ßóÇäó åóÐóÇ åõæó ÇáúÍóÞøó ãöäú ÚöäúÏößó ÝóÃóãúØöÑú ÚóáóíúäóÇ ÍöÌóÇÑóÉð ãöäó ÇáÓøóãóÇÁö Ãóæö ÇÆúÊöäóÇ ÈöÚóÐóÇÈò Ãóáöíãò (32)


"Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, 'Ya Allah, jika betul (al-Qur`an) ini, ialah yang benar dari sisiMu, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih'." (Al-Anfal: 32).
Lalu Allah menyebutkan hal itu dalam ayat ini terkait dengan FirmanNya,


ÝóÃóãúáóíúÊõ áöáúßóÇÝöÑöíäó


"Lalu Aku tangguhkan (azabKu) untuk orang-orang kafir...." (Al-Hajj: 44).

Ada yang berkata, æóíóÓúÊóÚúÌöáõæäóßó "Dan mereka meminta kepadamu agar disegerakan", dengan menggunakan bentuk fi'il mudhari' (kata kerja sekarang); untuk mengisyaratkan terhadap berulang-ulangnya (permintaan) mereka terhadap hal itu, sebagai gaya baru dari mereka dalam mengejek dan sebagai pelecehan terhadap kaum Muslimin.(At-Tahrir wa at-Tanwir, 17/210.)

Kemudian datanglah jawaban atas perkataan yang mengandung dosa ini, dengan kaidah ini yang menuangkan keyakinan dan ketentraman dalam diri Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam dan diri-diri para pengikut beliau dari kalangan kaum Mukminin yang teraniaya, yang mana telinga-telinga mereka penuh dengan ejekan orang-orang kafir tersebut; maka Allah ‘azza wa jalla berfirman –dan Dia adalah Dzat Yang paling benar janjiNya dan paling benar dalam menepati janjiNya–,æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ "padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya."
Dan apabila telah ditetapkan bahwa yang menjadi patokan adalah keumuman lafazh, bukan kekhususan sebab, maka sesungguhnya kaidah al-Qur`an ini, æóáóäú íõÎúáöÝó Çááøóåõ æóÚúÏóåõ "padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya," tidak hanya khusus dengan konteks ayat di mana ia disebutkan, –yaitu penurunan azab terhadap orang-orang kafir– bahkan ayat ini berlaku umum dalam segala sesuatu yang Allah janjikan; karena tidak ada yang dapat memaksa Rabb kita Yang Mahamulia dan Mahatinggi, dan tidak ada yang dapat mencegah perintah dan kehendakNya; akan tetapi masalahnya adalah dalam realisasi hamba dengan melakukan sebab-sebab yang berkaitan dengan apa yang Allah janjikan.
Sebagaimana bahwa kaidah al-Qur`an ini, æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ "padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya", juga menunjukkan kepada suatu makna yang justru sebagian ahli bahasa menetapkan sebaliknya, yaitu bahwasanya telah populer di kalangan banyak ahli bahasa bahwa "janji" khusus dengan kebaikan, sedangkan "ancaman" berkaitan dengan keburukan.
Kaidah yang sedang kita bicarakan ini menyelisihi kemuthlaqan ini. Al-Allamah asy-Syinqithi berkata -setelah beliau menyebutkan banyak syahid (penguat) yang menguatkan kesalahan kemuthlaqan ini-, "Dan di antara ayat-ayat yang menjelaskan hal itu adalah Firman Allah ta’ala,


Þõáú ÃóÝóÃõäóÈøöÆõßõãú ÈöÔóÑøò ãöäú Ðóáößõãõ ÇáäøóÇÑõ æóÚóÏóåóÇ Çááåõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ æóÈöÆúÓó ÇáúãóÕöíÑõ (72)


'Katakanlah, 'Maukah aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?' Allah telah menjanjikannya (mengancamkannya) kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.' (Al-Hajj: 72).

Dalam ayat ini Allah berfirman tentang neraka, æóÚóÏóåóÇ Çááåõ "Allah telah menjanjikannya", dengan menggunakan bentuk fi'il tsulatsi yang mashdarnya adalah ÇóáúæóÚúÏõ (janji), dan Dia tidak berfirman, ÃóæúÚóÏóåóÇ (mengancamkannya), dan apa yang Dia sebutkan dalam ayat ini bahwa apa yang dijanjikan Allah terhadap orang-orang kafir berupa azab pasti akan terjadi, tidak bisa tidak, dan bahwa Dia tidak akan mengingkari janjiNya terhadap hal itu, datang sebagai penjelas bukan hanya pada satu tempat saja...."
Kemudian beliau menyebutkan sejumlah syahid, lalu beliau berkata, "Dan dengan tahqiq yang telah kami sebutkan, Anda dapat mengetahui bahwa 'janji' digunakan untuk kebaikan dan keburukan sebagaimana telah kami jelaskan." (Adhwa` al-Bayan, 5/276.)

Apabila telah baku keumuman kaidah ini bahwa ia berlaku dalam kebaikan dan keburukan, maka sesungguhnya ia -tanpa ada keraguan- termasuk di antara apa-apa yang paling besar yang dapat memperbaharui optimisme dalam diri orang-orang Islam, dalam keteguhan di atas Agama dan manhaj mereka yang haq. Bahkan ia juga dapat menambah keyakinan mereka akan kesesatan dan penyimpangan yang mana orang-orang kafir dan pengikut agama-agama yang batil berada di atasnya, dan penjelasan hal ini: Bahwasanya orang Mukmin senantiasa melihat -baik itu dengan mata penglihatan atau dengan mata hati- kebenaran apa yang dijanjikan (Allah) untuk para kekasihNya di dunia, bagaimana tidak demikian, padahal dia membaca contoh-contoh yang terang benderang dalam Kitab Allah ta’ala?!
Bukankah kita membaca Firman Rabb kita dalam Surat Ali Imran pada konteks pembicaraan tentang Perang Uhud,


æóáóÞóÏú ÕóÏóÞóßõãõ Çááåõ æóÚúÏóåõ ÅöÐú ÊóÍõÓøõæäóåõãú ÈöÅöÐúäöåö


"Dan sungguh Allah telah memenuhi janjiNya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izinNya." (Ali Imran: 152).

Begitu pula di awal-awal Surat ar-Rum yang mana Allah ta’ala berfirman di dalamnya,


Çáã (1) ÛõáöÈóÊö ÇáÑøõæãõ (2) Ýöí ÃóÏúäóì ÇáúÃóÑúÖö æóåõãú ãöäú ÈóÚúÏö ÛóáóÈöåöãú ÓóíóÛúáöÈõæäó (3) Ýöí ÈöÖúÚö Óöäöíäó áöáåö ÇáúÃóãúÑõ ãöäú ÞóÈúáõ æóãöäú ÈóÚúÏõ æóíóæúãóÆöÐò íóÝúÑóÍõ ÇáúãõÄúãöäõæäó (4) ÈöäóÕúÑö Çááåö íóäúÕõÑõ ãóäú íóÔóÇÁõ æóåõæó ÇáúÚóÒöíÒõ ÇáÑøóÍöíãõ (5) æóÚúÏó Çááåö áóÇ íõÎúáöÝõ Çááåõ æóÚúÏóåõ æóáóßöäøó ÃóßúËóÑó ÇáäøóÇÓö áóÇ íóÚúáóãõæäó (6) íóÚúáóãõæäó ÙóÇåöÑðÇ ãöäó ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóåõãú Úóäö ÇáúÂÎöÑóÉö åõãú ÛóÇÝöáõæäó (7)


"Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Penyayang. (Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janjiNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat." (Ar-Rum: 1-7).

Ayat-ayat dari Surat ar-Rum ini mengisyaratkan kepada sebab yang besar dalam lemahnya keyakinan terhadap janji-janji Rabbani, yang tak lain adalah: keterikatan hati dan kecenderungan kepada dunia. Oleh karena itu, maka apabila Anda merenung, niscaya Anda mendapatkan bahwa orang yang paling lemah keyakinannya terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah adalah para pencari dunia yang cenderung kepadanya, dan sebaliknya orang yang paling yakin di antara mereka adalah para ulama rabbani dan para pencari akhirat. Semoga Allah menjadikan kita termasuk di antara mereka dengan karunia dan kebaikanNya.
Berdasarkan hal ini, maka tidak menjadi masalah apa yang terlintas bagi pembaca berupa ayat-ayat yang boleh jadi dipahami darinya bahwa dalam ayat-ayat tersebut terdapat semacam kebimbangan dalam membenarkan janji Allah atau keraguan dalam hal itu, seperti FirmanNya ta’ala,


Ãóãú ÍóÓöÈúÊõãú Ãóäú ÊóÏúÎõáõæÇ ÇáúÌóäøóÉó æóáóãøóÇ íóÃúÊößõãú ãóËóáõ ÇáøóÐöíäó ÎóáóæúÇ ãöäú ÞóÈúáößõãú ãóÓøóÊúåõãõ ÇáúÈóÃúÓóÇÁõ æóÇáÖøóÑøóÇÁõ æóÒõáúÒöáõæÇ ÍóÊøóì íóÞõæáó ÇáÑøóÓõæáõ æóÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ ãóÚóåõ ãóÊóì äóÕúÑõ Çááåö ÃóáóÇ Åöäøó äóÕúÑó Çááåö ÞóÑöíÈñ (214)


"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, 'Bilakah datangnya pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Al-Baqarah: 214).

Hal itu karena ayat ini hanyalah menceritakan kondisi sementara yang melewati manusia -disebabkan kelemahannya pada suatu saat, dan disebabkan ketergesa-gesaannya pada saat lain- dan bukan kondisi yang permanen. Apabila keraguan dalam apa-apa yang dijanjikan Allah itu tidak layak dinisbatkan kepada pribadi-pribadi kaum Mukminin, maka ia lebih jauh dan lebih jauh dari pada nabi. Akan tetapi -dengan hikmah yang tinggi- ayat-ayat ini datang agar kaum Mukminin dari umat ini merasa tenteram bahwasanya kondisi-kondisi pesimis yang terkadang menimpa seorang hamba hanyalah sekedar lalu saja, disebabkan dahsyatnya tekanan para pelaku kebatilan, atau dominasi orang-orang kafir, maka hal itu tidak mempengaruhi keimanannya, dan tidak mencederai kebenaran dan pembenarannya. Dan oleh karena itu -dan Allah ‘azza wa jalla lebih mengetahui- datanglah semacam penguatan dalam beberapa keadaan yang menimpa diri-diri orang-orang yang beriman pada saat turunnya wahyu, seperti FirmanNya ta’ala,


æóáóÇ ÊóÍúÓóÈóäøó Çááåó ÛóÇÝöáðÇ ÚóãøóÇ íóÚúãóáõ ÇáÙøóÇáöãõæäó ÅöäøóãóÇ íõÄóÎøöÑõåõãú áöíóæúãò ÊóÔúÎóÕõ Ýöíåö ÇáúÃóÈúÕóÇÑõ (42)


"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak..."
Sampai FirmanNya ta’ala,


æóÞóÏú ãóßóÑõæÇ ãóßúÑóåõãú æóÚöäúÏó Çááåö ãóßúÑõåõãú æóÅöäú ßóÇäó ãóßúÑõåõãú áöÊóÒõæáó ãöäúåõ ÇáúÌöÈóÇáõ (46) ÝóáóÇ ÊóÍúÓóÈóäøó Çááåó ãõÎúáöÝó æóÚúÏöåö ÑõÓõáóåõ Åöäøó Çááåó ÚóÒöíÒñ Ðõæ ÇäúÊöÞóÇãò (47)


"Dan sungguh mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janjiNya kepada rasul-rasulNya; sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan." (Ibrahim: 42-47).

Dan orang Mukmin, bukan urusannya untuk mengusulkan suatu tempo untuk membinasakan orang-orang kafir, atau suatu waktu untuk menolong Islam, atau janji-janji lainnya yang dibacanya dalam teks-teks syariat; akan tetapi urusannya adalah berusaha membela agamaNya dengan apa yang dia mampu, dan tidak menunggu berlakunya sunnah-sunnah Allah, karena Allah tidak menyuruh kita beribadah dengan hal ini, dan hendaknya dia memeriksa batas realisasi dirinya terhadap syarat-syarat yang mana janji-janji tersebut dikaitkan dengannya. Maka apabila seorang Mukmin membaca –sebagai contoh- Firman Allah ta’ala,


íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇ Åöäú ÊóäúÕõÑõæÇ Çááåó íóäúÕõÑúßõãú æóíõËóÈøöÊú ÃóÞúÏóÇãóßõãú (7)


"Hai orang-orang Mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Muhammad: 7),

maka di sini dia hendaknya memeriksa sebab-sebab kemenangan yang diperintahkan oleh Allah: Apakah ia terwujud dalam dirinya secara pribadi atau dalam umat secara kolektif, agar dia mendapatkan jawaban pertanyaan ini: Mengapa umat ini tidak menang melawan musuh-musuhnya?!
Dan kalau manusia ingin menyebutkan ayat-ayat yang menjelaskan kaidah (prinsip pokok ajaran) al-Qur`an yang muhkam (bermakna jelas) ini, æóáóäú íõÎúáöÝó Çááåõ æóÚúÏóåõ "Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janjiNya", niscaya pembahasan ini menjadi panjang, akan tetapi cukuplah bagi kita apa yang telah disebutkan.
Dan mungkin kita tutup kaidah ini dengan rahasia halus yang terhubung dengannya: Bahwa kaidah ini mengandung pujian Allah dengan hal ini, dan sanjunganNya terhadap DiriNya, dan makna ini akan menjadi jelas bagi Anda apabila Anda membaca apa yang diceritakan oleh Allah tentang iblis -pada saat dia sedang berbicara kepada kelompok dan para pengikutnya dalam Neraka Jahanam- di mana Allah menyebutkan,


Åöäøó Çááåó æóÚóÏóßõãú æóÚúÏó ÇáúÍóÞøö æóæóÚóÏúÊõßõãú ÝóÃóÎúáóÝúÊõßõãú


"Sesungguhnya Allah telah menjanjikan janji yang benar kepadamu, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu, tetapi aku menyalahinya." (Ibrahim: 22).
Maka Mahasuci Dzat Yang dipuji dengan sifat-sifat kesempurnaan dan hal itu memang layak bagiNya, dan Mahasuci Dzat yang apabila berjanji, maka Dia menepatinya,


æóãóäú ÃóæúÝóì ÈöÚóåúÏöåö ãöäó Çááåö


"Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah?" (At-Taubah: 111).

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=381