Artikel : Tokoh Islam - Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits

Ali bin Al-Hasan bin Hibatillah

Jumat, 08 Nopember 13

Nama dan kelahirannya

Nama beliau adalah Ali bin Al-Hasan bin Hibatillah bin Abdillah Al-Husain Abu Qasim Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i yang lebih dikenal Ibnu Asakir.

Ibnu As-Subki mengatakan: "Kami tidak mengetahui salah satu dari kakek-kakeknya seorang yang dinamakan Asakir, dan hanya dialah yang terkenal dengan nama itu".

Beliau lahir pada awal bulan Muharram tahun 499 H.

Sanjungan para ulama terhadap beliau

Saat gurunya yang bernama Abu Al-Hasan bin Qois ingin melakukan bepergian, gurunya tersebut berkata kepadanya: "Sungguh aku berkeinginan agar Allah menghidupkan ilmu agama denganmu".

Doa gurunya itu menjadi terkabul dan hal itu menjadi karamah bagi gurunya serta kegembiraan baginya". Tatkala ia masuk ke Bagdad maka orang-orang Irak terkagum-kagum dengannya. Mereka mengatakan: "Kami belum pernah melihat orang sepertinya".

Demikian pula guru-gurunya dari Khurusan, mereka merasa kagum dengannya. Gurunya yang bernama Abu Al-Fath Al-Mukhtar bin Abdil Hamid mengatakan: "Abu Ali Al-Wazir datang kepada kami, maka kami mengatakan: "Kami tidak pernah melihat seorang pun yang sama dengannya", ketika Ibnu Asakir datang kepada kami, maka kami mengatakan: "Kami belum pernah melihat seorang pun yang menyamainya".

Gurunya yang bernama Abu Khatib Abu Al-Fadhl Ath-Thusi mengatakan: "Kami tidak mengetahui orang yang berhak mendapatkan gelar ini (maksudnya Al-Hafizh) melainkan dia". Di Bagdad beliau diberi julukan "Api" karena kecerdasan dan pemahamannya yang luar biasa. Tidak terkumpul pada guru-gurunya apa yang terkumpul padanya, yaitu selalu shalat jama'ah dan berada di barisan terdepan selama empat puluh tahun , kecuali ada udzur yang tidak bisa ditinggalkan , terus beri'tikaf di masjid jami', sering bershadaqah, tidak tergiur dengan kemewahan duniawi dan tidak mau menerima jabatan tersebut keagamaan seperti imam shalat dan khutbah, setelah jabatan tersebut ditawarkan kepadanya.

Upaya Dan Keunggulannya Dalam Mencari Ilmu

Ibnu As-Subki mengatakan: "Ketika Ibunya sedang mengandungnya, ayahya bermimpi bahwa ia akan mempunyai anak , yang dengan anak tersebut Allah menghidupkan sunnah -demi Allah, memang dengannya Allah menghidupkan Sunnah nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan mematikan bid'ah-. Anak tersebut akan menghidupkan sunnah tanpa takut hinaan orang yang menghinanya, menyerang musuh-musuh Allah yang suka berbuat bid'ah tanpa takut resiko yang akan muncul, tidak pilih kasih dalam membela agama Allah dan ia akan marah tanpa ada yang melawannya, apabila ada orang yang membahas sifat-sifat Allah ta'ala"

Al-Hafizh Bahauddin Abu Muhammad Al-Qasim mengatakan: "Ayahku bercerita kepadaku dengan mengatakan, ketika ibu sedang mengandungku, ibuku bermimpi melihat seorang laki-laki yang berkata kepadanya: "Kamu akan mempunyai seorang anak laki-laki yang mempunyai kelebihan, apabila kamu sudah melahirkannya, maka bawalah ia ke Goa Ad-Dam di gunung Qasiyun pada hari keempat puluh dari hari kelahirannya dan bershadaqahlah. Allah akan memberikan berkah kepadamu dan kaum muslimin atas kelahiran anakmu".

Mimpi tersebut memang benar menjadi kenyataan, karena Ibnu Asakir menggunakan waktu malamnya untuk mempelajari ilmu sementara orang lain mempergunakannya untuk bergadang atau tidur. Ibnu Asakir mempunyai keistimewaan yang dikagumi semua orang.

Ibadahnya

Abu Al-Mawahib mengatakan: "Aku belum pernah melihat seorang pun yang keilmuan dan ibadahnya setara dengan keilmuan dan ibadah Ibnu Asakir"

Selama lima puluh tahun ia istiqamah melaksanakan shalat berjama'ah lima waktu dan berada di barisan paling depan, kecuali jika ada uzdur. Ia beri'tikaf pada bulan Ramadhan dan sepuluh hari bulan Dzulhijjah, tidak tergiur untuk mengumpulkan kekayaan dan membangun rumah. Ia telah berlepas diri dari semua itu, menolak jabatan yang ditawarkan kepadanya semisal jabatan imam shalat dan khutbah, tidak mengabdi kepada para penguasa, menyuruh kepada perbuatan yang ma'ruf dan mencegah perbuatan yang mungkar tanpa takut hinaan orang yang menghina.

Guru-guru beliau

Adz-Dzahabi mengatakan: "Beliau berguru kepada Abu Al-Qasim bin Al-Hushain, Abu Al-Hasan Ad-Dainuri, Abu Al-Iz bin Kadisy, Abu Ghalib Al-Banna, Abu Abdillah Al-Bari', Al-Qadhi Al-Maristan dan ulama yang semasa dengan mereka di Baghdad". Selain itu masih banyak guru-guru beliau yang selain mereka.

Murid-Murid belaiu

Diantara murid-murid beliau adalah Ma'mar bin Al-Fakhir, Abu Alla Al-Hamadzani Az-Zahid Di Marwa, Abu Sa'ad As-Sam'ani, Al-Qasim (anaknya), Abu Ja'far Al-Qurthubi, Zain Al-Umana', dan selain mereka.

Wafat beliau

Ibnu Asakir meninggal pada malam senin tanggal 11 bulan Rajab tahun 571 H. ikut menshalati jenazahnya Al-Qutb An-Nasaburi dan sultan Shalahudi. Beliau dimakamkan disamping makam ayahnya di kuburan Bab Ash-Shagir.

[Sumber: Diringkas dari Kitab Min A’lami Salaf pdf, hal. 85-98, Syaikh Ahmad Farid.]




Hikmah Al-Quran & Mutiara Hadits : index.php
Versi Online : index.php/?pilih=lihattokoh&id=282