| Konsultasi | Bulletin | Do'a | Fatwa | Hadits | Khutbah | Kisah | Mu'jizat | Qur'an | Sakinah | Tarikh | Tokoh | Aqidah | Fiqih | Sastra | Resensi |
| Dunia Islam | Berita Kegiatan | Kajian | Kaset | Kegiatan | Materi KIT | Firqah | Ekonomi Islam | Analisa | Senyum | Download |
 
Menu Utama
·Home
·Tentang Kami
·Buku Tamu
·Produk Kami
·Formulir
·Jadwal Shalat
·Kontak Kami
·Download Artikel
·Download Murattal

Aqidah
· Termasuk Kesyirikan atau Termasuk Sarana Kesyirikan (1)
· Menghina Sesuatu yang Mengandung Dzikrullah

Firqah (Aliran-aliran)
· JAMAAH ISLAMIYAH MESIR 5
· JAMAAH ISLAMIYAH MESIR 4

Analisa
· Kerancauan Ilmu Hisab Dalam Penentuan Awal & Akhir Ramadhan
· Studi Kritis Seputar Puasa Hari Sabtu

Ekonomi Islam
· KPR Bank Syariah Ternyata Penuh Dengan Riba
· Produk Al-Mudharabah (Bagi Hasil) Dalam Islam Sebagai Solusi Perekonomian Islam

Produk Kami

Informasi!
·Serial Buku Dakwah Al-Sofwa 2021
·Tebar Serial Buku Tauhid
·Tebar Buku Risalah Puasa Nabi dan Panduan Praktis Ramadhan

Liputan Kegiatan
·Konsultasi Islam
·Penyaluran Hewan Qurban
·Santunan Yatim

Konsultasi Online

Ust.Husnul Yaqin, Lc

Ust.Amar Abdullah

Ust.Saed As-Saedy, Lc

Fatwa Seputar Sholat

Berangkatnya Wanita Muslimah ke Masjid

Apa Hukum Shalat Wanita di Masjid

Haruskah Wanita Melaksanakan Shalat Lima Waktu di Dalam Masjid

Wanita di Rumah Berma'mum Kepada Imam di Masjid

Apakah Shalatnya Seorang Wanita di rumah Lebih Utama Ataukah di Masjidil Haram

Manakah yang Lebih Utama Bagi Wanita Pada Bulan Ramadhan, Melaksanakan Shalat di Masjidil Haram atau di Rumah

Shalatnya Kaum Wanita yang Sedang Umrah di Bulan Ramadhan

Apakah Shalat Seseorang di Masjidil Haram Bisa Batal Ketika Ia Ikut Berjama'ah Dengan Imam atau Shalat Sendirian Karena Ada Wanita yang Melintas di Hadapannya?

Bila Terdapat Pembatas (Tabir) Antara Kaum Pria dan Kaum Wanita, Maka Masih Berlakukah Hadits Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam (sebaik-baik shaf wanita adalah yang paling akhir dan seburuk-buruknya adalah yang paling depan)

Apakah Kaum Wanita Harus Meluruskan Shafnya Dalam Shalat

Benarkah Shaf yang Paling Utama Bagi Wanita Dalam Shalat Adalah Shaf yang Paling Belakang

Benarkah Shalat Jum'at Sebagai Pengganti Shalat Zhuhur

Hukum Shalat Jum'at Bagi Wanita

Hanya Membaca Surat Al-Ikhlas

Hukum Meninggalkan Shalat

Hukum Menangis Dalam Shalat Jama'ah

Jika seorang musafir masuk masjid di saat orang sedang shalat jama'ah Isya' dan ia belum shalat maghrib.

Bolehkah bagi kaum wanita untuk berkunjung ke rumah orang yang sedang terkena musibah kematian, kemudian melakukan shalat jenazah berjama'ah dirumah tersebut ?

Apabila seseorang tidak melakukan shalat fardlu selama 3 tahun tanpa uzur, kemudian bertaubat , apakah dia harus mengqodha shalat tersebut ?

Apabila suatu jama'ah melakukan shalat tidak menghadap qiblah, bagaimanakah hukumnya ?

Membangunkan Tamu Untuk Shalat Shubuh

Doa-Doa Menjelang Azan Shubuh

Bacaan Sebelum Imam Naik Mimbar Pada Hari Jum'at

Shalat Tasbih

Hukum Wirid Secara Jama'ah/Bersama-sama Setelah Setiap Shalat Fardhu

Hukum Meninggalkan Shalat Karena Sakit

Jika Telah Suci Saat Shalat Ashar atau Isya, Apakah Wajib Melaksanakan Shalat Zhuhur dan Maghrib

Jika Wanita Mendapatkan Kesuciannya di waktu Ashar Apakah Ia Harus Melaksanakan Shalat Zhuhur

Mendapatkan Haidh Beberapa Saat Setelah Masuk Waktu Shalat, Wajibkah Mengqadha Shalat Tersebut Setelah Suci

Urutan Shalat yang Diqadha

Seorang Wanita Mendapatkan Kesuciannya Beberapa Saat Sebelum Terbenamnya Matahari, Wajibkah Ia Melaksanakan Shalat Zhuhur dan Ashar?

Keutamaan Shaf Wanita Dalam Shalat Berjama'ah

Berkumpulnya Wanita Untuk Shalat Tarawih

Bolehkah Seorang Wanita Shalat Sendiri dibelakang Shaf

Bolehkah kaum Wanita Menetapkan Seorang Wanita Untuk Mengimami Mereka Dalam Melakukan Shalat di Bulan Ramadhan

Wajibkah Kaum Wanita Melaksanakan Shalat Berjama'ah di Rumah

Apa hukum Shalat Berjama'ah Bagi Kaum Wanita

Apakah Ada Niat Khusus Bagi Imam Yg Mengimami Shalat Kaum Pria & Wanita

Shalatnya Piket Penjaga ( Satpam )

Gerakan Dalam Shalat

Hukum Gerakan Sia-Sia Di Dalam Shalat

Hukum Gerakan Sia-Sia Di Dalam Shalat

Keengganan Para Sopir Untuk Shalat Jama’ah

Hukum Menangguhkan Shalat Hingga Malam Hari

Hukum Meremehkan Shalat

Hukum Menangguhkan Shalat Subuh Dari Waktunya

Dampak Hukum Bagi yang Meninggalkan Shalat

Hukum Shalat Seorang Imam Tanpa Wudhu Karena Lupa

Hukum Orang yang Tayammum Menjadi Imam Para Makmum yang Berwudhu

Posisi Kedua Kaki Ketika Berdiri Dalam Shalat

Hukum Meninggalkan Salah Satu Rukun Shalat

Jika Ketika Shalat Ragu Apakah Ia Meninggalkan Salah Satu Rukun

Shalat Bersama Imam, Tapi Lupa Berapa Rakaat Yang Telah Dikerjakan

Hukum Shalat di Belakang Orang yang Menulis Tamimah Untuk Orang Lain

Hukum Shalat di Belakang Orang yang Berinteraksi Dengan Tamimah dan Sihir

Mengumumkan Barang Hilang Di Dalam Masjid, Bolehkah?

Seputar Posisi Makam Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam Di Masjid Nabawi

Shalatnya Penjaga Piket/Satpam

Hukum Membaca Al-Qur'an Dalam Shalat Secara Berurutan

Haruskah Imam Menunggu Makmum Masbuk Ketika Ruku

Shalat Dengan Mengenakan Pakaian Transparan

Hukum Pergi Ke Masjid Yang Jauh Agar Bisa Shalat Di Belakang Imam Yang Bagus Bacaannya

Sahkah Shalat Di Belakang Imam Yang Bacaanya Tidak Bagus?

HUKUM BACAAN AL-QUR'AN SEBELUM ADZAN JUM'AT

Meluruskan Barisan Hukumnya Sunat

Shalatnya Piket Penjaga / Satpam

Shalat Fardhu Berma’mum Kepada Orang Yang Shalat Sunnat

Keengganan Para Sopir Untuk Shalat Berjama'ah

Bacaan Al-Qur’an Dengan Pengeras Suara Sebelum Shalat Subuh

Hukum Menangguhkan Shalat Hingga Malam Hari

Imam Menunggu Para Ma’mum Ketika Ruku’

Mendengar Adzan Tetapi Tidak Datang Ke Masjid

Menempatkan Dupa Di Depan Orang-Orang Yang Sedang Shalat

Kapan Dibacakannya Do’a Istikharah

Shalat Dengan Mengenakan Pakaian Bergambar

TATA CARA SHALAT DI PESAWAT

Menjama’ Shalat Dalam Kondisi Dingin

Menghadap Kiblat Ketika Buang Air

Hukum Shalat Bergeser Dari Arah Kiblat

Mendapatkan Najis Di Pakaian Setelah Melaksanakan Shalat

Sahkah Shalat Di Masjid Yang Ada Kuburan Di Dalamnya?

Doa Atau Dzikir Sebelum Adzan

Hukum Membaca Shalawat Kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam Secara Berjama’ah Di Setiap Akhir Shalat

Mana Yang Harus Didahulukan Mendengarkan Ta'lim Atau Tahiyatul Masjid?

Hukum Menahan Buang Angin Ketika Melaksanakan Shalat

Sahkah Shalat Seseorang Yang Terbuka Sebagian Kecil Dari Auratnya?

Beberapa Masalah Mengenai Sujud Syukur

Hukum Mengakhirkan Shalat Shubuh Hingga Terbit Matahari

Beberapa Masalah Tentang Shalat Jum'at Bagi Musafir

Aurat Terbuka Ketika Shalat

Wajibkah Mengqadha Puasa yang Tertinggal?

Do'a Qunut

Sunnah Sebelum Melaksanakan Shalat 'Ied

Membaca al-Qur'an di Rumah Selepas Shalat Subuh Sampai Terbit Matahari

Shalat Dua Rekaat Antara Adzan dan Iqamah

Shalatnya Piket Penjaga/Satpam

Gerakan dalam Shalat

Hukum Gerakan Sia-Sia di Dalam Shalat

Kacaunya Pikiran Ketika Shalat

Hukum Menangguhkan Shalat Hingga Malam Hari

Hukum Menangguhkan Shalat Shubuh dari Waktunya

Hukum Meremehkan Shalat

Bersalaman (Berjabat tangan) setelah shalat

Shalat dengan Mengenakan Pakaian Transparan

Shalat Fardhu Bermakmum Kepada Orang yang Shalat Sunnah

Hukum Mengambil Mushaf dari Masjid, Memanjangkan Punggung Ketika Sujud dan Melakukan Gerakan Sia-Sia di Dalam Shalat

Masbuq Pada Saat Tahiyat Akhir

Tata Cara Melaksanakan Shalat di Dalam Pesawat

Shalat Di Dalam Pesawat

Imam Menunggu Para Makmum Ketika Rukuk

Hikmah Dimasukkannya Kuburan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Ke Dalam Masjid

Hukum Shalat di Masjid yang Ada Kuburannya 1

Hukum Shalat Di Masjid Yang Ada Kuburannya 2

Mendengar Adzan Tapi Tidak Datang ke Masjid

Hukum Menyepelekan Shalat Berjamaah

Waktu Mustajab pada Hari Jum'at

Memakan Bawang Putih Atau Bawang Merah Sebelum Shalat

Hukum Memakan Kuras (Daun Bawang), Bawang Putih atau Bawang Merah dan Datang ke Masjid

Kapan Dibacakannya Doa Istikharah

Shalat di Waktu Terlarang

Merubah Nada Suara Saat Doa Qunut

Merubah Nada Suara Saat Doa Qunut

Hukum Pergi ke Masjid yang Jauh Agar Bisa Shalat di Belakang Imam yang Bagus Bacaannya

Shalat Tarawih

Pembacaan al-Qur`an pada Hari Jum'at dan Bacaan-Bacaan Lainnya Sebelum Shubuh dengan Pengeras Suara

Memberi Kode kepada Imam Agar Menunggu

Berpindah Tempat untuk Melakukan Shalat Sunnah

Menempatkan Dupa di Depan Orang-Orang yang Shalat

Shalat Seorang Wanita Berjama’ah dengan Suaminya

Standar Panjang dan Pendeknya Shalat adalah Sunnah, Bukan Selera

Batasan Medapatkan Keutamaan Berjama’ah

Meluruskan Barisan Hukumnya Sunnah

Bermakmum kepada Orang yang Mencukur Jenggot dan Musbil

Memanjangkan Doa

Memanjangkan Doa

Berganti-ganti dalam Bermakmum

Menirukan Bacaan Orang Lain dalam Shalat Tarawih

Shalat Jamaah dan Mengakhirkan Shalat

Shalat jamaah dan mengakhirkan shalat

Shalat dengan Mengenakan Pakaian Bergambar

Musafir Selama Dua Tahun, Apakah Boleh Mengqashar Shalat?

Tergesa-Gesa untuk Shalat

Duduk Istirahat Tidak Wajib

Bermakmum kepada Orang yang Sedang Shalat Sendirian

Tidak Sah Shalat Sendirian di Belakang Shaf

Shalat Jahr dan Adzan Bagi yang Shalat Sendirian

Shalat Jamaah dan Mengakhirkan Shalat

Pembatas Di Depan Orang Yang Shalat

Mengikuti Dan Mendahului Imam

Mengikuti Dan Mendahului Imam

Bel Pintu Rumah Berbunyi Ketika Sedang Shalat

Bagusnya Suara Imam Memotivasi Para Makmum

Imam Tidak Bagus Bacaannya

Makmum yang Masbuq Berarti Shalat Sendirian Setelah Imam Salam, maka Tidak Boleh Membiarkan Orang Lain Lewat Di Depannya

Mengurutkan Surat dalam Membaca al-Qur`an

Melakukan yang Makruh dan Hukum Pelakunya

Shalat Berjamaah di Dalam Bangunan yang Terpisah dari Imam

Meninggalkan Shalat dengan Alasan yang Dibuat-Buat


Info Khusus

Cinta Rasul

Ada Apa Dengan Valentine's Day ?

Manisnya Iman

Hukum Merayakan Hari Valentine

Adakah Amalan Khusus di Bulan Rajab?

Asyura' Dalam Perspektif Islam, Syi'ah & Kejawen..!!

Ada Apa Dengan Valentine’s Day?


Kajian Islam
· Ada Apa Dengan Valentine's Day..??
· Mutiara Fiqih Islam
· KITAB TAUHID 3
· Untuk Diketahui Setiap Muslim

SMS Dakwah Hari Ini

áóíúÓó ßóãöËúáöåö ÔóíúÁñ æóåõæó ÇáÓóøãöíÚõ ÇáúÈóÕöíÑõ Allah berfirman,yang artinya, Tidak ada yang serupa dengan Dia dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.(QS.Asy-Syura:11)

( Index SMS Dakwah )

   


Telah Hadir & Terbit Kembali… SERIAL BUKU DAKWAH AL-SOFWA :: Telah Hadir & Terbit Kembali… SERIAL BUKU TAUHID :: Tebar Buku Risalah Puasa & Panduan Praktis Bulan Ramadhan ::

Kajian Islam


Pertama, makna yang dikandung hadits itu tetap dan tidak berubah, tidak tertolak oleh alasan-alasan yang mereka sebutkan, dan tidak boleh seseorang merenggut keumuman hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Setiap bid’ah sesat.” Misalnya dengan mengatakan, “Tidak semua bid’ah sesat.” Karena sikap ini lebih dekat kepada menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari sekedar masalah interpretasi (ta’wil).

Bahkan pada perbuatan yang mengandung sisi kebaikan, yang terkadang dikatakan sebagai perbuatan bid’ah. Perbuatan tersebut ternyata bukan bid’ah, maka sesungguhnya ia tidak termasuk yang dimaksudkan oleh hadits tersebut, atau jika memang termasuk yang dimaksudkan oleh hadits tersebut, berarti perbuatan itu merupakan pengecualian dari keumumannya berdasarkan dalil yang ini dan yang itu…yang lebih kuat daripada sisi keumuman hadits. Padahal jawaban pertama lebih baik.

Terdapat cacatan untuk jawaban ini, karena secara zhahir nash sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang disampaikan dengan kata-kata integral semacam itu dimaksudkan keumuman global. Hendaknya maksud beliau, demi Allah, jangan sampai diselewengkan.

Mengenai shalat Tarawih, sebenarnya bukan bid’ah dalam syariah Islam, bahkan ia merupakan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau telah melakukannya. Beliau bersabda,

Åöäøó Çááåó ÝóÑóÖó Úóáóíúßõãú ÕöíóÇãó ÑóãóÖóÇäó æóÓóäóäúÊõ áóßõãú ÞöíóÇãóåõ.


“Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan bagi kalian dan aku mensunnahkan Qiyamnya.”

Shalat Tarawih yang dilakukan secara jamaah juga bukan bid’ah, ia juga termasuk sunnah dalam syariah Islam. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melakukannya secara berjamaah di awal bulan Ramadhan selama dua malam atau tiga malam. Beliau juga melakukannya secara jamaah di sepuluh malam terakhir hingga beberapa kali. Beliau bersabda,

Åöäøó ÇáÑøóÌõáó ÅöÐóÇ Õóáøóì ãóÚó ÇúáÅöãóÇãö ÍóÊøóì íóäúÕóÑöÝó ßõÊöÈó áóåõ ÞöíóÇãõ áóíúáóÉò.


“Jika seseorang shalat bersama imam hingga imam itu selesai, terhitung baginya Qiyamul Lail penuh.”

Dan ketika beliau shalat bersama para sahabat itu, mere-ka khawatir ketinggalan sahur. (Diriwayatkan Ahli Sunan).

Berdasarkan hadits ini Ahmad beserta imam lain berpendapat bahwa melakukan Tarawih secara berjamaah lebih utama daripada sendirian.

Dengan demikian maka Qiyam pada bulan Ramadhan di belakang imam menjadi anjuran, bahkan ia merupakan sunnah mutlak. Dimana para sahabat shalat secara berjamaah di masjid pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang beliau merestui. Sementara restu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan sunnah.

Sedangkan ucapan Umar, “Sebaik-baik bid’ah adalah yang ini,” banyak yang menjadikannya sebagai hujjah. Jika kita hendak menentukan hukum dengan perkataan Umar, terutama pada apa yang tidak bertentangan, tentu mereka akan berkata, “Perkataan sahabat bukan hujjah.” Lalu bagaimana mungkin perkataannya menjadi hujjah pada apa yang bertentangan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Barangsiapa berkeyakinan bahwa perkataan sahabat hujjah sebenarnya ia juga tidak meyakini lagi kalau perkataan itu bertentangan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berdasarkan dua kemungkinan di atas, tidak boleh menentang hadits dengan perkataan sahabat. Ya, memang ada yang membolehkan mengkhususkan keumuman hadits dengan perkataan sahabat yang tidak bertentangan, berarti bisa dipahami bahwa perbuatan ini bid’ah yang baik. Sedangkan jika bertentangan, tentu tidak boleh!

Kita katakan pula bahwa penggunaan istilah bid’ah oleh Umar berikut kebaikannya sebenarnya yang dimaksudkannnya itu sisi etimologi bahasa, bukan terminologi syariah. Sebab semua yang ‘bid’ah’ menurut pengertian bahasa mencakup semua hal baru yang dilakukan seseorang tanpa adanya contoh sebelumnya. Sementara bid’ah dalam syariah adalah semua perbuatan yang tidak ada dalil syar’inya.

Jika sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan sunnah atau wajibnya suatu perbuatan sepeninggal beliau, atau menunjukkan anjuran secara mutlak dan tidak dilakukan kecuali sepeninggal beliau seperti halnya kitab shadaqah yang dikeluarkan oleh Abu Bakar radhiallahu ‘anhu. Jika seseorang melakukannya sepeninggal beliau, hal itu sah dinamakan bid’ah secara bahasa, karena orang itu melakukannya sebagai pemula. Sebagaimana juga agama yang dibawa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu sendiri dinamakan bid’ah atau hal baru dari segi bahasa. Oleh karena itu para delegasi Quraisy bercerita kepada Najasyi tentang para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang berhijrah ke Habasyah, “Sesungguhnya mereka telah keluar dari agama nenek moyang mereka dan tidak memasuki agama paduka Raja, mereka datang dengan agama baru yang belum dikenal.”

Sedangkan perbuatan yang didukung oleh Kitab dan Sunnah bukanlah perbuatan bid’ah dalam syariah Islam kendatipun ia dinamakan bid’ah secara bahasa. Karena kata bid’ah secara bahasa lebih umum daripada bid’ah menurut terminologi syariah. Apalagi sudah sama-sama diketahui bahwa sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Setiap bid’ah sesat,” tidak dimaksudkan semua perbuatan permulaan, karena agama Islam, bahkan semua agama yang dibawa para rasul merupakan perbuatan pemula. Namun yang dimaksudkan hadits ini adalah perbuatan (dalam agama) yang dilakukan pertama kali dan tidak disyariatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dengan demikian, para sahabat melakukan shalat Tarawih secara berjamaah dan sendiri-sendiri pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Hingga beliau berkata pada malam ketiga atau keempat,

Åöäøóåõ áóãú íóãúäóÚúäöíú Ãóäú ÃóÎúÑõÌó Åöáóíúßõãú ÅöáÇøó ßóÑóÇåóÉõ Ãóäú íõÝúÑóÖó Úóáóíúßõãú¡ ÝóÕóáøõæúÇ Ýöíú ÈõíõæúÊößõãú ÝóÅöäøó ÃóÝúÖóáó ÕóáÇóÉö ÇáúãóÑúÁö Ýöíú ÈóíúÊöåö ÅöáÇøó ÇáúãóßúÊõæúÈóÉõ.


“Tidak ada yang menghalangiku untuk keluar bersama kalian selain kekhawatiran bahwa hal itu menjadi wajib bagi kalian, maka shalatlah di rumah-rumah kalian! Sebab sebaik-baik shalat seseorang jika dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan alasan tidak keluarnya beliau karena khawatir dianggap wajib. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa kesempatan untuk keluar ada. Jika saja tidak ada kekhawatiran hal itu menjadi wajib, tentu beliau akan keluar menemui mereka. Kemudian datanglah zaman Umar yang me-ngumpulkan mereka di bawah seorang qari’ saja dan dinyalakan lampu di dalam masjid. Proyek ini menjadi sarana mereka berkumpul di masjid dengan seorang imam dan penerangan di masjid. Suatu perbuatan yang belum pernah mereka lakukan, hal ini bisa dinamakan bid’ah, dan secara bahasa memang dinamakan seperti itu walaupun bukan bid’ah dalam syariah Islam. Sebab Sunnah menegaskan perbuatan itu termasuk amal shalih, kalau saja tidak ada kekhawatiran akan menjadi wajib. Kemudian kekhawatiran tersebut hilang setelah beliau meninggal, dan dengan demikian hilang pula penghalang itu.

Demikian pula pengkodifikasian Al-Qur’an, karena penghalang untuk melakukan hal itu pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah adanya wahyu yang masih turun. Pada saat itu Allah berhak untuk merubahnya atau menentukan hukum semau-Nya. Seandainya ditulis dalam satu kitab, tentu akan sulit untuk merubahnya setiap saat. Dan ketika Al-Qur’an telah lengkap sepeninggal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, syariah Islam juga telah baku dengan meninggalnya beliau, manusia merasa aman dari kemungkinan adanya penambahan atau pengurangan Al-Qur’an, mereka juga merasa aman dari bertambahnya perbuatan wajib atau haram. Terdapat peluang untuk mengamalkannya berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kaum Muslimin melakukannya karena kesunnahan itu, dan perbuatan itu memang termasuk sunnah beliau. Walaupun secara bahasa hal ini dinamakan bid’ah.

Demikian pula menjadi wewenang Umar radhiallahu ‘anhu untuk mengusir orang-orang Yahudi Khaibar dan Nashara Najran atau selain mereka dari Jazirah Arab. Karena ketika sakit, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan hal itu sebagaimana sabda beliau,

ÃóÎúÑöÌõæÇ ÇáúíóåõæúÏó æóÇáäøóÕóÇÑóì ãöäú ÌóÒöíúÑóÉö ÇáúÚóÑóÈö.


“Usirlah orang-orang Yahudi dan Nashara dari Jazirah Arab.”

Akan tetapi Abu Bakar radhiallahu ‘anhu tidak sempat merealisasikannya karena sibuk dengan peperangan melawan orang-orang murtad atau karena merintis perang melawan orang-orang Persia dan Romawi. Demikian pula Umar pada awal masa kekhalifahannya, sibuk memerangi orang-orang Persia dan Romawi. Ketika ia mempunyai kesempatan merealisasikan hal itu, ia melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Walaupun perbuatan ini secara bahasa bisa dikategorikan sebagai bid’ah. Sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, “Kenapa Anda mengusir kami sedangkan Abul Qasim telah menetapkan kami?”

Pada masa kekhalifahan Ali radhiallahu ‘anhu mereka datang dan menginginkan agar ia mengembalikan mereka. Orang-orang itu berkata, “Tulislah surat dengan tanganmu.” Ia menolak karena tindakan pengusiran itu dilakukan Umar sebagai implementasi dari janji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, walaupun perbuatan itu baru terjadi setelah beliau meninggal dan berbeda dengan apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikian pula ketika Ali memberi pedang kepada Ahban bin Shaifi seraya berkata, “Gunakanlah untuk memerangi orang-orang musyrik, dan jika Anda melihat kaum muslimin berperang antara mereka, patahkan saja.” Sebab mematahkan pedang, walaupun perbuatan baru dimana kaum Muslimin tidak ada yang mematahkan pedang mereka pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi hal itu juga berdasarkan perintah beliau.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ÎõÐõæÇ ÇúáÚóØóÇÁó ãóÇ ßóÇäó ÚóØóÇÁð¡ ÝóÅöÐóÇ ßóÇäó ÚöæóÖðÇ Úóäú Ïöíúäö ÃóÍóÏößõãú ÝóáÇó ÊóÃúÎõÐõæúåõ.


“Ambillah suatu pemberian jika ia memang pemberian, akan tetapi jika ganti agama salah seorang di antara kalian, maka janganlah diambil.”

Maka ketika para amir memberikan harta Allah kepada orang yang membantu mereka untuk merealisasikan hawa nafsu, walaupun itu maksiat. Orang yang tidak menerima pemberian itu berarti mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, walaupun tidak menerima pemberian dari pemerintah itu perbuatan baru. Namun ketika mereka melakukan hal-hal baru, maka terjadi pula hukum lain berdasarkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Yang termasuk sama dengan bab ini adalah perbuatan Abu Bakar memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat. Walaupun hal itu merupakan perbuatan bid’ah secara bahasa dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membunuh orang yang tidak membayar zakat sama sekali, beliau hanya mengatakan,

ÃõãöÑúÊõ Ãóäú ÃõÞóÇÊöáó ÇáäøóÇÓó ÍóÊøóì íóÔúåóÏõæúÇ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÃóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö¡ ÝóÅöÐóÇ ÝóÚóáõæúÇ Ðóáößó ÚóÕóãõæúÇ ãöäøöíú ÏöãóÇÁóåõãú æóÃóãúæóÇáóåõãú ÅöáÇøó ÈöÍóÞøöåóÇ¡ æóÍöÓóÇÈõåõãú Úóáóì Çááåö.


“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, jika mereka melakukan hal itu, darah dan harta mereka terpelihara dariku kecuali karena haknya, sedang hisabnya di sisi Allah.”

Telah diketahui bahwa zakat termasuk hak Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, maka darah tetap belum terpelihara dari orang yang enggan membayar zakat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits lain,

ÍóÊøóì íóÔúåóÏõæúÇ Ãóäú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ æóÃóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÑóÓõæúáõ Çááåö¡ æóíõÞöíúãõæÇ ÇáÕøóáÇóÉó æóíõÄúÊõæÇ ÇáÒøóßóÇÉó.


“Hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.”

Bab ini memang sangat luas.

Kata kunci pada masalah ini, wallahu a’lam, bahwa orang-orang melakukan hal-hal baru karena mereka melihat adanya sisi kemaslahatan, sebab jika mereka meyakini adanya kerancuan, tentu mereka tidak melakukan hal-hal baru itu, karena hal itu tidak didukung oleh akal sehat dan agama.

Jika kaum Muslimin melihat adanya suatu kemaslahatan, perlu dilihat sebab yang melingkupinya, jika sebab yang meliputinya itu baru terjadi sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun Nabi meninggalkannya bukan karena keteledoran dari kita. Di sini kadang kala diperbolehkan melakukan hal baru itu jika memang dibutuhkan. Demikian pula jika kesempatan untuk melakukannya tersedia pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau meninggalkannya karena ada penghalang yang hilang sepeninggal beliau.

Akan tetapi jika tidak ada sebab yang meliputinya, atau jika sebab yang meliputinya itu merupakan dosa-dosa hamba, di sini tidak diperkenankan melakukan hal-hal baru. Segala sesuatu jika kesempatan untuk melakukannya tersedia pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam -jika memang terdapat kemaslahatannya-. Dan ternyata beliau tidak melakukannya; maka diketahuilah bahwa itu bukan kemaslahatan.

Adapun jika peluang untuk mengamalkannya tersedia setelah beliau meninggal dan tanpa ada kemaksiatan para makhluk, biasanya terdapat sisi kemaslahatan. Dalam masalah ini para fuqaha mempunyai dua cara.

Pertama, hal itu boleh dilakukan selama tidak ada larangan. Ini pendapat orang-orang yang setuju dengan Al-Mashalihul Mursalah (menentukan hukum syariah berdasarkan sisi manfaat yang dikehendaki atau madharat yang dihindari).

Kedua, hal itu tidak dilakukan selama tidak diperintahkan, ini pendapat orang yang tidak setuju dengan penentuan hukum dengan Al-Mashalihul Mursalah. Mereka terbagi menjadi dua kelompok:

Kelompok pertama, hukum tidak bisa ditetapkan dengannya jika ia tidak termasuk pada sebuah dalil ucapan syari’, atau perbuatan dan ketetapannya, mereka itulah yang menolak adanya qiyas.

Kelompok kedua, menetapkan hukum dengannya dengan lafadz syari’ atau maknanya, mereka itulah orang-orang yang menerima qiyas.

Jika kesempatan untuk mengamalkannya tersedia karena adanya kemashlahatan, namun tidak dijadikannya sebagai syariah. Maka menetapkannya sebagai syariah termasuk merubah agama Allah. Hal itu dilakukan oleh orang-orang yang ingin merubah agama dari kalangan para raja, ulama, hamba, dan orang yang tergelincir dengan ijtihadnya sendiri, seperti apa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

Åöäøó ÃóÎúæóÝó ãóÇ ÃóÎóÇÝõ Úóáóíúßõãú ÒõáøóÉõ ÚóÇáöãò Ãóæú ÌöÏóÇáõ ãõäóÇÝöÞò ÈöÇáúÞõÑúÂäö æóÃóÆöãøóÉñ ãõÖöáøõæúäó.


“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terhadap kalian adalah ketergelinciran seorang ulama, atau perdebatan orang munafik tentang Al-Qur’an, atau para pemimpin yang menyesatkan.”

Contoh permasalahan ini seperti dikumandangkannya adzan untuk dua hari raya, karena ketika perbuatan tersebut dilakukan oleh para pemimpin pemerintahan, kaum Muslimin menolak karena itu perbuatan bid’ah, walaupun tidak ada dalil yang menunjukkan dibencinya perbuatan itu. Jika tidak, maka orang akan mengatakan, “Ini dzikir kepada Allah, ini seruan kepada manusia untuk beribadah kepada Allah.” Maka ia masuk pada dalil-dalil umum sebagaimana firman Allah, “Berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak.” (Al-Ahzab: 41).

Juga firman-Nya yang lain, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.” (Fushilat: 33).

Atau hal itu didasarkan kepada azan hari Jum’at, menguatkan pendapat itu (dengan adzan Jum’at) akan bagusnya adzan untuk dua hari raya lebih kuat daripada berdalil atas bagusnya bid’ah.

Bahkan dikatakan pula bahwa tindakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkannya walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan tidak adanya penghalang adalah sunnah, sebagaimana melakukannya juga merupakan sunnah.

Sebab ketika beliau memerintahkan azan shalat Jum’at dan shalat pada dua hari raya dengan tanpa azan maupun iqamat, meninggalkan azan pada dua hari raya adalah sunnah dan tidak seorangpun boleh menambahkannya (dengan mengumandangkan azan). Menambahkan sesuatu pada ibadah semacam itu tidak ubahnya seperti menambah jumlah shalat, atau bilangan rakaat, atau haji. Jika seseorang melakukan shalat Dzuhur lima rakaat dan mengatakan, “Tambahan ini adalah amal shalih.” Itu tidaklah sah. Atau jika seseorang melakukannya pada tempat lainnya dengan maksud berdoa dan berdzikir kepada Allah, itu juga tidak sah. Tidak benar jika kemudian ia mengatakan, “Ini bid’ah ha-sanah.” Mestinya dikatakan kepadanya, “Setiap bid’ah sesat.”

Kita ketahui bahwa perbuatan ini jelas merupakan kesesatan sebelum mengetahui adanya dalil khusus yang melarangnya, atau sebelum kita ketahui segi-segi kerusakan pada perbuatan tersebut. Ini contoh perbuatan baru, yang disertai dengan adanya kesempatan untuk melakukannya dan tidak adanya penghalang jika memang perbuatan itu baik. Jika apa yang dilakukan orang pada hal-hal baru itu terdapat kemashlahatan, atau jika ia bersandar kepada dalil yang telah ditetapkan di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, meski demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melaksanakannya, sikap beliau meninggalkan hal ini adalah sunnah khusus yang mesti dikedepankan daripada dalil umum atau qiyas.

Contoh munculnya tuntutan melakukan bid’ah yang disebabkan oleh keteledoran kaum Muslimin adalah mendahulukan khutbah sebelum shalat pada shalat dua hari raya. Ketika hal ini dilakukan oleh sebagian pemimpin pemerintahan, kaum Muslimin menolaknya karena memang hal itu bid’ah. Sedang alasan terjadinya bid’ah semacam ini karena kaum Muslimin biasanya bubar sebelum mendengarkan khutbah, sedang pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mereka, atau mayoritas mereka tidak bubar dahulu sebelum mendengarkan khutbah.

Maka dikatakan kepadanya, “Ini disebabkan oleh kecerobohan Anda, sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada mereka dengan tujuan untuk kepentingan mereka, menyampaikan wejangan kepada mereka, dan menunjukkan kepada mereka. Sementara Anda melakukan itu hanya untuk mengukuhkan kekuasaan Anda. Jika Anda bertujuan memberikan manfaat kepada mereka, namun Anda tidak mengerti apa yang bermanfaat bagi mereka. Ini adalah kemaksiatan dari Anda sendiri, Anda tidak boleh menciptakan kemaksiatan yang baru lagi. Solusi bagi permasalahan ini adalah agar Anda bertaubat kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasul-Nya, karena permasalahannya memang telah jelas. Jika permasalahan itu belum tuntas, maka Allah tidak akan meminta pertanggungjawaban kecuali atas perbuatan Anda, bukan perbuatan mereka.

Pemahaman semacam ini acapkali menyebabkan ruwetnya permasalahan bid’ah. Pernah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dimana beliau bersabda,

ãóÇ ÃóÍúÏóËó Þóæúãñ ÈöÏúÚóÉð ÅöáÇøó äóÒóÚó Çááåõ Úóäúåõãú ãöäó ÇáÓøõäøóÉö ãöËúáóåóÇ.


“Tidaklah suatu kaum melakukan perbuatan bid’ah kecuali Allah akan mencabut dari mereka sebagian dari sunnah yang sepadan dengannya.”

Pada pembahasan yang lalu telah saya singgung dan saya jelaskan bahwa syariat Islam adalah konsumsi hati. Setiap kali hati mengkonsumsi perbuatan bid’ah tidak ada lagi keutamaan sunnah di dalam hati tersebut. Kondisi ini jadinya mirip dengan seseorang yang mengonsumsi makanan kotor. Sebagian besar para pemimpin melakukan praktek-praktek politik sewenang-wenang yang di antaranya merampas harta yang semestinya tidak boleh dirampas dan menghukum pelaku tindakan kriminal yang semestinya tidak layak dengan hukuman seperti itu. Sebab ketika mereka mengabaikan sesuatu yang telah disyariatkan; mengajak yang baik dan mencegah yang mungkar. Dan jika tidak demikian, para pemimpin itu akan mengambil apa yang semestinya diambil dan melepaskan apa yang semestinya dilepaskan, tentu saja rakyat akan menuntut dijalankannya agama Allah, bukan untuk mengukuhkan kekuasaan mereka, tapi untuk melaksanakan hukuman secara adil kepada orang terpandang atau hina, yang dekat atau yang jauh. Dengan segala keinginan mereka mengharapkan diterapkannya keadilan yang telah disyariatkan Allah saat mereka butuh berubahnya keadaan yang mereka alami, bukannya kepada sanksi-sanksi yang sewenang-wenang, apalagi kepada orang yang dapat memelihara budak dan orang yang diperbudak sebagaimana yang dilakukan Khulafaur Rasyidin serta Umar bin Abdul Aziz atau pemimpin lain di daerah lain.

Jika para ulama menjalankan kitab Allah dan mengerti semua penjelasan-penjelasannya yang merupakan hujjah Allah, memahami petunjuk yang ada padanya sebuah ilmu dan amal shalih. Mereka juga melaksanakan hikmah Allah dimana untuk itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus, yakni sunnah beliau. Pastilah mereka akan mendapatkan bermacam-macam ilmu yang bermanfaat yang dapat menguasai ilmu yang dimiliki kebanyakan manusia. Pada saat itu juga mereka menjadi unggul di antara semua pendukung kebenaran atau kebatilan dari para makhluk. Mereka juga mendapatkan predikat kesaksian yang Allah berikan kepada umat ini sebagaimana yang Allah firmankan, “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia” (Al-Baqarah: 143).

Tentu setelah itu mereka juga tidak perlu lagi kepada bid’ah-bid’ah yang dilakukan oleh orang-orang ahli bid’ah dengan dalih-dalih yang serba rancu, yang mana orang-orang ahli kalam mengira bahwa dengan bid’ah itu mereka memperjuangkan orisinalitas agama Allah. Para ulama juga tidak butuh lagi kepada argumentasi sesat yang digunakan ahli qiyas bahwa dengan perbuatan bid’ah itu pula mereka menyempurnakan cabang-cabang agama ini. Selama hujjah itu benar dan pendapat itu tepat, itulah inti kitab Allah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada yang memahami hal ini dan ada yang tidak memahaminya.

Demikian pula para hamba sekalian, jika mereka melakukan ibadah sesuai dengan apa yang disyariatkan Allah, baik dalam ucapan dan perbuatan lahir maupun batin, mereka juga menikmati ucapan-ucapan yang baik dan amal shalih yang dengan itu Allah mengutus Rasul-Nya. Tentu mereka akan mendapatkan kondisi yang suci bersih, kedudukan yang tinggi, dan prestasi gemilang yang membuat mereka tidak butuh kepada prestasi lain, seperti hanya perubahan-perubahan yang terjadi pada teknologi audio yang memalingkan manusia dari mendengarkan Al-Qur’an, mereka juga tidak butuh kepada bermacam-macam dzikir dan wirid yang dikarang manusia, tidak perlu melakukan tambahan-tambahan dalam ibadah yang dapat mengurangi konsistensi seseorang kepada apa yang telah disyariatkan. Walaupun adakalanya banyak orang, ulama, dan pimpinan yang dimaklumi dalam melakukan hal itu dalam proses ijtihad.

Inti permasalahannya, agar masing-masing mengetahui dalil shahih, walaupun orang yang meninggalkan dalil shahih itu kadang juga mesti dimaklumi karena ijtihadnya, bahkan terkadang ia orang yang benar-benar tulus dan agung dengan ijtihadnya itu. Sebab bukan termasuk syarat menjadi orang tulus, agar semua perkataannya benar, semua ilmunya berdasarkan sunnah, apalagi harus memiliki kedudukan seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pembahasan ini kiranya sangat luas.

Pembahasan tentang macam-macam bid’ah, hukum-hukumnya, dan sifat-sifatnya rasanya tidak cukup untuk dibahas dalam kitab ini (Iqtidhaus Shirathal Mustaqim, Ibnu Taimiyah). Tujuan pemaparan ini adalah untuk memberikan peringatan yang dapat menghilangkan keragu-raguan bagi orang yang menentang hadits shahih sebagaimana yang telah kami sebutkan. Serta untuk memperkenalkan bahwa nash-nash yang menunjukkan cercaan terhadap bid’ah termasuk yang wajib diamalkan.

Hit : 0 | IndexJudul | IndexSubjudul | kirim ke teman | versi cetak 

 
   
Statistik Situs
Kamis,25-4-2024 M 24:17:36 
Hijri: 16 Syawal 1445 H
Hits ...: 311655140
Online : 107 users

Pencarian

cari di  

 

Iklan

















Jajak Pendapat
Rubrik apa yang paling anda sukai di situs ini ?

Analisa
Buletin
Fatwa
Kajian
Khutbah
Kisah
Konsultasi
Nama Islami
Quran
Tarikh
Tokoh
Doa
Hadits
Mu'jizat
Sakinah
Akidah
Fiqih
Sastra
Resensi
Dunia Islam
Berita Kegiatan
Kaset
Kegiatan
Materi KIT
Firqah
Ekonomi Islam
Senyum
Download


Hasil Jajak Pendapat

Mutiara Hikmah

Mathraf bin Abdullah ibnusy Syakhir menulis surat balasan kepada sang Khalifah Umar bin Abdul Aziz, "Kepada hamba Allah, Umar, Amirul Mukminin, dari Mathraf bin Abdullah. Salamullah 'alaik, ya Amiral Mukminin, wa Rahmatullah wa Barakatuh. Sesungguhnya, aku mengajakmu memuji kepada Allah yang tidak ada tuhan yang hak selain Dia. Amma ba'du. "Jadikanlah rasa tenangmu bersama Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì dan perhatian penuhmu kepada-Nya. Sesungguhnya, kaum yang merasa damai dengan Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì dan sepenuhnya memberikan perhatiannya kepada-Nya, mereka merasa lebih damai bersama Allah ÓõÈúÍóÇäóåõ æóÊóÚóÇáóì dalam kesendirian daripada beramai-ramai dengan jumlah yang banyak, mereka mematikan apa saja di dunia yang mereka khawatirkan akan mematikan hati mereka, mereka meninggalkan apa saja di dunia yang mereka ketahui bakal meninggalkannya, mereka menjadi musuh terhadap apa yang diterima manusia dari dunia. Semoga Allah menjadikan kita semua bagian dari mereka karena mereka sedikit jumlahnya di dunia. Wassalam." (Abdullah bin Abdul Hakam, al-Khalifah al-'Adil Umar bin Abdil Aziz, hal.182)

( Index Mutiara )


Fiqh Wanita

Benarkah Kaum Wanita Tidak Boleh Masuk Masjid Karena Mereka Adalah Najis

Jika Mendapat Kesucian Setelah Shubuh

Haid Datang Beberapa Saat Sebelum Matahari Terbenam

Merasa Ada Darah Tapi Belum Keluar Sebelum Matahari Terbenam

Hukum Wanita Yang Mandi Setelah Jima', Kemudian Keluar Cairan Dari Kemaluannya

Hukum Orang Yang Kentut Terus Menerus.

Shalat Dengan Pakaian Terkena Najis

Hukum Orang Haidh Berdiam di Masjid

Hukum air kencing anak yang mengenai pakaian wanita

Menggunakan air laut untuk berwudlu

Hukum Operasi Cesar

Menyentuh wanita dalam keadaan berwudhu'

Menyentuh wanita asing(selain isteri) dalam keadaan berwudhu'

Hukum membawa Mushaf ke dalam WC

Bersuci dari Air Kencing Bayi

Hukum Wudhunya Orang yang Menggunakan Kutek

Hukum Wudhunya Orang yang Menggunakan Inai (Pacar)

Hukum Wudhunya Wanita yang Tidak Menghilangkan Kutek

Membasuh Kepala Bagi Wanita

Hukum Mengusap Rambut yang Disanggul (dikepang)

Sifat Mandi Junub dan Perbedaan dengan Mandi Haidh

Melepaskan Ikatan Rambut Untuk Mandi Haidh

Haruskah Meresapkan Air ke Dalam Kulit Kepala Dalam Mandi Junub?

Samakah Wanita yang Memiliki Rambut Panjang yang Tidak Digulung dengan yang Digulung

Hukum Mengusap Kain Penutup Kepala Saat Mandi Junub

Haruskah Dua Kali Bersuci Karena Dua Hadats

Wajib Mandikah Wanita Yang Bermimpi (Mimpi Basah)

Jika Seorang Wanita Bermimpi dan Mengeluarkan Cairan yang Tidak Mengenai Pakaiannya, Apakah Ia Wajib Mandi

Wajib Mandikah Bila Keluarnya Mani Karena Syahwat Tanpa Bersetubuh

Berdosakah Seorang Wanita yang Mimpi Bersetubuh Dengan Seorang Pria

Wajib Mandikah Jika Seorang Wanita Memasukkan Tangannya ke Dalam Kemaluannya atau Jika Seorang Dokter Memasukkan Tangannya ke Dalam Kemaluannya

Jika Seorang Ragu Tentang Junubnya

Bolehkah Menunda Mandi Wajib Hingga Terbit Fajar

Bolehkah Orang yang Junub Tidur Sebelum Berwudhu

Mandi Junub Merangkap Mandi Jum'at, atau Merangkap Mandi Haidh dan Mandi Nifas

Apakah Penggunaan Inai Pada Masa Haidh Akan Mempengaruhi Sahnya Mandi Setelah Masa Haidh?

Apakah Tubuh Orang yang Sedang Junub Itu Najis Sebelum Ia Mandi Junub

Masa di Mana Para Wanita yang Sedang Nifas Tidak Boleh Melaksanakan Shalat

Pendapat yang Kuat Tentang Masa Nifas

Nifas, Suci Sebelum Empat Puluh Hari Lalu Berpuasa

Apakah Wanita Nifas yang Suci Sebelum Genap Empat Puluh Hari Tetap Wajib Melaksanakan Ibadah

Nifas, Jika Darah Terus Mengalir Setelah Empat Puluh Hari

Darah Nifas Berhenti Sebelum Empat Puluh Hari, Apakah Hal Ini Membolehkan Shalat Walaupun Darah Itu Kembali Lagi Pada Hari Keempat Puluh

Apakah Masa Nifas Itu Dapat Lebih dari Empat Puluh Hari?

Tidak Mengeluarkan Darah Setelah Melahirkan, Bolehkah Suaminya Mencampurinya?

Jika Wanita Hamil Keluar Darah Banyak Tapi Bayi yang Dikandungnya Tidak Keluar ( Keguguran )

Bila Seorang Wanita Hamil Mengalami Goncangan Namun Ia Tidak Tahu Apakah Kandungannya Keguguran atau Tidak, Dalam Keadaan Ia Mengalami Haidh

Hukum Darah yang Menyertai Keguguran Prematur Sebelum Sempurnanya Bentuk Janin dan Setelah Sempurnanya Janin

Hukum Darah yang Mengalir Terus Menerus Dalam Waktu yang Lama Setelah Keguguran

Keguguran Pada Umur Tiga Bulan Kehamilan, Apakah Tetap Wajib Shalat

Hukum Darah yang Keluar Setelah Keluarnya Janin ( Keguguran )

Keguguran Sebelum dan Setelah Terbentuknya Janin

Banyak Mengeluarkan Darah Saat Keguguran

Keguguran Pada Bulan Ketiga dari Masa Kehamilan, Kemudian Setelah Lima Hari Melaksanakan Puasa dan Shalat

Wajibkah Puasa dan Shalat Bagi Wanita yang Mengalami Keguguran

Kapankah Darah Keguguran Prematur Dianggap Darah Nifas

Mengeluarkan Darah Lebih dari Tiga Hari Sebelum Persalinan

Mengeluarkan Darah Lima Hari Sebelum Datangnya Masa Nifas

Mengeluarkan Darah Satu atau Dua Hari Sebelum Persalinan

Kewajiban Wanita Nifas Pada Akhir Masa Nifas

Darah Nifas Mengalir Kembali Setelah Empat Puluh Hari

Hukum Darah Nifas yang Keluar Lagi

Hal-hal yang Mewajibkan Mandi

Hukum Berhadats Kecil Dan Menyentuh Mushaf

Mencium Istri Tidak Membatalkan Wudhu’

Darah Nifas Berhenti Kemudian Kembali Lagi Setelah Empat Puluh Hari

Yang Dibolehkan Bagi Suami Terhadap Istrinya yang Sedang Nifas

Apakah Disyaratkan Empat Puluh Hari untuk Dibolehkannya Mencampuri Istri Setelah Melahirkan

Hukum Membaca Al-Qur’an Tanpa Wudhu’

Boleh Menyentuh Kaset Rekaman Al-Qur’an Bagi Yang Sedang Junub

Bersetubuh Setelah Tiga Puluh Hari Melahirkan

Darah yang Keluar dari Wanita yang Melahirkan Melalui Operasi

Apakah Tubuh Wanita Nifas Menjadi Najis

Apakah Tubuh Wanita Nifas Menjadi Najis

Cara Shalat Wanita yang Terus Mengeluarkan Darah

Seorang Wanita Meninggalkan Shalat Karena Mengeluarkan Darah, Lalu Beberapa Hari Kemudian Ia Mengeluarkan Da-rah Haidh yang Sebenarnya

Setelah Operasi dan Sebelum Masa Haidh Mengeluarkan Darah Hitam, Kemudian Setelah Itu Masa Haidh Datang

Seorang Wanita Telah Berhenti Masa Haidhnya Karena Usianya yang Sudah Lanjut Kemudian Dalam Suatu Perjalanan Ia Mengeluarkan Darah Terus Menerus

Wanita Mengeluarkan Darah yang Bukan Darah Haidh dan Bukan Pula Darah Nifas

Setelah Bersuci dari Haidh yang Biasanya Selama Sem-bilan atau Sepuluh Hari, Keluar Lagi Darah Pada Waktu-waktu yang Tidak Tentu

Di Bulan Ramadhan Mengeluarkan Darah Sedikit yang Terus Berlanjut Sepanjang Bulan

Setelah Nifas Mengeluarkan Darah Sedikit yang Bukan di Masa Haidh

Cara Bersucinya Wanita Mustahadhah

Perbedaan Antara Darah Haidh dan Darah Istihadhah

Penjelasan Tentang Cairan Berwarna Kuning dan Cairan Keruh Serta Hukumnya, Juga Tentang Cairan Putih (Keputihan)

Penggunaan Pil-pil Pencegah Kehamilan Mengakibatkan Timbulnya Cairan Keruh yang Merusak Haidh

Mengeluarkan Cairan Keruh Sehari atau Dua Hari Sebelum Datangnya Masa Haidh

Hukum Cairan Kuning yang Keluar Sehari atau Dua Hari Sebelum Masa Haidh

Meninggalkan Shalat Karena Mengeluarkan Cairan Keruh Sebelum Haidh

Hukum Cairan Kuning yang Keluar dari Wanita Setelah Suci

Mengeluarkan Tetasan Bening yang Berwarna Agak Kuning di Luar Waktu Haidh

Apakah Cairan yang Keluar dari Wanita Itu Najis dan Membatalkan Wudhu

Hukum Orang yang Yakin Bahwa Cairan-cairan Itu Tidak Membatalkan Wudhu

Jika Wanita yang Mengeluarkan Cairan Terus Menerus Itu Berwudhu, Bolehkah Ia Melakukan Shalat Sunat dan Membaca Al-Qur'an

Jika Wanita yang Mengeluarkan Cairan Terus Menerus Itu Berwudhu, Tapi Kemudian Setelah Berwudhu Itu dan Sebelum Shalat Cairan Itu Keluar Lagi

Bolehkah Wanita yang Terus Mengeluarkan Cairan Melakukan Shalat Dhuha Dengan Wudhu Shalat Shubuh

Bolehkah Melakukan Shalat Tahajud Dengan Wudhu Shalat Isya Bagi Wanita yang Terus Mengeluarkan Cairan?

Cukupkah Membasuh Anggota Wudhu Bagi Wanita Yang Terus Mengeluarkan Cairan?

Bagaimana Hukumnya Jika Cairan Itu Mengenai Bagian Tubuh

Tidak Berwudhu Saat Mengeluarkan Cairan Itu Karena Tidak Tahu

Mengapa Tidak Ada Riwayat dari Rasulullah SAW yang Menyatakan Bahwa Cairan yang Keluar dari Wanita Dapat Membatalkan Wudhu, Sementara Para Shahabiyah Sangat Menjaga Cairan yang Keluar ?

Apa Betul Syaikh Ibnu Utsaimin Berpendapat Bahwa Cairan Tidak Membatalkan Wudhu ?

Mengeluarkan Cairan Setelah Mandi Junub dan Setelah Bangun Tidur

Wanita Hamil Mengeluarkan Cairan Sejak Satu Bulan

Cairan Kuning yang Keluar dari Wanita Perawan dan Janda Tanpa Mimpi

Keluarnya Mani Beserta Air Kencing Kemudian Setelah Itu Keluar Mani Tanpa Syahwat

Saya Mengeluarkan Cairan Putih dan Terkadang Cairan Itu Keluar Ketika Saya Sedang Shalat

Hukum Cairan yang Keluar Setetes Demi Setetes

Hukum Membaca Kitab Tafsir Bagi Wanita Haidh

Bagaimana Shalat Orang Yang Mengidap Penyakit Kencing Netes?

Hukum Kencing Berdiri

Panas Matahari Tidak Menghilangkan Najis

Terkena Najis Setelah Berwudhu

Doa Membasuh Muka Pada Saat Berwudhu.

Doa Mandi Junub

Terkena Najis Setelah Berwudhu

Apakah Menyentuh Wanita Membatalkan Wudhu?

Hukum Mimpi (junub) Namun Tidak Keluar Mani

Menyisir Rambut dan Memotong Kuku Saat Haidh

Hukum Berhadats Kecil dan Menyentuh Mushaf


Senyum
Tes Kecerdasan !
Jawablah pertanyaan dibawah ini tanpa melihat kunci jawaban terlebih dahulu !

Pertanyaan pertama: jika anda sedang mengikuti lomba lari, kamudian anda bisa mendahului pelari yang kedua, maka pada urutan berapakah anda sekarang?????

Jawaban !
jika anda menjawab bahwa anda diurutan pertama
Maka jawaban anda salah
Sebab jika anda mendahului pelari kedua maka anda hanya menggantikan posisinya diurutan kedua tidak menggantikan posisi pelari urutan pertama.

Sekarang soal kedua: tapi jawablah dengan cepat gak pake lama, oke ?

Pertanyaan: jika anda mendahului pelari terakhir, maka anda diurutan …… ????

Jawaban:
Jika jawaban anda adalah terakhir atau sebelum akhir, maka jawaban anda salah

Karena bagaimana mungkin anda mendahului pelari terakhir padahal yang terakhir itu adalah anda !!!?


Fatwa Puasa

Kapan Remaja Putri Diwajibkan untuk Berpuasa?

Remaja Putri Berusia Dua Belas atau Tiga Belas Tahun Tidak Berpuasa di Bulan Ramadhan

Tidak Berpuasa Selama Masa Haidh, dan Setiap Kali Tidak Berpuasa Ia Memberi Makan, Apakah Wajib Qadha Baginya

Istri Saya Hamil dan Mengeluarkan Darah Pada Permulaan Ramadhan

Mendapat Kesucian dari Haidh atau dari Nifas Sebelum Fajar dan Tidak Mandi Kecuali Setelah Fajar

Seorang Wanita Mendapat Kesuciannya dari Nifas Dalam Satu Pekan, Kemudian Ia Berpuasa Bersama Kaum Muslimin, Setelah Itu Darah Tersebut Datang Lagi

Mendapat Kesucian Setelah Tujuh Hari Melahirkan Lalu Berpuasa di Bulan Ramadhan

Setelah Empat Puluh Hari Sejak Melahirkan, Darah yang Keluar Berubah, Apakah Saya Harus Shalat dan Puasa

Melahirkan di Bulan Ramadhan dan Tidak Mengqadha Setelah Bulan Ramadhan Karena Ada Kekhawatiran Pada Bayi, Kemudian Pada Bulan Ramadhan Selanjutnya Ia Melahirkan Lagi

Bagaimana Hukumnya Wanita Hamil Dan Menyusui Jika Tidak Berpuasa Pada Bulan Ramadhan

Bagaimana Hukumnya Jika Wanita Menyusui Tidak Berpuasa Pada Bulan Ramadhan

Bolehkah Wanita Hamil Tidak Berpuasa

Bagaimana Hukumnya Wanita Hamil yang Tidak Puasa Karena Khawatir Terhadap Janinnya

Meninggalkan Puasa Dengan Sengaja Selama Enam Hari di Bulan Ramadhan Karena Ujian Sekolah

Memaksa Isteri untuk Tidak Berpuasa Dengan Cara Mencampurinya

Memaksa Istri untuk Tidak Berpuasa

Seorang Pria Musafir Tiba di Rumahnya Pada Siang Hari Ramadhan Lalu Ingin Menggauli Istrinya

Apakah Keluar Darah dari yang Hamil Termasuk yang Membatalkan Shaum

Suami Mencium dan Mencumbui Istrinya di Siang Hari Ramadhan

Mencampuri Istri di Siang Hari Ramadhan -1

Mencampuri Istri di Siang Hari Ramadhan -2

Mencampuri Istri di Siang Hari Ramadhan - 3

Hukum Menggunakan Celak Mata dan Perlengkapan Kecantikan Lainnya di Siang Hari Ramadhan -1

Hukum Menggunakan Celak Mata dan Perlengkapan Kecantikan Lainnya di Siang Hari Ramadhan -2

Hukum Menggunakan Celak Mata dan Perlengkapan Kecantikan Lainnya di Siang Hari Ramadhan -3

Menggunakan Inai Pada Rambut Saat Berpuasa

Mengobati Pilek dengan Obat yang Dihirup Melalui Hidung

Apakah Keluarnya Air Ketuban Dapat Membatalkan Puasa

Mengqadha Puasa Bagi yang Tidak Puasa Karena Hamil

Tidak Mampu Mengqadha Puasa

Tidak Berpuasa Karena Sakit Lalu Meninggal Beberapa Hari Setelah Ramadhan

Orang Meninggal yang Mempunyai Tanggungan Puasa

Sekarang Berusia Lima Puluh Tahun, Dua Puluh Tujuh Tahun yang Lalu Tidak Menjalankan Puasa Ramadhan Selama Lima Belas Hari

Beberapa Tahun yang Lalu Tidak Berpuasa Ramadhan Karena Haidh dan Belum Mengqadhanya

Mempunyai Utang Puasa Selama Dua Ratus Hari Karena Ketidaktahuannya dan Sekarang Sedang Sakit

Minum Obat Beberapa Saat Setelah Fajar

Di Depan Keluarganya Ia Berpuasa, Namun Sebenarnya Dengan Cara Sembunyi-sembunyi Ia Tidak Berpuasa Selama Tiga Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan Kedua Telah Datang Tapi Ia Belum Mengqadha Puasa Ramadhan yang Lalu

Tidak Pernah Mengqadha Puasa yang Ditinggalkannya Karena Haidh Sejak Diwajibkan Baginya Berpuasa

Tidak Berpuasa Karena Menyusui Anaknya Dan Belum Mengqadhanya, Kini Anak Itu Telah Berusia Dua Puluh Empat Tahun

Belum Mengqadha Puasa yang Ditinggalkan Pada Dua Tahun Pertama Sejak Menjalankan Puasa Wajib

Menunda Qadha Puasa Hingga

Hikmah dari Diwajibkannya Mengqadha Puasa Tanpa Mengqadha Shalat Bagi Wanita Haidh

Tidak Berpuasa Selama Dua Ramadhan Karena Sakit, Kemudian Pada Ramadhan Ketiga Ia Berpuasa, Apa yang Harus Dilakukan untuk Dua Ramadhan yang Telah Lewat

Meninggalkan Puasa Ramadhan Selama Empat Tahun Karena Gangguan Kejiwaan

Ibu Saya Telah Lanjut Usia, Ia Berpuasa Selama Lima Belas Hari Kemudian Tidak Berpuasa Karena Tak Sanggup Puasa

Mencegah Haidh Agar Bisa Berpuasa

Saya Pernah Bertanya Kepada Seorang Dokter, Ia Mengatakan, Bahwa Pil Pencegah Haidh Itu Tidak Berbahaya

Mengkonsumsi Pil Pencegah Haidh Agar Bisa Berpuasa Bersama Orang-Orang Lainnya

Hukum Mencicipi Makanan Ketika Berpuasa

Mengeluarkan Darah Selama Tiga Tahun, Apa yang Harus Dilakukan di Bulan Ramadhan

Bernadzar untuk Berpuasa Selama Satu Tahun

Hukum Mengisi Bulan Ramadhan Dengan Begadang, Berjalan-jalan di Pasar dan Tidur

Faktor-faktor yang Mendukung Wanita di Bulan Ramadhan

Apa Hukum Berbicara Dengan Seorang Wanita atau Menyentuh Tangannya di Siang Hari Ramadhan

Mengakhirkan Qadha Puasa Ramadhan Hingga Datang Ramadhan Berikutnya.

Berlebihan Dalam Hidangan Buka Puasa

Nilai Sosial Puasa

Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa?

Tetesan Obat Mata Tidak Merusak Puasa

Menelan Pil Pencegah Haid

Mencampuri Isteri Pada Hari yang Diragukan

Memberi Makan Kaum Miskin Sebagai Pengganti Puasa Orang Lanjut Usia

Orang yang Tidak Mampu Berpuasa

Terapi di Bulan Ramadhan

Berbukanya Musafir

Berbukanya Wanita Hamil dan Wanita yang Menyusui

Onani/Masturbasi dan Bersetubuh di Siang Bulan Ramadhan

Hukum Darah yang Keluar dari Orang yang Sedang Berpuasa

Masih makan dan minum saat fajar karena ia tidak tahu.

Menonton Televisi Bagi yang Berpuasa

Seorang Musafir Tidak Berpuasa Lalu Ia Memaksa Isterinya yang Sedang Berpuasa untuk Berhubungan Badan

Wajib Puasa Bagi Wanita yang Telah Haidh

Bila Seorang Wanita Melanjutkan Puasanya Kendatipun Keluar Darah Haidh

Mengqadha’ Puasa Beberapa Tahun

Menyepelekan Puasa Sejak Pertama Kali Mengalami Haidh

Berbuka Karena Kesibukannya Dalam Bangunan dan Persiapan Nikah

Orang yang Meninggal di Bulan Ramadhan Tidak Wajib Mengqadha Sisa Harinya

Puasa dan Terapi

Sekitar Nadzar Puasa

Bertekad Puasa Tiga Hari (Tgl 13, 14, 15)

Puasa Pada Hari Sabtu

Hukum Puasanya Orang Yang Tidak Shalat Tarawih

Hukum Mencium Bagi yang Berpuasa

Darah yang Merusak Puasa

Hukum Berbekam Bagi yang Berpuasa dan Hukum Keluarnya Darah

Meninggal Pada Bulan Ramadhan

Terlihatnya Hilal (Bulan) Ramadhan Atau Syawwal di Suatu Negara Tidak Mengharuskan Negara-Negara Lain Mengikutinya

Tidur Sepanjang Hari Ketika Puasa

Berkumur Sampai Airnya Masuk ke Tenggorokan

Hukum Menggunakan Minyak Wangi di Siang Bulan Ramadhan

Makan Karena Lupa Ketika Puasa

Banyak Mandi Ketika Puasa

Tidak Mengqadha Puasa Karena Menghawatirkan Bayinya

Laksanakan Puasa Qadha Lebih Dulu

Panjangnya Malam dan Siang Saat Ramadhan

Negara yang Terlambat Terbenamnya Matahari

Anak Kecil Tidak Wajib Puasa Tapi Disuruh Melaksanakannya

Berbuka Berdasarkan Pemberitahuan Penyiar

Puasa Wishal

Hukum “Hidangan Orang Tua”

I’tikaf dan Syaratnya

Hukum Makan Sahur Ketika Adzan Subuh Atau Beberapa Saat Setelahnya

Tanda Subuh Adalah Terbitnya Fajar

Berpedoman Pada Ru’yat (Penglihatan) Biasa

Puasa Berdasarkan Satu Ru’yat (Penglihatan)

Minum Karena Tidak Tahu Sudah Subuh

Menggunakan Pasta Gigi Saat Berpuasa

Penderita Mag Dan Puasa

Jika Seorang Wanita Suci Setelah Subuh, Maka Ia Harus Berpuasa Dan Mengqadha’

Puasa Dan Junub

Puasanya Orang Yang Meninggalkan Shalat. Berpuasa Tapi Tidak Shalat

Bersetubuh Di Siang Hari Ramadhan Ketika Safar

Sahur Setelah Subuh

Minum Setelah Adzan Subuh

Minum Ketika Adzan Subuh

Suntikan Di Siang Hari Ramadhan

Hukum Mengeluarkan Darah Dari Orang Yang Sedang Berpuasa

Hukum Cuci Darah Bagi Yang Berpuasa

Hukum Menggunakan Krim Kulit

Hukum Menggunakan Inhaler Bagi Yang Berpuasa

Apakah Debu Membatalkan Puasa?

Hukum Orang Yang Puasa Dan Shalat Hanya Pada Bulan Ramadhan

Hukum Orang Yang Puasa Tapi Tidak Shalat

Menggunakan Siwak Di Bulan Ramadhan

Hukum Bersiwak Bagi Yang Berpuasa Setelah Tergelincirnya Matahari

Apakah Tanggalnya Gigi Geraham Orang Yang Sedang Berpuasa Membatalkan Puasanya?

Hukum Berenang Bagi Orang Yang Sedang Berpuasa

Mencicipi Makanan Oleh Orang Yang Sedang Berpuasa

Menunda Qadha’ Puasa Hingga Tiba Ramadhan Berikutnya

Menghadiahkan Pahala Puasa Untuk Orang Yang Sudah Meninggal

Orang Yang Meninggal Dengan Menanggung Qadha’ Puasa

Apakah orang yang meninggal dengan menanggung utang qadha’ puasa boleh dipuasakan untuknya (diqadha’kan)?

Hukum Mengqadha Enam Hari Puasa Syawwal

Mengqadha Enam Hari Puasa Ramadhan di Bulan Syawwal, Apakah Mendapat Pahala Puasa Syawwal Enam Hari

Apakah Suami Berhak untuk Melarang Istrinya Berpuasa Sunat

Hukum Puasa Sunnah Bagi Wanita Bersuami

Hukum Zakat Yang Diserahkan Ke Lembaga Zakat Atau Instansi Pemerintah

Wajibnya Zakat Pada Perhiasan Wanita Yang Digunakan Sebagai Pehiasan Atau Dipinjamkan, Baik Berupa Emas Maupun Perak

Wajibnya Zakat Pada Perhiasan Wanita Jika Mencapai Nishab Dan Tidak Diproyeksikan Untuk Perdagangan

Apakah Seorang Wanita Harus Menggabungkan Perhiasan Putri-Putrinya Ketika Hendak Mengeluarkan Zakat Perhiasannya?

Apa Hukum Zakat Perhiasan Yang Dikenakan

Hukum Buka Warung Di Siang Hari Bulan Ramadhan

Lupa Meniatkan Puasa Bulan Syawwal Dari Sejak Malam Hari, Sah Tidak?

BAGAIMANA MENENTUKAN AWAL PUASA

HIKMAH DIWAJIBKAN MENGQADHA PUASA TETAPI TIDAK MENGQADHA SHALAT

BAGAIMANA PUASA YANG BENAR?

NIAT BERBUKA,TAPI BELUM MAKAN DAN MINUM APAKAH MEMBATALKAN PUASA?

beberapa tanda Lailatul Qadr

Puasa Muharram dan 'Asyura

Nilai Sosial Puasa

Apa Yang Lazim Dan Yang Wajib Dilakukan Orang Yang Berpuasa

Tetesan Air Mata Tidak Merusak Puasa

Menelan Pil Pencegah Haid

Berlebihan Dalam Hidangan Buka Puasa

Hukum Makan Sahur Ketika Adzan Subuh Atau Beberapa Saat Setelahnya

Menggunakan Pasta Gigi Saat Berpuasa

Penderita Mag Dan Puasa

Bersetubuh Di Siang Hari Ramadhan Ketika Safar

Suntikan Di Siang Hari Ramadhan

Hukum Mengeluarkan Darah Dari Orang Yang Sedang Berpuasa

Hukum Berenang Bagi Orang Yang Sedang Berpuasa

Mencicipi Makanan Oleh Orang Yang Sedang Berpuasa

HUKUM ORANG YANG PUASA TETAPI TIDAK SHOLAT

Meninggal Pada Bulan Ramadhan

Hukum Orang Yang Mengakhirkan Qadha Puasa Hingga Datang Ramadhan Berikutnya

Perbedaan Ru-yah

Shaum (Berpuasa) Berdasarkan Hisab.

Hukum Puasa Bagi Orang Yang Melanjutkan Makan Sahurnya Setelah Adzan?

Hukum Shiam (Puasa) Yang Dilakukan Pada Masa Nifas.

Mengqadha Shiyam (Puasa) Yang Telah Terlupakan Selama Sepuluh Tahun

Bolehkah Membatalkan Shiyam (Puasa) Yang Diqhadha?

Kafarat Bagi Orang Yang Mengumpuli Istrinya Di Siang Hari Bulan Ramadhan

Mengqadha Shiyam Yang Terlupakan Jumlahnya

Beberapa Permasalahan Wanita Dalam Melakukan Shiyam.

Penentuan Hari dan Shiyam (Puasa) Arafah Pada Tiap Negara

Bid’ahkah Puasa 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah ?

Hisab Dijadikan Acuan Dalam Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan

Masalah-Masalah Yang Berkaitan Dengan Niat Dalam Melaksanakan Shiyam (Puasa)

Makan Sahur Ketika Fajar Terbit Tanpa Disadari

Air Yang Masuk Ke Tenggorokan Tanpa Sengaja Ketika Berwudhu

KADAR FIDYAH BAGI ORANG YANG TIDAK MAMPU BERPUASA KARENA TUA ATAU SAKIT

Memakai Obat Mata Dan Telinga Ketika Berpuasa

Permasalahan-Permasalahan Yang Berkaitan Dengan I'tikaf

Apakah Ada Perselisihan Pendapat Tentang Dianjurkannya Puasa Di Sembilan Hari Awal Bulan Dzulhijah

Menyikapi Dua Hadits Yang Bertentanggan Dalam Masalah Puasa 1-9 Dzulhijjah

Hukum Tidak Berpuasa Karena Alasan Pekerjaan

Hukum tetap berpuasa selama masa haidh karena tidak tahu

Menelan Pil Pencegah Haid

Apakah malam lailatul qadar jatuh pada malam ke-27 dari bulan Ramadhan

Hukum mengakhirkan qadha puasa Ramadhan sebelumnya sampai memasuki bulan Ramadhan yang baru?

Orang Yang Meninggal Dengan Menanggung Qadha' Puasa

Antara Berbuka atau Berpuasa Saat Safar (Bepergian)

Jika Terjadi Perbedaan Hari Arafah

Jika Puasa Arafah Jatuh Pada Hari Sabtu..?

Berpuasa Tapi Meninggalkan Shalat

Antusias Ibadah Saat Ramadhan Saja

Kesalahan Sebagian Muda-Mudi Saat Puasa

Apa yang Lazim dan yang Wajib Dilakukan Orang yang Berpuasa?

Tetesan Obat Mata Tidak Merusak Puasa

Menelan Pil Pencegah Haid

Hukum Makan Sahur Ketika Adzan Subuh atau Beberapa Saat Setelahnya

Tanda Subuh adalah Terbitnya Fajar

Berpedoman pada Ru'yah [Penglihatan] Semata

Puasa Berdasarkan Satu Ru'yah [Penglihatan]

Minum Karena Tidak Tahu Sudah Subuh

Menggunakan Pasta Gigi Saat Berpuasa

Penderita Maag dan Puasa

Jika Seorang Wanita Suci Setelah Shubuh, maka Ia Harus Berpuasa dan Mengqadha'

Puasa dan Junub

Puasanya Orang yang Meninggalkan Shalat. Berpuasa Tapi Tidak Shalat

Bersetubuh di Siang Hari Ramadhan ketika Safar

Sahur Setelah Subuh

Minum Setelah Adzan Subuh

Minum ketika Adzan Subuh

Suntikan di Siang Hari Ramadhan

Hukum Mengeluarkan Darah dari Orang yang Sedang Berpuasa

Hukum Cuci Darah bagi yang Berpuasa

Hukum Menggunakan Krim Kulit

Hukum Menggunakan Inhaler bagi yang Berpuasa

Apakah Debu Membatalkan Puasa?

Hukum Orang yang Puasa dan Shalat Hanya pada Bulan Ramadhan

Hukum Orang yang Puasa Tapi Tidak Shalat

Menggunakan Siwak di Bulan Ramadhan

Hukum Bersiwak bagi yang Berpuasa Setelah Tergelincirnya Matahari

Apakah Tanggalnya Gigi Geraham Orang yang Sedang Berpuasa Membatalkan Puasanya?

Hukum Berenang bagi Orang yang Sedang Berpuasa

Mencicipi Makanan oleh Orang yang Sedang Berpuasa

Menunda Qadha Puasa Hingga Tiba Ramadhan Berikutnya

Menghadiahkan Pahala Puasa untuk Orang yang Sudah Meninggal

Orang yang Meninggal dengan Menanggung Qadha Puasa

Apa Petunjuk Rasul dan Para Sahabat di Bulan Ramadhan ?

Keadaan Para Sahabat di Musim-musim Kebaikan

Makna Berpuasa Karena Iman dan Mengharap Pahala

Hal-hal yang Hendaknya Dilakukan Orang yang Berpuasa

Sebelum Rakaat Terakhir Shalat Witir Berniat Puasa

Banyak Berbicara Saat Berpuasa


Puasa Asyura Terlewatkan Karena Lupa


Kajian Ramadhan

Menyambut Bulan Ramadhan

Keutamaan Bulan Ramadhan

Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan

Kiat-Kiat Menghidupkan Bulan Ramadhan...!

Panduan Ringkas Puasa Ramadhan

Hikmah dan Manfa'at Puasa

Qiyam Ramadhan

Adab Shalat Tarawih Bagi Wanita

Nuzulul Qur'an Sebagai Peringatan atau Pelajaran

I'tikaf Hukum dan Keutamaanya

Menggapai Lailatul Qadar

Ramadhan Bersama al-Qur'an

Kesalahan-Kesalahan Dalam Bulan Ramadhan (1)

Kesalahan-Kesalahan Dalam Bulan Ramadhan (2)

Zakat Fitrah

Kebahagiaan Bersama Iedul Fithri

Ramadhan Telah Berlalu

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal

Waspada Terhadap Hadits-Hadits Dha'if (Lemah) Seputar Ramadhan


Fatwa Haji & Qurban

Apa hikmah thawaf(disekitar Ka'bah)? Apakah hikmah mencium Hajar Aswad adalah tabarruk (memohon barakah) kepadanya?

Disyari'atkannya menyembelih hewan qurban

Hukum menyembelih hewan qurban dan cara membagikan dagingnya

Mana yang lebih utama, berqurban dengan menyembelih sapi atau domba?

Menyembelih seekor sapi untuk tujuh orang

Seekor unta untuk satu orang

Umur hewan qurban

Hewan Yang Tidak Sah Dijadikan Hewan Qurban

Berqurban dengan harga hewan qurban

Penerima daging hewan qurban

Membagikan hewan qurban kepada orang kafir

Menyembelih sebelum Imam menyembelih

Barang siapa ingin berqurban, maka janganlah mengambil(memotong) rambut dan kukunya

Hukum wanita yang melakukan haji tanpa mahram

Hukum orang yang ingin melakukan haji namun masih memiliki hutang

Mahram Tidak Sanggup Mendampingi Dalam Ibadah Haji

Wanita Yang Mengaku Islam Ingin Menunaikan Haji

Apakah Suami Seorang Perempuan Bisa Menjadi Mahram Bagi Bibi Perempuan Tersebut

Wanita Ingin Haji Didampingi Anak Laki-Lakinya Yang Belum Baligh

Pergi Haji Hanya Ditemani Wanita Yang Dipercaya

Mahram Wanita Meninggal Pada Saat Ibadah Haji

Izin Suami Untuk Pergi Haji

Hukum Haji Bagi Wanita Tidak Mendapat Izin Dari Suaminya

Biaya Haji Ditanggung Wanita

Mengganti Haji Wanita Tua Lagi Buta

Wanita Haji Bersama Lelaki Yang Bukan Mahram

Wanita Pergi Haji Bersama Lelaki Shalih Yang Disertai Keluarganya

Seorang Wanita Mendatangkan Ibunya Untuk Diajak Pergi Haji

Anak Laki-Laki Yang Sudah Mumayyiz Menjadi Mahram

Wanita Pergi Haji Dengan Harta Suaminya

Wanita Haid Melewati Miqat Dengan Tidak Ihram

Puasa di Jeddah Lalu Berihram Haji Tanggal Delapan

Wanita Niat Haji Tamattu', Kemudian Tidak Memungkinkan Thawaf Dan Sa'i Kemudian Dia Menuju Ke Mina Dan Arafah

Mencium Hajar Aswad Pada Waktu Mulai Thawaf

Wanita Shalat di Belakang Maqam Ibrahim

Wanita Mendaki Shafa dan Marwah

Apakah lari-lari kecil pada tiga putaran pertama dari thawaf qudum khusus bagi laki-laki saja

Apakah Wanita Mempercepat Sa'i Tatkala Berada

Wanita Menyesal Karena Berumrah, Tapi Tidak Men-ziarahi Makam Rasul

Wanita Mencium Hajar Aswad

Wanita Keluar Dari Muzdalifah

Wanita Mencukur Rambut Pada Saat Haji Dan Umrah

Bentuk Pakaian Ihram Bagi Wanita

Wanita Telah Menyelesaikan Semua Manasik Haji Kecuali Melempar Jumrah Karena Punya Anak Kecil

Wakil Dalam Melempar Jumrah

Wanita Telah Selesai Dari Seluruh Manasik Kecuali Menggunting Rambut

Thawaf Ifadhah Diganti Dengan Thawaf Wada'

Hikmah Dilarang Mengenakan Pakaian Berjahit Saat Ihram

Melaksanakan Ibadah Haji Tanpa Ihram

Menggauli Istri Disaat Ibadah Haji

Menggauli Istri Setelah Tahallul Awal

Wanita Haid Tinggal di Jeddah Sebelum Thawaf Ifadhah dan Thawaf Wada' Setelah Suci Digauli Suaminya

Wanita Meletakkan Kayu atau Pengikat Untuk Mengangkat Jilbab Dari Wajahnya

Rambut Kepala Rontok Dengan Sendirinya

Wanita Pulang ke Negerinya Sebelum Thawaf Ifadhah

Pakaian Ihram Wanita Dan Hukum Mengenakan Cadar dan Sarung Tangan

Hukum Sarung Tangan Dan Kaos Kaki Saat Ihram

Hukum Mengenakan Purdah Dan Masker Saat Ihram

Hukum Membuka Wajah Dan Telapak Tangan

Menggauli Istri Setelah Selesai Ihram

Hukum Ihram Disaat Haid

Wanita Berihram Dari Miqat Sebelum Suci

Wanita Ihram Bersama Suaminya Dalam Keadaan Haid dan Tatkala Ia Telah Suci, Ia Umrah Sendirian

Wanita Dalam Kondisi Haid Dan Nifas Saat Akan Ihram

Ihram Dari Sail Dalam Keadaan Haid Lalu Pergi ke Jeddah dan Setelah Suci Menyempurnakan Ibadah Haji

Pemalsuan Pasport Tidak Mempengaruhi Keshahan Ibadah Haji

Fadhilah Ibadah Haji Itu Sangat Besar

Tidak Wajib Melakukan Ibadah Haji Kecuali Orang Yang Mampu

Suatu Masalah Penting Bagi Orang Yang Thawaf

Setiap Orang Dari Anda Wajib Bayar Fidyah

Anda Mempunyai Dua Pilihan

Tidak Apa-Apa Istirahat Sejenak Di Waktu Thawaf

Shalat Sunnat Dua Rakaat Thawaf Boleh Di Lakukan Di Setiap Masjid

Hajinya Orang Yang Meninggalkan Shalat

Berihram Dengan Dua Haji Atau Dua Umrah Tidak Boleh?

Perempuan Haid Sebelum Melaksanakan Thawaf Ifadhah Dan Tidak Bisa Menunggu Hingga Suci

Hukum Melontar Dengan Kerikil Bekas Pakai

Apa Yang Sebaiknya Dilakukan Oleh Orang Yang Berkesempatan Menunaikan Ibadah Haji?

Ketaatan-Ketaatan Itu Mempunyai Ciri Yang Tampak Pada Pelakunya

Kewajiban Orang Yang Telah Kembali Ke Kampung Halamannya Terhadap Keluarganya Seusai Melaksanakan Ibadah Haji

Perempuan Telah Berniat Padahal Ia Sedang Haid Atau Nifas

Menghajikan Orang Tua (Ayah) Dengan Harta Yang Telah Diwasiatkan

Melaksanakan Haji Dibiayai Suatu Yayasan

Menunaikan Ibadah Haji Dengan Hutang Atau Kredit

Pakain Berjahit Yang Dilarang Adalah Jahitannya Yang Meliputi Seluruh Tubuh

Mendahulukan Sa’i Daripada Thawaf

Cukur Rambut Itu Gugur Bagi Orang Yang Berkepala Botak (Tidak Berambut)

Harus Melakukan Thawaf Wada’ (Perpisahan) Jika Kepulangannya Tertunda Di Mekkah

Hukum Melontar Jumroh Aqabah Di Malam Hari

Sanggahan Terhadap Orang Yang Berpendapat Bahwa Jeddah Adalah Miqat

Ini Termasuk Sunnah Yang Dilupakan

Tutuplah Kepala Anda... Anda Wajib Bayar Fidyah

Sa’i Itu Adalah Salah Satu Rukun Haji

Nabi Tidak Pernah Menentukan Do’a Khusus Untuk Thawaf

Tidak Ada Kewajiban Bagi Anda

Yang Wajib Adalah Tinggal Di Perkemahan Paling Akhir

Inilah Hari-Hari Tasyriq

Ini Adalah Maksiat Besar

Bagi Orang Yang Akan Menunaikan Ibadah Haji Atau Umrah Wajib Mempelajari Hukum-Hukumnya

Keteladanan Itu Ada Pada Rasulullah

Saat Thawaf atau Sa'i Afdhalnya Adalah Menyibukkan Diri Dengan Dzikir

Hukumnya Berbeda, Tergantung Kepada Perbedaan jenis Iddah

Anda Wajib Bertobat Kepada Allah Dan Mengulangi Thawaf

Anda Wajib Menundukkan Pandangan

Thawaf Wada’ Itu Adalah Nusuk Wajib

Tersentuh Tubuh Wanita Tidak Membatalkan Thawaf

Tidak Boleh Bagi Jama’ah Haji Keluar Ke Jeddah Pada Hari ‘Idul Adha

Bagi Orang Yang Sehat Tidak Boleh Mewakilkan Di Dalam Melontar Jumroh

Jama’ah Haji Pergi Ke Jeddah

Seputar Sa’i Dan Thawaf

Hukum Melontar Jumroh Pada Hari-Hari Tasyriq Sekaligus

Tidak Mabit Di Muzdalifah Apakah Mewajibkan Hadyu?

Waktu Melontar Jumroh ‘Aqabah

Menghadiahkan Pahala Amal Seperti Thawaf

Hak Allah Lebih Penting Daripada Hak Suami

Larangan-Larangan Ihram

Menggunakan Pil Pencegah Haid Untuk Ibadah Haji

Hikmah Di Balik Mencium Hajar Aswad

Hukum Meletakkan Surat Pada Kelambu Ka’bah Dan Menujukannya Kepada Rasulullah a Atau Selain Beliau

Kepergian Wanita Untuk Haji Atau Umrah Tanpa Didampingi Mahramnya

An-Nusuk dan Macam-macamnya

Kepergian Wanita Untuk Haji Atau Umrah Tanpa Didampingi Mahramnya

Hukum Ibadah Haji

Hukum Ibadah Umrah

Kewajiban Melaksanakan Ibadah Haji Itu Segera, Ataukah Dapat Ditunda

Syarat Wajib Haji dan Umrah

Syarat Ijza’ (Tertunaikannya Kewajiban) di Dalam Melaksanakan Ibadah Haji

Etika Bepergian untuk Menunaikan Haji

Apa yang Harus Dipersiapkan Oleh Seorang Muslim untuk Menunaikan Haji dan Umrah?

Mempersiapkan Diri Dengan Taqwa

Waktu Musim Haji

Hukum Melakukan Ihram Haji Sebelum Ketentuan Waktunya Tiba

Penjelasan Tentang Miqat Haji (Tempat-tempat Berihram)

Hukum Berihram Sebelum Sampai di Tempat Ihram (Miqat)

Hukum Orang yang Melalui Miqat Dengan Tidak Berihram

Perbedaan Antara Ihram Sebagai Kewajiban dan Ihram Sebagai Rukun Haji

Hukum Melafalkan Niat di Saat Berihram

Tata Cara Berihramnya Orang yang Datang ke Mekkah Melalui Udara

Tata Cara Melakukan Ibadah Haji

Rukun Umrah

Rukun Haji

Hukum Meninggalkan Salah Satu Rukun Haji atau Umrah

Kewajiban-kewajiban Haji

Hukum Mengabaikan Salah Satu dari Kewajiban Haji atau Umrah

Cara Menunaikan Haji Qiran

Hukum Melakukan Umrah Sesudah Beribadah Haji

Hukum Berpindah Niat dari Satu Bentuk Ibadah Haji ke Bentuk Ibdah Haji yang Lain

Hukum dan Ketentuan-ketentuan Mewakilkan Kepada Orang Lain di Dalam Menunaikan Haji

Syarat Seorang Pengganti Dalam Menunaikan Ibadah Haji

Mencari Uang Dengan Cara Menghajikan Orang Lain yang Niatnya Hanya Mencari Uang Semata

Apakah Orang yang Mengerjakan Haji untuk Orang Lain Mendapat Pahala Sebagian Amalan Haji?

Arti Mewakili Sebagian Amalan Haji

Mengkiaskan Perwakilan Dalam Melontar Kepada Amalan/ Manasik Haji Lainnya

Tidak Mampu Menyempurnakan Salah Satu Manasik, Apa yang Harus Dilakukan?

Hukum Orang yang Wafat di Saat Sedang Ihram Menunaikan Manasik

Cara Bersyarat Jika Tak mampu Menyempurnakan Amalan Haji

Kalimat Bersyarat

Pantangan Ihram

Hukum Meletakkan Sesuatu yang Menempel di Kepala Orang yang Sedang Ihram

Perbedaan Antara Niqab dengan Burqa’

Bagaimana Cara Wanita yang Sedang Berihram Menutup Wajahnya di Hadapan Laki-Laki

Haji Yang Bagaimana Yang Dapat Menghapus Dosa Itu?

Berkurban Untuk Mayit, Bolehkah?

Mengucapkan NIAT Ketika BERQURBAN

Menyembelih Kurban Bagi Seorang Yang Melaksanakan Haji Untuk Orang Lain

Tuntunan Melaksanakan Ibadah Haji

Manusia Berhaji Sebelum Kedatangan Islam

Hukum Berkurban dan Berserikat dalam Berkurban

Mengulangi Haji dan Umrah


Kurban Satu Ekor Kambing untuk Dua Orang Saudara Sekandung dalam Satu Rumah

Apabila Hari Arafah Berbeda

 
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 Jakarta Selatan - Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. e-mail: info@alsofwah.or.id | website: www.alsofwah.or.id | Member Info Al-Sofwa
Artikel yang dimuat di situs ini boleh dicopy & diperbanyak dengan syarat mencantumkan sumber: http://alsofwah.or.id serta tidak untuk komersil.