Artikel : Al-Quran - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Kaedah Ke-38 [Baik Atau Buruk Sekecil Apapun Ada Balasannya]

Selasa, 23 Nopember 21
Kaidah (Prinsip Pokok) ke-38


{ Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8) }


" Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
{Az-Zalzalah: 7-8}

Ini adalah kaidah (prinsip pokok) al-Qur`an, dan kaidah ini mengandung kata-kata yang singkat tetapi bermakna luas, yang menggambarkan salah satu pokok di antara pokok-pokok keadilan, balasan, dan perhitungan. (Lihat al-Qawa'id al-Hisan, as-Sa'di, hal. 141; dan at-Tahrir wa at-Tanwir, 30/436, di mana beliau berkata, "Dan ayat ini termasuk di antara Jawami' al-Kalim (kata yang redaksinya ringkas tapi maknanya luas)."
Kaidah al-Qur`an yang muhkam (bermakna jelas) ini terdapat dalam Surat az-Zalzalah yang membicarakan tentang kengerian Hari Kiamat yang besar itu, yang membuat (rambut) anak-anak beruban karena kengeriannya, lalu surat tersebut ditutup dengan kaidah yang sedang kita bicarakan ini. Kaidah ini datang diawali dengan fa` tafri' (fa` yang berfungsi menyebutkan cabang masalah). Allah ta’ala berfirman,


Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8)


"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Az-Zalzalah: 7-8).

Dan ini sebagai cabang dari FirmanNya,


íóæúãóÆöÐò íóÕúÏõÑõ ÇáäøóÇÓõ ÃóÔúÊóÇÊðÇ áöíõÑóæúÇ ÃóÚúãóÇáóåõãú (6)


"Supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka." (Az-Zalzalah: 6).
Dan itu agar orang-orang yang berbuat baik yakin terhadap kesempurnaan rahmat Allah, dan orang-orang yang berbuat buruk (yakin) terhadap keadilanNya ‘azza wa jalla!
Sesungguhnya di antara hal yang paling besar yang dapat menjelaskan keadaan ayat ini bahwa termasuk ke dalam kalimat yang ringkas tetapi bermakna luas dan kaidah-kaidah al-Qur`an yang muhkam, adalah bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan jenis-jenis kuda ada tiga, dan beliau menjelaskannya secara detil dengan penjelasan yang panjang, kemudian beliau ditanya tentang ÇóáúÍõãõÑõ yang merupakan bentuk jamak dari ÍöãóÇÑñ (keledai), maka beliau menjawab,


ãóÇ ÃõäúÒöáó Úóáóíøó Ýöí ÇáúÍõãõÑö ÔóíúÁñ ÅöáøóÇ åÐöåö ÇáúÂíóÉó ÇáúÝóÇÐøóÉó ÇáúÌóÇãöÚóÉó: Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (

8

"Tidak ada suatu (ayat) pun yang diturunkan kepadaku berkaitan dengan keledai, kecuali ayat yang hanya satu-satunya ini yang ringkas tetapi bermakna luas, 'Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula'. (Az-Zalzalah: 7-8)." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2242; dan Muslim, no. 987: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu .)

Makna jawaban Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam ini adalah bahwa ia adalah satu-satunya ayat tentang keumuman kebaikan dan keburukan, dan saya tidak mengetahui ada ayat yang lebih umum darinya, karena ayat ini berlaku umum bagi setiap kebaikan dan setiap keburukan. (At-Tamhid, 4/219.)

Di atas pemahaman makna umum terhadap ayat yang mulia inilah para sahabat berjalan dalam pemahaman mereka yang mereka pelajari dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Di antara contohnya:
(1). Bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah didatangi oleh seorang peminta-minta, lalu dia meminta kepada Aisyah, maka Aisyah memerintahkan agar (peminta-minta itu) diberi sebutir kurma, maka seseorang berkata kepadanya, "Wahai Ummul Mukminin, (apakah) Anda sungguh akan bersedekah dengan sebutir kurma?" Aisyah menjawab, "Ya, demi Allah! Sesungguhnya makhluk (Allah) itu banyak, dan tidak ada yang dapat membuatnya kenyang selain Allah, bukankah pada sebutir kurma itu terdapat pahala kebaikan seberat dzarrah yang banyak?!"

(2). Juga dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya seorang peminta-minta datang kepadanya, maka Aisyah berkata kepada hamba sahaya perempuannya, "Berilah dia makan!" Maka hamba sahaya perempuan tersebut (hanya) menemukan sebutir kurma, maka Aisyah berkata, "Berikanlah kepadanya, karena pada sebutir kurma itu terdapat beberapa berat dzarrah, apabila ia diterima!"

(3). Diriwayatkan bahwasanya Umar radhiyallahu ‘anhu didatangi oleh seseorang yang miskin, dan di tangan beliau terdapat setangkai anggur, maka beliau memetik satu butir darinya dan berkata, "Padanya terdapat beberapa berat dzarrah yang banyak!"

Hal semisal ini juga telah diriwayatkan dari Abu Dzar dan Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. (Lihat semua atsar ini dalam ad-Durr al-Mantsur, 15/593.)

Apabila makna ini terdapat dalam masalah perhitungan nafkah, maka terdapat makna lain yang dipahami oleh orang-orang yang memiliki hati yang hidup, yaitu: rasa takut dari akibat perbuatan-perbuatan buruk. Ibnu Abi Syaibah telah meriwayatkan dari al-Harits bin Suwaid, bahwasanya dia membaca, ÅöÐóÇ ÒõáúÒöáóÊö ÇáúÃóÑúÖõ ÒöáúÒóÇáóåóÇ (1) "Apabila (bumi) digoncangkan", (Az-Zalzalah: 1), sehingga dia sampai pada (ayat), Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya," (Az-Zalzalah: 7), beliau berkata, "Sesungguhnya perhitungan amal ini benar-benar suatu yang dahsyat." (Ad-Durr al-Mantsur, 15/591.)

Dan dalam as-Sunnah yang shahih terdapat peribahasa-peribahasa dan kisah-kisah yang menjelaskan dengan sejelas-jelasnya makna kaidah (prinsip pokok) yang agung ini, Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8) "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Az-Zalzalah: 7-8). Dan di tempat ini saya akan mencukupkan diri dengan dua hadits, yang mana gambaran (kaidah ini) tidaklah akan menjadi jelas kecuali dengan kedua (hadits ini):

Hadits yang pertama, adalah sabda Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam,


ÈóíúäóãóÇ ßóáúÈñ íõØöíúÝõ ÈöÑóßöíøóÉò ÞóÏú ßóÇÏó íóÞúÊõáõåõ ÇáúÚóØóÔõ¡ ÅöÐú ÑóÃóÊúåõ ÈóÛöíøñ ãöäú ÈóÛóÇíóÇ Èóäöíú ÅöÓúÑóÇÆöíúáó¡ ÝóäóÒóÚóÊú ãõæúÞóåóÇ -íóÚúäöí ÎõÝøóåóÇ- ÝóÇÓúÊóÞóÊú áóåõ Èöåö¡ ÝóÓóÞóÊúåõ ÅöíøóÇåõ¡ ÝóÛõÝöÑó áóåóÇ Èöåö.


"Tatkala seekor anjing sedang mengelilingi sebuah sumur, yang hampir saja dia mati karena kehausan, tiba-tiba dia dilihat oleh seorang pelacur di antara pelacur-pelacur Bani Israil, maka (pelacur itu) melepas muqnya –maksudnya sepatunya- lalu dia memenuhi sepatunya itu dengan air, dan memberi minum anjing itu dengannya, maka dia pun diampuni disebabkan (perbuatannya) itu." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2245 (dan diriwayatkan pula oleh al-Bukhari, no. 3467. Ed. T.).)

Dan hadits yang kedua, adalah hadits Muttafaq 'Alaih, yang di dalamnya Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang seorang perempuan yang masuk neraka disebabkan seekor kucing, perempuan itu mengikat kucing tersebut dan tidak memberinya makan, dan tidak pula melepaskannya untuk makan serangga tanah, sehingga kucing itu pun mati kelaparan. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3140; dan Muslim, no. 2619, dan lafazh ini adalah miliknya.)

Imam besar Muhammad bin Syihab az-Zuhri berkomentar, setelah beliau meriwayatkan hadits tentang kucing tadi, "Hal itu agar seseorang tidak menyerah begitu saja, dan agar seseorang tidak berputus asa." (Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 17/72.)

Dan ini adalah penguat (syahid) yang layak kita renungkan di sini. Maka renungkanlah wahai orang Mukmin, bagaimana kedua hadits ini datang untuk menafsirkan bagi kita praktik nyata dari kaidah (prinsip pokok) ini, Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8) "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula," (Az-Zalzalah: 7-8), di mana perempuan tersebut tidak disebutkan oleh Nabi bahwa dia itu seorang perempuan ahli ibadah, atau seorang perempuan yang suka berpuasa, bahkan Nabi tidak menyebutnya kecuali dengan sifat melacurkan diri! Tetapi bersama itu, amalnya tersebut sungguh telah memberi manfaat bagi dirinya! Amal apakah itu? Amal itu adalah memberi minum hewan yang tergolong hewan yang paling najis (anjing)! Akan tetapi Tuhan Yang Maha Penyayang dan Mahamulia, tidak ada satu pun kebaikan yang disia-siakan di sisiNya, bahkan sebagaimana Dia ‘azza wa jalla telah berfirman,


Åöäøó Çááåó áóÇ íóÙúáöãõ ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò æóÅöäú Êóßõ ÍóÓóäóÉð íõÖóÇÚöÝúåóÇ æóíõÄúÊö ãöäú áóÏõäúåõ ÃóÌúÑðÇ ÚóÙöíãðÇ (40)


"Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya." (An-Nisa`: 40).

Dan dalam hadits yang kedua: Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan sebab yang memasukkan perempuan tersebut ke neraka selain tindakannya mengurung seekor hewan kecil yang tidak diperhatikan sama sekali (oleh manusia)!
Semua ini agar orang Mukmin merealisasikan makna kaidah (prinsip pokok) yang muhkam (jelas maknanya) ini, , Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8) "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Az-Zalzalah: 7-8). Dengannya, menjadi jelaslah kedetilan perkataan Imam az-Zuhri, tatkala beliau mengomentari hadits ini dengan perkataan beliau yang baru saja disebutkan, "Hal itu agar seseorang tidak menyerah begitu saja, dan agar seseorang tidak berputus asa."
Sesungguhnya di antara taufik Allah ta’ala yang paling besar terhadap hambaNya adalah bahwa hambaNya mengagungkan Allah, dan di antara bentuk yang paling jelas dari pengagungan Tuhan Yang Mahamulia dan Mahatinggi adalah, mengagungkan perintah dan laranganNya, serta memuliakan Allah dan menghormatiNya, sehingga dia tidak menganggap remeh dosa-dosa kecil bagaimana pun kecilnya dosa itu di matanya, karena sesungguhnya yang dimaksiati adalah Allah ta’ala. Hal ini sebagaimana Bilal bin Sa'ad radhiyallohu ‘anhu berkata,


áóÇ ÊóäúÙõÑú Åöáóì ÕöÛóÑö ÇáúÎóØöíúÆóÉö¡ æóáßöäö ÇäúÙõÑú ãóäú ÚóÕóíúÊó.


"Janganlah Anda memperhatikan kecilnya kesalahan, akan tetapi perhatikanlah kepada siapa Anda bermaksiat."(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam az-Zuhd, hal. 384.)

Dan renungkanlah perkataan Imam yang mulia, Aun bin Abdullah rahimahullah, tatkala membaca Firman Allah ta’ala,


æóæõÖöÚó ÇáúßöÊóÇÈõ ÝóÊóÑóì ÇáúãõÌúÑöãöíäó ãõÔúÝöÞöíäó ãöãøóÇ Ýöíåö æóíóÞõæáõæäó íóÇ æóíúáóÊóäóÇ ãóÇáö åóÐóÇ ÇáúßöÊóÇÈö áóÇ íõÛóÇÏöÑõ ÕóÛöíÑóÉð æóáóÇ ßóÈöíÑóÉð ÅöáøóÇ ÃóÍúÕóÇåóÇ æóæóÌóÏõæÇ ãóÇ ÚóãöáõæÇ ÍóÇÖöÑðÇ æóáóÇ íóÙúáöãõ ÑóÈøõßó ÃóÍóÏðÇ (49)


"Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, 'Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya'; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun." (Al-Kahfi: 49), maka Aun pun berkata,
"Kaum (as-Salaf) itu demi Allah terguncang (terperanjat) dari (dosa-dosa) kecil apalagi (dosa-dosa) besar."(Diriwayatkan dalam at-Tamhid, 2/84.)

Maka barangsiapa yang hatinya hidup, niscaya dia akan terpengaruh dengan perbuatan maksiat apa pun, seperti baju putih yang mana kotoran apa pun berpengaruh padanya, dan jika tidak begitu, maka sesungguhnya hamba apabila dia tidak menemukan suatu pengaruh apa pun dari perbuatan-perbuatan dosa, walaupun dosa itu tergolong dosa-dosa kecil, maka hendaklah dia memeriksa hatinya, karena sesungguhnya hatinya berada pada jurang bahaya! Dan Ibnul Jauzi rahimahullah memiliki perkataan yang berharga dalam tema ini di dalam buku beliau, Shaid al-Khathir.
Oleh karena itu, tatkala Aisyah berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, "Cukuplah bagi dirimu dari Shafiyyah bahwa dia itu begini dan begini," -maksudnya (dia itu bertubuh) pendek-, maka beliau bersabda,


ÞóÏú ÞõáúÊö ßóáöãóÉð áóæú ãõÒöÌóÊú ÈöãóÇÁö ÇáúÈóÍúÑö áóãóÒóÌóÊúåõ.


"Sungguh engkau telah mengucapkan kata-kata yang bila kata-kata tersebut dicampur dengan air laut, niscaya ia akan mempengaruhi air laut itu." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, dan (at-Tirmidzi) menshahihkannya. (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 4877; dan at-Tirmidzi, no. 2502, dan (at-Tirmidzi) menshahihkannya, (dan dishahihkan oleh al-Albani. Ed. T.).

Adapun ketidakzuhudan orang Mukmin dalam suatu amal shalih, walaupun dia menganggapnya kecil, maka itu dikarenakan dia tidak mengetahui amal apakah yang akan memasukkannya ke dalam surga?! Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,


áóÇ ÊóÍúÞöÑóäøó ãöäó ÇáúãóÚúÑõæúÝö ÔóíúÆðÇ¡ æóáóæú Ãóäú ÊóáúÞóì ÃóÎóÇßó ÈöæóÌúåò ØóáúÞò.


"Janganlah engkau meremehkan sesuatu pun (sekecil apa pun) dari kebaikan, walaupun engkau hanya menemui saudaramu dengan wajah yang ceria." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2626: dari hadits Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu.)

Dan tatkala Abu Barzakh radhiyallohu ‘anhu bertanya kepada Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam,


íóÇ äóÈöíøó Çááå¡ Úóáøöãúäöíú ÔóíúÆðÇ ÃóäúÊóÝöÚõ Èöåö! ÞóÇáó: ÇöÚúÒöáö ÇáúÃóÐóì Úóäú ØóÑöíúÞö ÇáúãõÓúáöãöíúäó.


"Wahai Nabi Allah, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang mana aku bisa mengambil manfaat dengannya." Beliau bersabda, "Jauhkanlah gangguan dari jalan kaum Muslimin." (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2618.)

Dan dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,


ãóÑøó ÑóÌõáñ ÈöÛõÕúäö ÔóÌóÑóÉò Úóáóì ÙóåúÑö ØóÑöíúÞò¡ ÝóÞóÇáó: æóÇááåö¡ áóÃõäóÍøöíóäøó åÐóÇ Úóäö ÇáúãõÓúáöãöíúäó áóÇ íõÄúÐöíúåöãú¡ ÝóÃõÏúÎöáó ÇáúÌóäøóÉó.


"Seorang laki-laki melewati sebuah dahan pohon di atas permukaan suatu jalan, lalu dia berkata, 'Demi Allah, aku benar-benar akan menyingkirkan (benda) ini dari (jalan) kaum Muslimin, agar tidak mengganggu mereka,' maka dia dimasukkan ke dalam surga (karenanya)."(Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1914.)

Maka renungkanlah wahai hamba Allah, betapa banyaknya manusia yang meremehkan amal-amal yang sepele seperti ini!
Berapa kali kita melewati sebuah dahan dalam hari kita? Atau sebuah batu? Atau sebuah kaca yang pecah? Maka mungkin kita bermalas-malasan untuk menghilangkannya, dalam amal-amal seperti ini, padahal itu termasuk di antara sebab-sebab masuk surga, dan yang mana sebagian penghuni surga diberi petunjuk kepadanya!
Dan kalau Anda ingin memeriksa kehidupan sehari-hari kita, niscaya Anda akan menemukan padanya puluhan contoh amal-amal yang sepele, yang kalau saja ia dikumpulkan, ia akan membentuk suatu aliran perbuatan-perbuatan baik, air mata anak yatim yang Anda usap, laparnya orang fakir yang Anda hilangkan, membantu orang yang lemah, atau sebuah senyuman pada wajah orang Muslim, dan amal-amal lainnya yang tidak mungkin dibatasi (karena saking banyaknya). Maka alangkah indahnya kalau kita berlomba-lomba dalam (melakukan) setiap kebaikan, walaupun ia terlihat sepele di mata kita, seraya mengingat kaidah yang agung ini, Ýóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÎóíúÑðÇ íóÑóåõ (7) æóãóäú íóÚúãóáú ãöËúÞóÇáó ÐóÑøóÉò ÔóÑøðÇ íóÑóåõ (8) "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."

Kita memohon kepada Allah ta’ala agar Dia melipatgandakan perbuatan-perbuatan baik kita, memaafkan perbuatan-perbuatan buruk kita, memudahkan kebaikan bagi kita, dan melindungi kita dari tempat-tempat keburukan.

Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihatquran&id=387